Optika.id - Saat ini, tren digitalisasi yang semakin massif tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat. Ibarat pisau bermata dua, digitalisasi juga memiliki dampak buruk hingga menimbulkan kerugian di masyarakat. Pasalnya, dengan kecanggihan teknologi muncul beragam penipuan yang semakin bervariasi di era digital saat ini. Salah satunya ialah Social Engineering.
Social Engineering adalah cara untuk mengelabui atau memanipulasi korban agar bisa mendapatkan informasi data pribadi atau akses yang diinginkan.
Baca Juga: Waspada Modus Penipuan Online yang Kian Canggih dan Bervariasi
Tindakan Social Engineering ini menggunakan manipulasi psikologis pada korban. Caranya adalah dengan mempengaruhi pikiran korban melalui berbagai cara atau media yang bisa membujuk korbannya melakukan situasi. Bisa dengan cara membuat korban senang atau panic sehingga korban tanpa sadar akan menjawab atau mengikuti instruksi pelaku.
Pelaku kejahatan social engineering akan mengambil data dan informasi pribadi untuk keuntungan pribadinya, sepertti mencuri semua uang di rekening, mengambil alih akun penting, atau menyalahgunakan data pribadi untuk kejahatan.
Menanggapi hal tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, para pelaku social engineering biasanya menghubungi korbannya melalui email, telepon dan media sosial untuk mendapatkan data pribadi korbannya. Data pribadi yang dicuri tersebut meliputi password, aplikasi, PIN, MPIN, Kode OTP, kartu kredit, nomor kartu ATM, nama ibu kandung, dan lain sebagainya.
"Bentuk serangan social engineering ada berbagai macam, antara lain phising, scam phone, dan impersonation call," terang OJK dalam keterangannya, Kamis (23/6/2022).
Modus penipuan yang lazim digunakan saat ini ialah info perubahan tariff transfer di mana si penipu berpura-pura sebagai pegawai bank dan menyampaikan informasi terkait perubahan tariff transfer bank kepada korban. Penipu kemudian meminta korban mengisi link formulir yang meminta data pribadi seperti OTP, PIN, dan Password.
Baca Juga: Tinder Peringatkan Penggunanya Terhadap Romance Scam, Bagaimana Cara Menghindarinya?
"Kemudian tawaran menjadi nasabah prioritas. Dalam hal ini penipu menawarkan iklan upgrade menjadi nasabah prioritas dengan segudang rayuan promosi. Penipu akan meminta korban memberikan data pribadi seperti Nomor Kartu ATM, PIN, OTP, Nomor CVV/CVC, dan password," ungkap OJK.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Modus selanjutnya ialah akun layanan konsumen palsu seperti akun media sosial palsu yang mengatasnamakan bank yang dipakai nasabah. Akun bodong tersebut biasanya muncul ketika ada nasabah yang menyampaikan keluhan terkait layanan perbankan yang dialami. Pelaku kemudian menawarkan bantuan untuk menyelesaikan keluhannya dengan mengarahkan ke website palsu pelaku atau meminta nasabah memberikan data pribadinya. Biasanya, akun bodong tersebut mendesak korban untuk cepat masuk ke website abal-abal tersebut.
Dan terakhir adalah penawaran menjadi agen Laku Pandai. Di sini penipu menawarkan jasa menjadi agen laku pandai bank tanpa persyaratan rumit. Penipu akan meminta korban mentransfer sejumlah uang untuk mendapatkan mesin EDC.
"Jika ada oknum yang mengaku pegawai bank menghubungi meminta data pribadimu, jangan diberikan. Pastikan hanya menggunakan aplikasi dan menghubungi layanan resmi bank atau lembaga jasa keuangan," tutup OJK.
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi