[caption id="attachment_13644" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak A. Cholis Hamzah[/caption]
Dewasa ini masyarakat harus hati-hati dalam menggunakan sosial media jika menyampaikan uneg-uneg atau pendapatnya. Bagi masyarakat yang mengunggah kalimat atau pendapat yang menyebabkan keonaran, menimbulkan kebencian dan sebagainya bakal mendapat sanksi hukum lewat UU No 11 Tahun 2008 tentang ITE (Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Masyarakat perlu juga tahu bahwa selain sanksi hukum ada juga muncul sanksi sosial baru dari masyarakat yang disebut Cancel Culture (CC).
Baca Juga: Bagian Spare Part Mobil yang Harus Diganti Saat Servis, Apa Saja? Yuk Simak Berikut ini
Kata kerja to cancel dalam bahasa Inggris secara harfiah berarti membatalkan, sedangkan kata bendanya adalah cancellation yang berarti pembatalan. Jadi kalau kita sedang di Bandara dan melihat papan pengumuman digital yang menginformasikan bahwa pesawat yang akan kita tumpangi itu cancel itu berarti jadwal keberangkatan kita batal.
Itu berbeda dengan kata to postpone atau to delay yang berarti menunda. Jadi kalau ada info pesawat kita delayed maka itu berarti jadwal kita ditunda sambil menunggu pengumuman lebih lanjut.
Fenomena Cancel Culture
Namun sekarang ada arti yang lebih luas dari cancel itu bila dikaitkan dengan kata culture atau budaya. Di Amerika Serikat (dan sekarang merambah keseluruh dunia) makna luas cancel culture (CC) bukan secara harfiah budaya yang di batalkan namun memiliki makna negatif yang digunakan dalam pidato, debat dan sebagainya.
Istilah CC (atau Call-Out-Culture) adalah bentuk pembatalan, pengisosalisasian terhadap seseorang (biasanya selebirti atau politisi) di sosial media. Jadi istilah ini sebenarnya istilah baru sebagai bentuk boikot terhadap seseorang yang dianggap mengeluarkan pendapat (atau bertindak) yang bernuansa rasis atau yang bermusuhan yang sudah di luar batas kesopanan.
Bila ada seorang selebriti misalnya mengeluarkan kata-kata menghina agama atau ras tertentu, maka masyarakat secara bersama-sama melakukan boikat untuk tidak melihat akun dia di sosial media, atau ke luar sebagai followernya yang bersangkutan..
CC Muncul 2014
CC ini mulai digunakan masyaraat sejak 2014 sebagai bagian dari gerakan #MeToo# (gerakan protes para korban pelecehan sexual). Persisnya pada bulan Maret 2014, eorang aktivis berrnama Suey Park menyebut "tweet rasis terang-terangan tentang orang Asia" dari akun Twitter resmi The Colbert Report menggunakan hashtag #cancelColbert.
Tindakan ini menyebabkan kemarahan luas terhadap Stephen Colbert dan banyak yang bereaksi yang lebih besar terhadap Park sendiri, meskipun tweet Colbert Report sebenarnya adalah tweet satir.
Baca Juga: Emil Yakin Kekuatan Masyarakat Merupakan Kunci Pengembangan Kapasitas Ideal
Sekitar tahun 2015, konsep CC telah menyebar luas di sosmed untuk merujuk pada keputusan pribadi, kadang-kadang serius dan kadang-kadang bercanda, untuk berhenti mendukung seseorang atau bekerja. Menurut kamus Merriam-Webster menyatakan bahwa untuk "membatalkan", dalam konteks ini, berarti "berhenti memberikan dukungan kepada orang."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam kamus budaya popnya, mendefinisikan budaya pembatalan sebagai "menarik dukungan untuk (yaitu 'membatalkan') tokoh masyarakat dan perusahaan setelah mereka melakukan atau mengatakan sesuatu yang dianggap tidak menyenangkan atau menyinggung."
Disinvestasi Total
Sementara itu Jonah Engel Bromwich dari The New York Times, penggunaan pembatalan ini menunjukkan "disinvestasi total dalam sesuatu (apa saja)". Setelah banyak kasus mempermalukan online mendapatkan ketenaran yang luas. Istilah pembatalan semakin banyak digunakan untuk menggambarkan tanggapan online yang meluas, marah, terhadap satu pernyataan provokatif, terhadap satu target.
CC juga terjadi pada masyarakat yang memboikot produk-produk suatu perusahaan dikarenakan perusahaan melakukan tindakan yang dianggap merugikan masyarakat. Di negeri kita hal ini pernah terjadi masyarakat secara bersama-sama memboikot perusahaan roti milik Jepang karena mengeluarkan pernyataaan yang menyinggung perasaan para demonstran di Jakarta. Akibatnya perusahaan ini selama beberapa periode mengalami kerugian.
Karena itu CC itu tidak hanya merupakan bentuk boikot masyarakat, tapi juga bentuk hukuman masyarakat kepada seseorang yang menjadi publik figur, juga merupakan tuntutan akuntabilitas seseorang itu karena tindakannya yang negatif dan menyinggung harga diri masyarakat.
Baca Juga: Atasi Masalah Sosial, Pemkot Gandeng 20 PTS di Surabaya
Seorang selebriti misalnya membuat pernyataan yang menghina atau merendahkan masyarakat, maka selebriti itu bisa jatuh miskin ketika masyarakat bersama-sama memboikat tidak menonton TV dimana selebriti itu sering tampil, akibatnya stasiun TV bisa memecat selebriti itu karena ratingnya jatuh. Hal ini juga terjadi para para politisi yang bisa-bisa tidak terpilih lagi karena masyarakat memboikotnya.
Mengingat begitu hebatnya kekuatan sosial CC itu maka para orang terkenal di negeri ini apakah itu selebriti, politisi, pengusaha kaya, perusahaan besar dan sebagainya sekarang ini harus hati-hati kalau ngomong.
[removed][removed]
Editor : Pahlevi