[caption id="attachment_14301" align="alignnone" width="150"] Ruby Kay[/caption]
Negara mana yang akan dituju kalau mau belajar hacking atau pemrograman komputer? Cuma tiga, Amerika Serikat, Israel dan India.
Baca Juga: Menuju Kemerdekaan Pakistan
Amrik dan Israel memang oke punya, tapi biaya hidup di 2 negara itu terbilang mahal. Dan India bisa menjadi rujukan untuk belajar Teknologi Informasi (TI) dengan biaya pendidikan dan biaya hidup yang relatif murah, bahkan jauh lebih murah daripada biaya hidup di Indonesia.
Mungkin ada beberapa orang yang masih memandang remeh India. Kumuh, jorok, mengolah makanan suka diobok-obok pake tangan. Masih banyak orang miskin disana yang buang air besar sembarangan.
Namun terlepas dari itu semua, India sudah lama fokus pada industri Teknologi Informasi. Mereka punya Bangalore sebagai silicon valley pengembangan algoritma kelas dunia.
Di India, TI menjadi jurusan bergengsi. Calon mahasiswa diseleksi dengan ketat, prinsip equality menjadi prioritas utama. Anak pejabat dari kasta Brahmana sekalipun jika ia tak miliki bakat dibidang logika pemrograman, maka akan tertolak dengan sendirinya. Sebaliknya, anak petani miskin dari kasta Sudra dengan serta merta akan diterima jika _passing grade_ nya diatas rata-rata.
Baca Juga: Kisah Kegagalan Gandhi
30 tahun setelah menancapkan visi sebagai Negara penghasil programmer yang mahir coding bahasa pemrograman, India baru merasakan hasilnya di awal tahun 2000-an. Sekarang, nama berbau India merajai blantika industri software dunia. Vishal Sikka dipercaya sebagai salah satu direktur Oracle. Satya Nadella menjabat CEO Microsoft. Sedangkan Sundar Pichai diberi amanah sebagai CEO Google. Dan masih banyak posisi strategis perusahaan TI kelas dunia yang diisi oleh orang-orang India.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
India dari tahun 80-an memang sudah fokus mengembangkan SDM yang handal di bidang TI. Ketika negara berkembang lainnya cuma sibuk memperkuat industri agraris atau manufakfur, India bisa mengintip celah bahwa ke depan dunia akan sangat ketergantungan kepada komputer. Mereka tak cuma mengekspor film bollywood kesana kemari, tapi juga mengirimkan individu yang handal dalam merancang bangun sistem informasi.
Lalu kapan nama berbau khas nusantara akan berada dalam jajaran top executive perusahaan IT dunia? Entahlah, yang jelas masih lama. Karena sarjana TI di Indonesia dikenal cuma bisa install Windows doang. Hehehehe.... kidding bray. Tapi beneran lho, banyak lulusan TI yang gak familiar dengan coding Java atau Phyton, bisanya cuma ngoprek komputer rakitan.
Baca Juga: Krisis Pangan Dibalik Hubungan Diplomasi Indonesia-India
Semoga kelak ada nama Burhan dari Medan, Mansyur dari Cianjur atau Sumini dari Wonogiri yang tercatat sebagai orang-orang jenius dibidang teknologi informasi.
Ruby Kay
Editor : Pahlevi