Nasib Beras yang Kian Langka Jelang Ramadan dan Idulfitri

Reporter : Uswatun Hasanah

Surabaya (optika.id) - Pengamat Pangan dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Khudori, mendesak pemerintah agar segera memastikan pasokan beras dalam jumlah aman dan memadai. Pasalnya, kenaikan harga beras terjadi saat ini menjadi krusial karena bersamaan dengan momentum Ramadan dan Idulfitri.

Jika tidak, harga potensial terus naik dan bisa menimbulkan kegaduhan, bahkan mengguncang kondisi sosial-politik, kata Khudori kepada Optika.id, Sabtu (24/2/2024)

Baca juga: Pengamat Pertanian: Kenaikan Harga Beras Adalah Hal yang Anomali

Dirinya mengaku tidak menampik bahwa salah satu penyebab mengapa harga beras masih bercokol di angka tertingginya bahkan cenderung naik diakibatkan oleh pasokan yang terbatas. Di sisi lain, produksi beras domestic juga tidak produktif. Dia menjelaskan, saat ini Indonesia masih berada dalam musim paceklik yang diperkirakan terjadi sampai awal April 2024 nanti. sementara panen besar diprediksi baru terjadi pada akhir April atau awal Mei 2024.

Ini memang krusial, imbuh dia.

Produksi beras pada Januari Februari 2024, jika merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), masih tercatat kecil. Pada dua bulan produksi itu, ternyata masih kurang sebanyak 2,8 juta ton untuk bisa menutupi kebutuhan konsumsi di dua bulan tersebut. Sementara itu, Khudori memprediksi bahwa produksi pada bulan Maret akan cukup besar sehingga pada bulan tersebut diperkirakan terjadi surplus sebanyak 0,97 juta ton beras. Meskipun demikian, surplus itu nantinya akan jadi rebutan banyak pihak.

Panen di April pun akan bernasib sama jadi rebutan banyak pihak. Terutama untuk mengisi jaring-jaring distribusi yang berbulan-bulan kering kerontang karena paceklik, ujar dia.

Di sisi lain, Khudori mengatakan jika masyarakat rentan miskin tidak perlu khawatir berlebihan. Hal ini dikarenakan sudah ada banyak jenis bantuan dari pemerintah mulai dari program PKH, sembako, bantuan pangan beras 10Kg, hingga BLT Mitigasi Risiko Pangan yang dirapel 3 bulan yakni Rp600 ribu/keluarga.

Baca juga: Lagi-Lagi El Nino Disalahkan Biang Kerok Harga Pangan Mahal

Yang perlu perhatian ada kelompok yang hanya beberapa jengkal di atas garis kemiskinan. Kalau harga beras dan pangan naik, mereka potensial jadi kaum miskin baru. Mereka belum tersentuh aneka bantuan sosial dan jaring pengaman sosial itu, terang dia.

Bapanas, lanjut Khudori, memang sudah menugaskan Bulog untuk menggencarkan operasi pasar yang bernama SPHP. Masyarakat miskin/rentan pun bisa memilih beras tersebut karena harganya yang jauh lebih terjangkau di bawah harga pasar yakni Rp11.500-11.800/kg.

Ini sebenarnya beras premium, tapi dijual dengan harga medium. Perlu dipastikan, beras SPHP ini bisa menjangkau seluas mungkin warga, ujar dia.

Baca juga: Panen Raya Sudah Dimulai, Bapanas Klaim Harga Beras Bakal Segera Turun

Dalam beberapa hari terakhir ini, pemerintah juga aktif menggandeng Food Station (FS). FS akan mencampur beras lokal dengan impor komposisi tertentu kemudian menjualnya seharga beras premium saat ini Rp13.900/Kg dan memanfaatkan merek FS.

Adapun aneka beras bermerek kepunyaan FS itu bisa ditemukan di berbagai jaringan ritel modern seperti Indomaret, Alfamart, Alfamidi, dan lain sebagainya. Cara-cara ini diklaim bisa menjangkau lebih banyak warga yang membutuhkan.

Bahwa masih ada kelangkaan itu ya. Karena Bulog dan FS belum menjangkau semua, ujar dia.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru