Optika.id - Raja Belanda Willem-Alexander angkat bicara terkait aktivitas negaranya di masa lalu yang memberikan luka menganga perbudakan selama 250 tahun di daerah jajahannya. Hal ini merespons pernyataan dari Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte yang sebelumnya sudah menyampaikan permohonan maaf atas kejadian kelam yang dilakukan bangsa nya tersebut.
Baca Juga: Surat Kabar dan Tantangan Menghadapi Tekanan Kolonial
Tak menampik, Willem mengakui perbudakan yang terjadi selama 250 tahun oleh Belanda merupakan tindakan yang tidak manusiawi dan termasuk kejahatan kemanusiaan. Menurutnya, seluruh rakyat Belanda turut memikul tanggung jawab atas tindakan-tindakan kejahatan kemanusiaan tersebut.
Untuk itu, dirinya merasa Belanda perlu menyampaikan permohonan maaf atas kejadian masa lalu demi kemajuan negara di masa depan.
Tapi dengan jujur menghadapi masa lalu kita bersama dan mengakui kejahatan terhadap kemanusiaan yakni perbudakan, kita meletakkan dasar untuk masa depan bersama. Masa depan, di mana kita berdiri melawan semua bentuk modern dari diskriminasi, eksploitasi, dan ketidakadilan, kata Willem di Istana Huinten Bosch di Den Haag, Belanda, Minggu (25/12/2022) seperti dikutip dariAFP.
Sang Raja juga menilai bahwa permintaan maaf dari Belanda ini bukanlah akhir untuk menutup seluruh kejadian yang pernah terjadi, namun dia merasa bahwa langkah ini merupakan awal mula dari perjalanan yang panjang.
Permintaan maaf yang ditawarkan oleh pemerintah (Belanda) adalah awal dari perjalanan panjang, imbuhnya.
Baca Juga: Politik Stigma Belanda: Tarekat dan Stigma Gila
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagai informasi, sebelumnya Perdana Menteri (PM) Belanda, Mark Rutte secara resmi menyampaikan permohonan maaf atas keterlibatan bangsanya dalam kasus perbudakan selama 250 tahun. Belanda juga mengakui jika perbudakan tersebut termasuk dalam kejahatan kemanusiaan yang menyalahi hak asasi manusia.
Hal tersebut disampaikan oleh Rutter pada Senin (19/12/2022) lalu bertepatan dengan 150 tahun berakhirnya masa perbudakan di era kolonial negeri Kincir Angin tersebut. Rutter dengan rendah hati meminta maaf atas perbudakan yang terjadi di Suriname, pulau-pulau seperti Curacao, Aruba di Karibia, dan Indonesia bagian Timur.
Hari ini atas nama pemerintah Belanda, saya meminta maaf atas tindakan negara Belanda di masa lalu, kata Rutte dalam pidatonya di Den Haag, melansir dariAFP, Selasa (20/12/2022).
Baca Juga: Mengorek Luka Lama: Riset Perang Indonesia-Belanda dan Narasi Kejahatan Perang Pejuang Indonesia
Dia mengakui apa yang pernah negaranya lakukan terkait perbudakan itu masuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan. Namun Rutter mengatakan saat ini negaranya hanya bisa mengakui adanya kejahatan tersebut.
Kami yang hidup di sini dan sekarang, hanya bisa mengakui dan mengutuk perbudakan yang jelas sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, tuturnya.
Editor : Pahlevi