Optika.id - Godaan oligarki ke partai-partai politik saat ini semakin menguat. Hal tersebut diungkapakn oleh Peniliti Senior BRIN Firman Noor yang meminta praktik oligarki dalam berbagai kedoknya harus dihindari sekuat mungkin oleh partai-partai politik.
Menurut Prof. Mahfud MD, 92 persen calon kepala daerah terkait dengan investor politik atau kerap disebut cukong atau bisa lah dikatakan sebagai oligarki. Ini sebuah warning yang luar biasa bagi partai-partai dan kita semua, ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (26/8/2022).
Baca Juga: Pengambilan Air Tanah Berlebih Akibatkan Banjir Rob dan Penurunan Tanah
Hal tersebut, ujar Firman, menjadi semacam peringatan yang luar biasa bagi partai politik dan semua elemen masyarakat. Hal ini memicu tidak tumbuhnya iklim demokrasi jika oligarki begitu kuat.
Bisa jadi saat ini kebesaran nama sebuah partai, tokoh-tokohnya dan seluruh kader adalah mereka yang dapat berkata tidak atau no pada oligarki dan bukan memanfaatkan oligarki, jelasnya.
Atas dasar hal tersebut, kini tantangan bagi partai politik terkait dengan Pemilu tidaklah sederhana. Akan tetapi, hal demikian pemilu dapat kembali menjadi ajang penguatan marwah partai politik dan bisa menyelesaikan persoalan itu.
Di sisi lain, rakyat ingin melihat berapa besar komitmen partai terbebas dari oligarki. Masyarakat juga ingin melihat bahwa partai politik dapat berperan sebagai elemen demokrasi yang mumpuni serta dengan segala kebersihan dan kesehatan terhadap aturan yang ada.
Saya berkeyakinan bahwa masih banyak elemen di dalam partai kita yang berkomitmen besar untuk melakukan perubahan yang lebih baik, kata Firman.
Baca Juga: Peserta Pemilu 2024 Diminta Edukasi Masyarakat Soal Quick Count
Firman juga memperingatkan kepada partai politik agar mengawal hasil-hasil Pemilu dengan sebaik-baiknya selain memperhatikan praktik oligarki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Firman menyampaikan, partai juga harus menjadi elementer terdepan yang memberikan perlawanan terhadap segenap kecurangan dalam Pemilu nantinya, khususnya dalam proses perhitungan suara. Bukannya malah menjadi pemberi fasilitas, atau bahkan pelaku dari segenap kecurangan tersebut. Saat ini, diungkapkannya, tidak hanya praktik serangan fajar yang terjadi, tapi juga serangan senja.
Saat ini sudah berlanjut menjadi serangan senja juga, setelah pencoblosan dilakukan. Jadi bagaimana suara itu diolah itu sudah melampaui batas yang wajar saat ini, karena tidak lagi berbentuk serangan fajar, tapi juga serangan senja pasca perhitungan suara secara terbuka di depan masyarakat, paparnya.
Baca Juga: Bicara Keamanan Siber: Ganjar Ingin Kuatkan BSSN
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi