Surat Kabar dan Tantangan Menghadapi Tekanan Kolonial

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Senin, 31 Jul 2023 13:53 WIB

Surat Kabar dan Tantangan Menghadapi Tekanan Kolonial

Optika.id - Dalam perkembangannya pers bumiputera di Jawa Timur juga mengalami timbulnya konflik-konflik yang dipicu oleh beberapa hal.Sejak awal perkembangannya pers bumiputera memiliki keberadaan yang sangat riskan mengingat pers bumiputera yang memiliki sumbangsih besar dalam proses perjuangan nasional bangsa Indonesia. Peran pers yang menjadi jembatan informasi kepada rakyat Indonesia mengenai Indonesia menjadi sebuah ancaman bagi koloni.

Baca Juga: Sejak Kapan Quick Count Mulai Digunakan dalam Pemilu?

Pers Jawa Timur sepanjang masa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan pers Nasional. Peran pers bumiputera Jawa Timur yang sangat besar dan penting menjadikan keadaan pers bumiputera di Jawa Timur sangat riskan. Konflik-konflik yang terjadi dalam dunia pers bumiputera di Jawa Timur tak jarang karena beberapa artikel yang dianggap koloni sebagai tulisan-tulisan hasutan, propaganda, atau semacamnya yang dianggap dapat mengancam kelangsungan koloni di Indonesia.

Salah satu pers bumiputera di Jawa Timur yang paling termasyhur adalah Surat kabar Soara Oemoem yang merupakan surat kabar harian yang menggunakan bahasa Jawa dan merupakan Daglab nasional toemrap Indonesia.

Soara Oemoem diterbitkan oleh Soeloeh Rajat Indonesia dengan pemimpin redaksinya Taher Tjindarboemi. Salah satu tulisan Taher Tjindarboemi yang membahas mengenai kasus pemberontakan kapal Zeven Provician menjadi suatu konflik pelanggaran hukum. Tulisan tersebut dianggap melanggarpersbreidel Ordonantie atau peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada 7 September 1931.

Dalam ordonansi atau biasa disebut dengan peraturan pemerintah tersebut disebutkan bahwa Gubernur Jenderal diberi hak untuk melarang terbitan-terbitan tertentu yang dianggap sebagai pengganggu ketertiban umum.

Dalam pasal keduanya ditegaskan bahwa Gubernur Jenderal memiliki hak untuk melarang pencetakan, penerbitan, dan penyebaran sebuah surat kabar selama delapan hari, namun apabila setelah terbit kembali tetap dianggap menyebabkan kegaduhan dan mengganggu ketertiban umum kembali dilarang menerbitkan lebih dari delapan hari, dan tidak lebih dari tiga puluh hari.

Masalah yang terjadi pada surat kabar Soara Oemoem tidak berhenti disitu. Setelahnya Soara Oemoem juga dianggap melanggar haatzasi Artikelen, yaitu pasal 154, 155, 156, dan 157 Wetboek van Strafrecht, yang dianggap menyebarkan kebencian dan permusuhan.Sebelum itu Taher Tjindarboemi telah menulis pada 2 Januari 1933.

Baca Juga: Menelusuri Aktivitas Judi dari Masa ke Masa

J.D. Legge dalam bukunya Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan, dikutip Optika.id, Senin (31/7/2023) menjelaskan jika artikel-artikel dalam Soara Oemoem dianggap menghasut sehingga hal tersebut tertera dalam verheijen tanggal 8 Februari 1933, No. 719 AP. Taher Tjindarboemi ditahan hingga pemerintah Hindia Belanda menawarkan kedatangan dr. Soetomo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penahanan terhadap Taher Tjindarboemi tersebut dipersoalkan oleh Moch, Husni Thamrin, dan Mochtar bin Prabu Mangkoenegoro di depan sidang volksraad.Namun usaha mereka untuk mencoba meloloskan Taher Tjindarboemi dari penjara Kalisosok tidak membuahkan hasil.

M. Chusnan Affandi, pimpinan redaksi majalah angkatan Baroe yang merangkap sekaligus redaktur Panji Islam dikenai hhukuman penjara selama 3 bulan. M. Chusnan Affandi didakwah melanggar artikel 153 BIS WVS karena tulisan berjudul Oh...Pangeran dan Pahlawan Aria Pangeran Diponegoro dan angkatan Baroe No. 5 tahun 1939. M. Chusnan Affandi meninggal dunia tidak lama setelah keluar dari penjara.

Selain masalah-masalah politis dalam pers, ada beberapa masalah-masalah lain yang perlu diperhatikan. Seperti pada penggunaan bahasa dalam sebuah majalah, koran, atau semacamnya.

Baca Juga: Mengenal Zionisme dan Hubungan Erat dengan Israel

Penggunaan bahasa Jawa pada majalah Panjebar Semangat juga tidak jauh karena sasaran pembacanya adalah orang-orang yang tidak bisa bahasa Indonesia dan bahasa Belanda. Jumlah pembaca koran ataupun majalah juga menjadi pemicu lahirnya konflik-konflik dalam dunia pers bumiputera Jawa Timur.

Dalam beberapa contoh konflik-konflik yang terjadi antara penulis sebuah artikel dengan pemerintah Hindia Belanda selalu tidak jauh mengenai konten atau isi dari sebuah tulisan yang dianggap dapat memberikan pesan-pesan khusus yang tersirat dan dapat mengancam keberadaan Belanda pada saat itu.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU