Optika.id - Polarisasi yang terjadi pada pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2019, rasanya masih membekas hingga sekarang. Polarisasi itu bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Baca Juga: Delegasi Dubes Malaysia Temui Haedar Nashir, Bahas Kerja Sama Pendidikan dan Moderasi Islam
Hal tersebut nampaknya menjadi keresahan bagi tokoh-tokoh nasional. Salah satunya yakni Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir.
Ia menyebut pemilu serentak tahun 2024 bisa menjadi hal yang krusial. Jika polarisasi nantinya masih tetap terjadi. Pemilu harus dipastikan untuk tetap merekatkan persatuan.
Okelah, berbeda pilihan politik. Berbeda tokoh yang tampil dalam kontestasi, namun satu hal yang harus kita sepakati, jangan sampai itu membuat terpecah belah, ungkap Haedar Nashir, usai membuka musyawarah wilayah (Musywil) Muhammadiyah Jatim di Ponorogo, Sabtu (24/12/2022).
Adanya dinamika dalam masyarakat yang besar seperti di Indonesia merupakan hal yang wajar. Namun, tidak boleh melakukan hingga pembelahan politik.
Baca Juga: Haedar Nashir Seharian di Jatim, Resmikan Kampus sampai Groundbreaking Rumah Sakit
Yakni di akar rumput bisa bercabang menjadi pembelaan atas nama agama, suku, ras dan golongan. Agar tidak terjadi seperti itu, pentingnya kearifan dari para tokoh bangsa ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kemudian, Haedar juga mengajak untuk mengawal dan memastikan pemilu dilaksanakan pada tahun 2024, tidak ada pergeseran lagi.
Buktikan bahwa kita harus patuh pada konstitusi. Jangan pernah berpikir, konstitusi bisa diubah-ubah sesuai keinginan, hanya kita saat ini kuat. Padahal dasar kita kuat, karena kita menjaga konstitusi itu sendiri, katanya.
Baca Juga: Muhammadiyah Ingin Dirikan Kantor hingga Fasilitas Kesehatan dan Pendidikan di IKN
Dalam kesempatan itu, Haedar juga menekankan jangan sampai agama dipandang sebagai sumber masalah atau radikalisme. Padahal radikal itu juga bisa datang dari mana saja. Jangan sampai juga ada pemikiran, bahwa agama sumber identitas yang memecah. Padahal pemecah itu tidak hanya dari aspek agama. Bisa juga dari aspek politik itu sendiri.
Jangan sampai berpikiran sempit ke sebuah persoalan, tetapi lebih dari itu. Bangsa bisa kuat jika pemimpinnya mempunyai jiwa kenegarawanan. Jiwa yang mementingkan kepentingan negara diatas kepentingan diri, kelompok, kroni dan golongan, pungkasnya.
Editor : Pahlevi