Politik Berjalan Diatas Jalan Ketidak Normalan

author Dani

- Pewarta

Kamis, 21 Mar 2024 15:19 WIB

Politik Berjalan Diatas Jalan Ketidak Normalan

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Baca Juga: Serangan Terbesar Dalam Sejarah

Surabaya (optika.id) - Judul tulisan itu saya kutip dari pendapat sahabat saya alumni UNAIR yang angkatannya sekitar 6-7 tahun dibawah saya. Namun dia memiliki pengetahuan luas tentang hukum dan politik. Saya berdiskusi dengan dia tentang kondisi perpolitikan nasional kita saat ini.

Dalam ilmu ekonomi yang saya pelajari di bangku kuliah FE UNAIR 51 tahun lalu saya mengenal istilah Citeris Paribus, sebuah bahasa latin yang makna “leterleg” atau harfiahnya dalam bahasa Indonesia sebagai “dengan hal-hal lainnya tetap sama” atau terjemahan bebasnya “hal-hal lainnya itu dalam kondisi normal”. Misalkan ada kalimat yang mengatakan “pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 7% citeris paribus” atu artinya angka 7% bisa dicapai apabila variable-variabel misalnya tingkat ekspor Indonesia meningkat, produktivitas ekonomi negara bagus, tidak ada praktek korupsi dsb.

Dalam dunia politik kondisi saat ini, rakyat akan mengatakan bahwa pihak-pihak yang dicurangi dalam Pemilu/Pilpres 2024 akan melawan lewat jalur hukum dan peraturan yang ada kepada pihak yang melakukan praktek kecurangan itu. Bayangan rakyat misalkan partai Nasdem sebagai pengusung utama pasangan Anies Rasyid Baswedan – Muhaimin Iskandar akan mati-matian melakukan perlawanan karena partai dan pasangan capres dan cawapresnya dicurangi secara kasat mata. Namun rakyat mengetahui dari media masa sebelumnya ini ketua Partai Nasdem pak Surya Paloh bertemu dengan Presiden Jokowi di istana negara yang menggunakan diplomasi “makan malam” pada minggu kedua Februari 2024. Berita pertemuan itu membingungkan rakyat karena di harian Antara disebutkan oleh pihak Nasdem bahwa Pak Surya Paloh memenuhi undangan makan malam Istana. Sebaliknya pihak Istana lewat Koordinato Staf Khusus Presiden RI Ari Dwipayana mengatakan bahwa pertemuan makan malam itu bermula dari permohonan Surya Paloh sendiri untuk menghambat Presiden. Isi pembicaraan kedua tokoh nasional itu tidak diketahui secara jelas.

Namun “ujug-ujug” (tiba – tiba) ada berita yang mengabarkan bahwa Partai Nasdem mengucapkan selamat kepada calon presiden dan calon wakil Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang memenangkan pemilu. Ucapan selamat itu disampaikan langsung Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dalam konferensi pers menyikapi hasil pemilihan umum (Pemilu) 2024 di Nasdem Tower, Jakarta Pusat, Rabu (20/3/2024) petang. “Partai Nasdem juga mengucapkan selamat kepada pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenang pemilihan presiden (Pilpres) 2024,” kata Surya Paloh. Lalu bagaimana dengan pasangan Anies dan Muhaimin dengan ucapan resmi partai pengusungnya itu yang akan mengajukan tindak kecurangan Pilpres itu di MK?, apakah pak Suya Paloh mengatakan “Mas Anis wes majuo dewe” atau “Mas Anies berjuanglah sendiri”. Apalagi berita terbaru yang saya terima mengabarkan bahwa Pak Surya Paloh “meragukan” efektifiasnya Hak Angket.

Baca Juga: Ancaman Perang Nuklir Akibat Ucapan Macron

Rakyat kebanyakan yang lugu politik seperti saya terkejut dengan berguman “Njeketek Ngono ae” bahasa Surabaya yang bermakna “Ternyata Begitu Saja”. Prinsip Citeris Paribus dalam ilmu ekonomi itu tidak berjalan dalam hal ini. Makanya sahabat saya tadi mengatakan bahwa rakyat harus tahu bahwa politik kita saat ini berjalan diatas ketidak normalan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Njeketek begitu saja” itu pernah terjadi pada Jendral Kehormatan Prabowo Subianto pada Pilpres sebelumnya bergandengan dengan pengusaha ganteng (yangg sekarang Menteri) Sandiaga Uno mati-matian melawan Jokowi dengan kritikan-kritikan pedasnya dan dipuja-puji oleh pendukungnya termasuk “the power of emak-emak” karena sikap tegasnya. Lalu jutaan pendukungnya itu kaget ketika pak Jendral bersedia menjadi Menteri Pertahanan di kabinet pak Jokowi. Apapun alasan dia mau menerima jabatan itu, misalkan demi keutuhan negara dsb dsb. Tapi pendukungnya jelas kecewa.

Kemudian apakah prinsip Citeris Paribus itu juga tidak berlaku bagi ribuan masyarakat yang mendesak DPR (terutama lewat PDIP sebagai partai terbesar) untuk melakukan hak angket menanyakan praktek-praktek kecurangan kepada pihak pemerintah/KPU berjalan dengan mulus?, mengingat kenyataan “kok belum dimulai-mulai ya". Sampai muncul berita ada pihak-pihak yang akan menyediakan Rp 10 M bagi anggota-anggota Dewan Yang Terhormat agar menjegal upaya pengajuan Hak Angket. Saya sendiri tidak tahu apakah berita tentang ini benar adanya atau hanya berita Hoaks.

Baca Juga: Antara Tiktok Di AS dan KPU

Memang dalam politik yang berjalan diatas jalan ketidaknormalan itu, yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah Ilmu politik normal, maka cara berfikir politik pragmatis memunculkan sikap kompromi disebabkan adanya iming-iming kekuasaan, kalkulasi politik “yang penting partai saya masuk Senaya” atau “yang penting pengurus partai saya masuk jajaran kabinet” dan iming-iming “Monetary Transactions” atau transaksi uang. Hal ini tanpa dilakukan tanpa malu dengan mengindahkan harapan normal dari jutaan pendukukung nya atau rakyat kebanyakan.

Kalau sahabat saya itu dalam hal ini menggunakan kalimat “politik berjalan diatas ketidak normalan”, saya sebagai orang asli Surabaya menggunakan kata “Politik Njeketek”.

Wallahu Alam.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU