Rektor Rasis, Sindir Aktivis Kampus Hingga Wanita Berjilbab Sebagai Manusia Gurun

author Seno

- Pewarta

Sabtu, 30 Apr 2022 21:27 WIB

Rektor Rasis, Sindir Aktivis Kampus Hingga Wanita Berjilbab Sebagai Manusia Gurun

i

IMG-20220430-WA0029

Optika.id - Tulisan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santoso Purwokartiko di laman media sosial milik Pribadinya tertanggal 27 April 2022 berujung gaduh.

Status yang Ia tulis hingga viral di media sosial (medsos) karena memicu kontroversi lantaran mengandung unsur suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Budi secara terus menerus menunjukkan sikap anti terhadap aktifis mahasiswa kritis dan juga yang mengucapkan kalimat dalam ajaran Islam, seperti insya Allah, barakallah, hingga qadarallah.

Baca Juga: Soal Unggahan Rasis, Ini Hasil Konfirmasi Mantan Rektor UIN Banten pada Rektor ITK

Bahkan, ia tidak segan melabeli mahasiswa perempuan yang berjilbab. "Tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun," demikian salah satu status guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tersebut yang viral dikutip di Jakarta seperti yang dirilis Republika.co.id, Sabtu (30/4/2022).

Ia juga menyindir aktivis mahasiswa yang kerap kali melakukan Demonstrasi.

Dr. Sholik Al-Huda,M.Fil, Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya mengaku prihatin dan menyayangkan pernyataan ngawur dan mengarah pada perpecahan anak bangsa.

menurutnya, pernyataan tersebut sangat tidak layak bagi seorang rektor yg seharusnya berfikir bijak dan santun, tanpa harus menghina atau menyingung hal-hal yang tidak penting tetapi menyingung perasaan atau identitas kelompok lain.

"Saya kira selevel Doktor (bicaranya)harus bijaklah dalam bertutur, apalagi sampai menyinggung kelompok tertentu," ujarnya kepada Optika.id, Sabtu, 30 April 2022.

Lebih lanjut, Sekretaris Program Pasca Sarjana ini menyarankan Seorang Akademisi memberikan teladan kepada publik jika ingin mengapresiasi kelompok tertentu pujilah tanpa merendahkan yang lain.

"Saya kira kalau ingin memuji pujilah setinggi langit tanpa harus menghina yang lain," imbuhnya.

Lebih lanjut Mantan Sekretaris Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jawa Timur ini menuding pola pikir sang Rektor tak ubahnya pola pikir era Kolonial.

"Saya kira cara berpikir seperti ini adalah cara berfikir model kolonialisme, pecah bela, satu diangkat satu diinjak," pungkasnya.

Baca Juga: Soroti Tulisan Rektor ITK, Ini Pendapat Rocky Gerung

Tulisan budi terkait program seleksi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbudristek dalam seleksi beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang berada di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Direktur Utama LPDP Andin Hadiyanto mengatakan, masalah status rektor ITK yang viral terkait program Kemendikbudristek.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berikut isi tulisan Budi Santoso yang kontroversial:

Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5 persen sisi kanan populasi mahasiswa.

Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8, dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus

dengan nilai IELTS 8, 8.5, bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145, bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan, dan asisten lab atau asisten dosen.

Baca Juga: Rektor ITK Akan Segera Dinonaktifkan, Disebut Langgar Pakta Integritas!

Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagainya.

Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi-posisi di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada dua cowok dan sisanya cewek. Dari 14, ada dua tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar open mind. Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju, seperti Korea, Eropa Barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi. (Sebagian Berita ini telah diterbitkan di Harian Republika.co.id)

Oleh: M.Roissudin

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU