Mengenang Sang Profesor Yang Santun

author Pahlevi

- Pewarta

Selasa, 03 Sep 2024 18:26 WIB

Mengenang Sang Profesor Yang Santun

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Baca Juga: Oh Ternyata Itu Hanya Analisa To …

Surabaya (optika.id) -

(Arab-Latin): Kullu nafsin `iqatul-mat, umma ilain turja'n. Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. Al Ankabut: 57).

Saya sangat faham dengan ayat tentang kematian yang difirmankan Allah di Al-Quran diatas itu karena setiap saya ngaji tentu saya membaca surat itu dan meskipun saya mengerti bahwa ayat itu bermakna bahwa umur manusia itu milik Allah; namun saya terkejut ketika mendengar kabar di berbagai WA grup alumni Unair tentang wafatnya Prof. Dr. Mustain Mashud, Drs., M.Si.

Saya terkejut karena sehari sebelum beliau wafat, tepatnya di hari Senin tanggal 2 September 2024 saya bertemu beliau didepan ruang kantor kami Komite Audit Unair dan berbincang-bincang sebentar dengan senyumnya yang khas santun dan nampak sehat walafiat. Sebelum pertemuan singkat itu saya ketika menunju kamar kecil diruang Senat Guru Besar Unair yang berdampingan dengan ruang Komite Audit Unair sempat saya dengar dari ruang kantor Ketua Senat Unair Prof. Djoko Santoso, Prof. Mustain sedang berbincang-bincang dan ketawa lepas bersama Prof. Djoko Santoso. 

Baca Juga: Pesan Untuk Prabowo dan TNI Polri dari IKN

Prof. Mustain beda angkatan dengan saya sekitar 6 tahun, almarhum masuk FISIP Unair tahun 1979 sementara saya masuk FE Unair tahun 1973; namun meski beda angkatannya cukup jauh, saya memiliki kekaguman kepada almarhum Prof. Mustan itu terutama soal Intellectual Credential nya atau kredensial keintelektual nya dalam masalah-masalah sosial, budaya, politik dan pendidikan. Saya sering bertemu dan berdiskusi dengan almarhum ketika rapat rutin Majelis Wali Amanat (MWA) Unair kebetulan almarmuh adalah anggota MWA, cara bicaranya sangat santun dan seorang yang taat beragama. Beberapa kali setelah selesai rapat pleno MWA Unair, ketua MWA Prof. Sunarto meminta almarhum untuk memimpin doa sebab mengetahui kalau Prof.Mustaini pengetahuan agamanya kuat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saya juga menyaksikan betapa sosok Prof. Mustain ini sebagai seorang Guru Besar yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam proses ajar mengajar. Ketika saya satu gerbong Kereta Api menuju Yogyakarta untuk menghadiri rapat Majelis Wali Amanat Unair; saya menyaksikan almarhum duduk memangku sebuah laptop dan berbicara, memberi keterangan dengan serius menggunakan earphone dengan lawan bicaranya nampaknya di aplikasi zoom. Saya duduk di kursi dibelakang sebelah kanan almarhum sehingga bisa jelas menyaksikan dan mendengarkan betapa seriusnya almarhum berdiskusidengan lawan bicaranya itu. Setelah KA hampir masuk kota Yogyakarta saya tanya sibuk Prof?, almarhum menjawab lagi menguji S3 mahasiswa luar pulau pak Cholis. Ya ditengah kesibukannya dan diatas KA beliau masih menyempatkan dirinya untuk menguji mahasiswa pascsarjana; karena beliau harus tepat waktu sesuai jadwal menguji mahasiswanya itu. Itulah tanggung jawab beliau sebagai seorang Guru Besar dalam mendidik mahasiswa pascasarjana.

Saat rapat MWA Unair di pulau Lombok, saya sempat duduk bersebelahan dengan beliau di kendaraan yang disewa Unair, berdiskusi tentang current issues dari mulai persoalan politik, karakter partai politik, budaya, pendidikan sampai soal sosiologi masyarakat Indonesiadan karena itu saya memiliki kesan bahwa beliau betul-betul seorang pakar di bidangnya, sangat memahami persoalan. Intellectual- credential nya tidak perlu diragukan.

Baca Juga: Diluar Nalar

Saya bersaksi bahwa almarhum adalah orang baik dan saya yakin seluruh sivitas akademika Universitas Airlangga terutama keluarga besar FISIP Unair dan para mahasiswanya yang tersebar dinusantara ini sangat kehilangan seorang Guru Besar yang santun ini.

Selamat Jalan Prof..!

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU