[caption id="attachment_9675" align="alignnone" width="258"] Oleh: Cak A. Cholis Hamzah[/caption]
Pemilihan presiden (pilpres) di Indonesia masih dua tahun lagi, namun suasana politik menuju Pilpres itu sudah mulai panas. Muncul berbagai tokoh atau nama calon presiden (capres) di berbagai media massa. Tidak hanya itu, berbagai Lembaga survei tentang perilaku memilih mengekspos berbagai temuannya tentang elektabilitas berbagai capres yang ada. Nama-nama itu misalkan Anies Baswean, Ganjar Pranowo, AHY, Ridwan Kamil, Puan Maharani, dan sebagainya.
Baca Juga: Donald Trump Deklarasikan Kemenangannya dalam Pilpres AS 2024
Di Amerika Serikat juga terjadi seperti di Indonesia. Pilpresnya yang jatuh ditahun 2024 tapi media sudah banyak membicarakan siapa calon presiden dari partai Republik, apakah Donald Trump mau maju lagi? Siapa calaon dari partai Demokrat, apakah wakil presiden sekarang, Kamala Haris, akan maju dan seterusnya.
Masing-masing pihak sudah mengatur strategi pemenangannya; termasuk memunculkan hasil polling beberapa kandidat. Akhir-akhir ini muncul survei tentang menurunnya reputasi presiden Joe Biden.
Negara Bagian Merah dan Biru
Seperti biasanya pertarungan pemilihan presiden di Amerika Serikat diikuti oleh 2 parpol yaitu Partai Republik dan Demokrat. Dua parpol itu selalu berebut pemilih tradisional di beberapa Negara Bagian, misalnya Negara Bagian tertentu dikenal sebagai wailayah Blue (Demokrat) dan Red (Republik). Negara Bagian Merah dipersepsikan sebagai wilayah Konservatif, sedangkan Negara Bagian Biru dipersepsikan sebagai wilayah Liberal.
Strategi memenangkan pertarungan di Swing States juga sudah diatur mulai sekarang ini. Swing Voters didefinisikan secara umum sebagai:
Someone who does not lways vote for the same political party and who might be persuaded to vote for one of several parties in an election (pemilih yang tidak selalu memilih satu partai, dan dapat di yakinkan untuk pindah memilih partai lain. Hal ini tergantung pada isu-isu terbaru yang muncul).
Pertarungan di Battleground
Pada pilpres Amerika Serikat tahun 2020 kedua partai secara intensif melakukan kampanye di daerah-negara dimana banyak swing votersnya yang dikenal dengan Battleground, Daerah pertempuran dengan take advantage atau memanfaatkan kelengahan masing-masing pihak. Wilayah wilayah Philadelphia, Ohio, Wisconsin, Texas dan sebagainya, adalah wilayah dimana para pemilihnya masih belum menentukan pilihannya, undecided Voters, dan harus diyakinkan dengan isu-isu penting.
Yang tidak kalah penting bagi kedua calon presden ini adalah pemilih yang tergolong minoritas, yaitu para imigran yang datang di Amerika Serikat lebih akhir dibandingkan dengan imigran tradisional yang lebih awal datangnya, seperti dari berbagai negara Eropa dan Afrika.
Imigran yang terakhir datangnya ini dari negara-negara Asia, seperti dari Pilipina, Cina, India, Korea, dan Indonesia. Orang dari negara-negara Timur Tengah dan Amerika Selatan. Banyak penduduk Amerika Serikat dari negara-negara ini tidak berbahasa Inggris. Namun demikian suara mereka sangat penting dalam suatu pemilihan. Bagai gadis cantic, mereka ini juga jadi perebutan partai politik.
Kalau kita mengunjungi Los Angeles misalnya, begitu mendarat di LAX atau bandara Los Angeles maka rasanya kita bukan berada di Amerika Serikat karena banyak wajah non-bule, misalnya petugas imigrasinya warga AS keturunan Pilipina, polisinya keturunan Korea, naik taxi- sopirnya dari Singapura, Lebanon, Vietnam dan sebagainya. Suara mereka dalam pemilihan presiden ini menentukan bagi kedua partai tradisional itu.
