[caption id="attachment_14167" align="alignnone" width="273"] Oleh: Cak A. Cholis Hamzah[/caption]
Kalau kita nonton film barat terutama dari Holywood Amerika Serikat (AS), sebelum cerita film dimulai sering ada notifikasi atau pemberitahuan bahwa film itu berisi tindakan tindakan yang kejam, brutal dan kata-kata kasar. Karena itu diharapkan ada diskresi dari para penonton, misalkan menjauhkan anak-anak dibawa umur untuk menontonnya.
Baca Juga: Donald Trump Deklarasikan Kemenangannya dalam Pilpres AS 2024
Kata-kata kasar khas AS, misalnya, fuck, what the hell, damn, dan son of a bitch. Dalam pembicaraan sehari-hari kata-kata itu selayaknya dihindari apalagi dalam pembicaraan yang bersifat formal, kenegaraan atau diplomatik.
Khusus kata son of a bitch itu beragam maknanya, bitch sendiri secara harfiah berarti pelacur atau jalang. Kadang juga bermakna marah ataumenyebalkan. Jadi son of a bitch bisa diartikan anak bedebah, anak jalang. Namun bagi saya yang asli Surabaya saya mengartikannya sebagai jancuk atau jancukan, umpatan khas Surabaya.
Tentu dalam tulisan kali ini saya tidak bermaksud menjelaskan panjang lebar tentang kata-kata kasar itu. Namun saya bahas tentang banyak para petinggi pemerintahan AS yang meneriakkan kata-kata kasar itu, namun yang mengherankan rakyat tetap memilihnya.
Baru-baru ini tanggal 24 Januari 2022 Presiden AS Joe Biden dalam akhir sebuah konferensi pers ditanya wartawan muda tentang apakah inflasi sekarang di Amerika Serikat itu sebuah kelemahan (liability) politik Biden. Tingkat inflasi Amerika Serikat yang tinggi dalam sejarah negeri itu menjadikan bahan kritikan dari musuh-musuh Joe Biden, terutama dari partai Republik.
Presiden Biden tampak marah mendengar pertanyaan itu dan menjawabnya bahwa inflasi bahkan merupakan kekuatan (asset) bagi dirinya, dan melanjutkan dengan kata-kata kasar menyebut wartawan itu sebagai what a stupid, son of a bitch saya waktu melihat kejadian itu di TV internasional langsung menterjemahkan dalam pisuhan ala Surabaya goblok arek iki, jancuk!. Presiden Biden tidak menyadari kalau mikropone/mic nya masih On ketika mengumpat wartawan itu sehingga orang-orang diruangan mendengarnya dengan muka terkejut.
Joe Biden tidak kali itu saja mengumpat dengan kata kasar itu. Ketika menjelang pemilihan presiden tahun 2019 dia dalam acara resmi pertemuan dengan tokoh-tokoh Ukraina mengatakan kalau dia menuntut pemimpin Ukraina untuk memecat Jaksa negara yang waktu itu gencar-gencarnya menyelidiki tindakan korupsi perusahaan besar Ukraina bernama Burisma dimana anaknya Joe Biden menjadi orang penting diperusahaan itu.
Baca Juga: Pertanyaan Seputar Proyek Manhattan dan Keterlibatan Oppenheimer
Dalam acara resmi itu Biden mengatakan bahwa dia marah kepada pemimpin Ukraina sebelum meninggalkan negeri Ukraina dalam sisa waktu enam jam dia menuntut jaksa itu harus dipecat. Dan benar well son of a bitch, he got fired jaksa itu dipecat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Biden marah soal tuduhan anaknya terlibat korupsi di Ukraina karena kasus ini menjadi bahan tembakan presiden Donald Trump kepada Biden dalam pilpres. Soal misuh dengan kata kasar son of a bicth itu bukan monopoli Biden karena Trump dalam kampanye pilpres di depan ribuan orang juga mengeluarkan kata kasar itu ketika mengkritik seseorang.
Namun yang menarik dalam perilaku pemilih atau voters behavior rakyat AS tidak menjadikan pemimpin yang biasa mengumpat di publik itu sebagai aib. Atau menyebut pemimpin itu moralnya rendah dan sebagainya. Umpatan kasar tidak menjadi konsideran atau pertimbangan pemilih untuk tidak memilih pemimpin.
Mereka memilih pemimpin yang bisa menangani masalah pengangguran, pajak, pendidikan, kesehatan, ekonomi; pengaruh AS di luar negeri, kekuatan militernya dsb. Karena itu meskipun Joe Biden misuhan dia tetap menang dalam pilpres Nopember 2020 melawan Trump.
Baca Juga: Mengenal Oppenheimer dan Keterlibatannya di Proyek Manhattan
Lain ladang lain ilalangnya; kalau di Indonesia pemimpin yang berbahasa kasar dianggap tidak bermoral. Bayangkan apa jadinya kalau seorang calon presiden, gubernur, DPR, Walikota/Bupati di negeri kita mengumpat kasar seperti son of a bitch di depan ribuan masa dimana ada para ulama, guru, pendidik diantara kerumunan masa itu.
Lesson learned atau pelajaran yang bisa dipetik dalam kejadian ini, yaitu kita terutama para pemimpin, calon pemimpin untuk tidak meniru pemimpin pemimpin AS yang mengumpat kata-kata kasar di depan publik.
Editor Aribowo
Editor : Pahlevi