Surabaya (optika.id) - Sinopsis film Siksa Kubur berkisah tentang perempuan bernama Sita yang kehilangan kepercayaannya tentang agama setelah orang tuanya meninggal dunia. Setelah itu, Sita berniat mencari orang paling berdosa. Harapannya, ketika orang tersebut meninggal, Sita bisa ikut masuk ke dalam kuburan untuk membuktikan kalau siksaan di kubur itu tidak ada dan agama juga tidak nyata.
Premis yang diangkat oleh Siksa Kubur bisa dibilang terasa sangat segar untuk tontonan genre horor, bukan cuma di Indonesia, melainkan global. Sebagian besar fokus utama penceritaannya pun terletak pada sosok Sita yang sudah tidak percaya agama lagi dan bersikeras untuk membuktikan kalau siksa kubur itu tidak ada kepada orang-orang.
Baca Juga: Jenis 3 Kelompok Tukang Kritik Film, Kamu Masuk yang Mana?
Hasil akhir dari tujuan utama Sita dalam film ini mungkin akan membuat penonton bertanya-tanya. Namun, rasanya hal tersebut memang sengaja dibuat multitafsir alias sesuai pandangan tiap-tiap penonton sehingga memunculkan diskusi usai menyaksikannya. Kalau bisa dibilang ending dari film ini tergantung pada apakah penonton akhirnya percaya dengan siksa kubur atau tidak, sesuai dengan tagline filmnya, Anda akan percaya.
Lalu, hal yang patut diapresiasi lainnya dari penceritaan film ini adalah bagaimana Joko Anwar tidak terlalu maksa untuk menggurui atau mendakwah dengan premisnya yang terasa religius tersebut. Terlepas dari hal tersebut, pesan agamis dari cerita film ini tetap berhasil tersampaikan terhadap penonton, baik untuk yang taat agama atau yang tidak sekalipun.
Salah satu faktor yang membuat pesan agamis dari film ini berhasil tersampaikan dengan baik adalah berkat kengerian adegan siksa kubur yang dihadirkan. Meski enggak berlangsung lama, adegan siksa kubur yang ditampilkan dalam film ini sukses bikin ngeri, atau bahkan bikin penonton ingin tobat sekalipun. Apalagi, penggambaran momen penyiksaan tersebut sesuai dengan apa yang ada di Al-Quran dan hadis.
Baca Juga: Kritik Film Tak Sekadar Jadi Penghakiman Baik dan Buruk
Di luar adegan penyiksaan yang jadi highlight utama dari filmnya, Siksa Kubur juga berhasil menjalankan fungsinya dengan baik sebagai sebuah film horor. Sebab, sepanjang film kita akan tetap dihadirkan dengan adegan intens khas film horor serta jump scare yang bikin kaget. Kengerian dalam film ini juga enggak lepas dari keberhasilan Joko Anwar dalam membangun ketegangan di setiap adegannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Film Siksa Kubur dipenuhi oleh jajaran aktor papan atas Indonesia. Mulai dari Faradina Mufti, Reza Rahadian, Happy Salma, Fachri Albar, Putri Ayudya, Christine Hakim, Slamet Rahardjo, Arswendy Beningswara, Muzakki Ramdhan, dan juga Widuri Puteri. Jajaran pemain tersebut pun terdiri atas aktor-aktor yang kualitas aktingnya sudah enggak perlu diragukan lagi, termasuk para aktor ciliknya.
Baca Juga: Review Film Tasbih Kosong, Kisah Mistis dari Pulau Sulawesi
Namun, akting yang mencuri perhatian saya adalah Faradina Mufti selaku pemeran Sita yang jadi karakter utama, serta Widuri Puteri yang jadi Sita saat kecil. Sebab, pebawaan emosi hingga dialog antara Faradina dan Widuri benar-benar sama sebagai Sita. Hal ini pun membuat kita seolah benar-benar menyaksikan Sita tumbuh dewasa sepanjang filmnya.
Selain Faradina dan Widuri, pemain yang performanya yang juga berhasil bikin penonton fokus kepada karakternya adalah Slamet Rahardjo. Tanpa membocorkan lebih banyak, karakter Slamet Rahardjo di film ini sukses bikin penonton naik pitam berkat pembawaan sang aktor.
Editor : Pahlevi