Baca Juga: Bawaslu Surabaya Tindaklanjuti Laporan Money Politik Caleg PKB dan PDIP
Surat Suara Berbahasa Indonesia
Junior saya di Program Pertukaran Pemuda ASEAN-Jepang tahun 1982 yang sekarang bermukim di Los Angeles Amerika Serikat mengirimkan Surat Suara Pemilihan tahun 2020 ini dalam bahasa Indonesia
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Karena pentingnya suara mereka ini, pada tahun 2006 ada Undang-Undang Pemerintah Federal (Pusat) untuk memperlas tambahan Bahasa. Hak-Hak Memilih tahun 1965 dimana setiap wilayah dengan penduduk lebih dari 10.000 yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris akan disediakan berbagai alat pemilu dalam Bahasa mereka.
Untuk jumlah penduduk lebih dari 10.000 orang dibuktikan dengan cara sensus penduduk dan survei tentang kemampuan berbahasa Inggris. Dari sensus dan survei itulah komunitas itu disetujui pemberian peralatan dan peragaan pemilu dalam bahasa mereka.
Los Angeles yang wilayahnya sangat banyak pendatang yang minim berbahasa Inggris ini, menyediakan kertas suara dalam bahasa Arab, Armenia, Cina, Khmer/Kamboja, Parsi, Korea, Spanyol, Tagalog/Pilipina, Vietnam, Hindi, Jepang, Thailand, Rusia, Birma, Monggolia dan termasuk bahasa Indonesia. Pada bulan September 2020 saja sudah ada lebih dari 70.000 pemilih yang meminta dikirim surat suara dengan bahasa bukan bahasa Inggris. Di wilayah-wilayah selain Los Angeles juga banyak pemilih yang menginginkan surat suara yang tertulis dalam bahasa ibu mereka.
Seorang pejabat daerah Cook County menjelaskan bahwa Inti dari demokrasi kita mengharuskan semua penduduk memiliki kesempatan dan akses yang sama untuk menjalankan hak mereka memilih, terlepas dari apa bahasa mereka, kemampuan fisik mereka atau kemampuan literasi mereka.
Suara Orang Indonesia Penting
Orang Indonesia yang bemukim di Amerika Serikat (dan juga dari negara-negara lain), suaranya sangat penting, karena itu mereka juga menjadi perebutan partai politik.
Baca Juga: Prabowo: Yang Tidak Setuju Program Makan Siang Gratis Sebaiknya Belajar Lagi
[caption id="attachment_12628" align="alignnone" width="300"] Sumber: Dokumen Pribadi[/caption]
Sebenarnya Amerika Serikat memiliki kesamaan moto dengan Indonesia, yaitu E Pluribus Unum, yang artinya Dari Banyak Menjadi Satu, mirip dengan Bhineka Tunggal Ika. Masyarakatnya sejak berdirinya negara sudah terdiri-dari berbagai suku bangsa.
Dulu sebagian besar besar masyarakatnya adalah orang-orang keturunan Eropa seperti Inggris, Italia, Rusia, Polandia, Jerman, Belanda dan sebagainya. Namun sekarang banyak juga yang berasal dari, Timur Tengah, Amerika Latin dan Asia, seperti Lebanon, Jordania, Meksiko, Peru, Kuba, India, Pakistan, Cina, Pilipina, Korea dan Indonesia. Meskipun diakui masalah ras itu mulai meningkat akhir-akhir ini.
Para politisi memahami bahwa suara masyarakat non- kulit putih itu sangat berarti bagi mereka sehingga kita bisa melihat foto yang dikirim sahabat saya tadi dimana para pemilih yang tidak berbahasa Inggris bisa memilih bahasa sesuai dengan asal negaranya.
Editor : Pahlevi