Ketua KPU: Saya Bajingan dan Ahli Maksiat, Pakar: Dia Emosi dan Benar Lakukan Maksiat

author Seno

- Pewarta

Jumat, 06 Jan 2023 16:39 WIB

Ketua KPU: Saya Bajingan dan Ahli Maksiat, Pakar: Dia Emosi dan Benar Lakukan Maksiat

Optika.id - Hasyim Asy'ari, Ketua Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), di dalam Rapat koordinasi KPU dengan KPUD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Indonesia, di Kantor KPU, Jalan Menteng Jakarta Pusat, melontarkan uneg-unegnya secara bercanda (Kamis, 5/1/2023).

Baca Juga: Ibarat Wayang, Hasyim Asy’ari Waktunya Masuk Kotak

Asyari inginnya berseloroh di depan peserta rapat para anggota KPUD seIndonesia dengan membayangkan dirinya dalam Sidang DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu).

"Yang mulia, saya ini ahli maksiat, yang mulia, karena lembaga ini lembaga Kehormatan Dewan Penyelenggara Pemilu, hanya boleh mengadili yang memiliki kehormatan. Menurut saya pengadu salah alamat," candanya di depan anak buahnya itu. Peserta rapat kontan ikut tertawa.

"Yang diadukan ke sini hanya orang-orang yang punya kehormatan. Sementara saya ini ahli maksiat, nggak pantas saya dibawa ke sini yang mulia, kan begitu logikanya. Yang boleh dibawa ke situ yang punya kehormatan. Sementara saya di bagian awal saya sudah ngaku ahli maksiat, yang mulia, saya nggak punya kehormatan," lanjutnya (detik.com, 5/1/2023).

Sebagaimana kita ketahui Hasyim Asyari dilaporkan oleh 9 partai politik yang tergabung dalam wadah Gerakan Melawan Political Genocide (GMPG). Mereka adalah Partai Masyumi, Partai Perkasa, Partai Pandai, Partai Reformasi, Partai Pemersatu Bangsa, Partai Kedaulatan, Partai Republik Satu, Partai Prima, dan Partai Berkarya.

Koalisi partai politik yang tidak lolos sebagai peserta pemilu melaporkan Asyari ke DKPP karena perbuatan asusila dan pelecehan seksual berkali-kali terhadap Hasnaeni Moein, Ketua Partai Republik Satu (PRS). Dugaan Koalisi ada transaksi seksual antara Asyari dan HM agar PRS bisa lolos sebagai peserta pemilu 2024.

"Kalau yang urusan 'Wanita Emas' itu, nanti dulu, belum selesai, nanti kalau saya diadukan itu, dalam sidang itu saya akan buat pengakuan. Pertama yang mulia, saya ini memang bajingan yang mulia," urai Asyari.

Asyari barangkali membayangkan rapat koordinasi itu semacam teater antara pimpinan dan bawahan karena itu dia dengan lancar bercanda dan berseloroh.

"Nanti saya akan akhiri, yang mulia, mohon ditanyakan ke dalam majelis siapa pun yang ada ruangan ini, ada nggak di antara kita yang nggak pernah maksiat? Saya tanya yang di sini deh, ada nggak yang nggak pernah maksiat? Angkat tangan, resolusi 2023,"urainya lebih lanjut. Bahkan Asyari teruskan lebih dalam tentang dosa.

"Ya karena kita ini masih salat masih berdoa robbigfirli, ampuni (aku) Tuhan ku, itu berarti kita ini masih mengaku ahli maksiat semua. Makanya nggak boleh sombong, masih ahli maksiat semua. Harus banyak-banyak berdoa, harus banyak-banyak solat beribadah minta ampunan kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Tuhan Yang Maha Esa," pesannya.

Meski Berseloroh: Diakui Maksiat itu

Baca Juga: Pengamat Nilai Pemberhentian Ketua KPU Terlambat, Singgung Pemilu Profesionalitas

Menurut pakar ilmu politik dari Fisip Universitas Brawijaya, Dr Abdul Aziz,pernyataan Asyari dinilai sebagai orang yang tidak faham empan papan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hasyim Asy'ari tidak mengerti empan papan, pinjam istilah orang Jawa. Tidak mengerti cara menempatkan diri, dan sedang berada di mana. Untuk apa dan apa perlunya Hasyim menggunakan forum resmi KPU untuk curhat urusan pribadinya, tulisnya kepada Optika lewat WhatsApp, Jumat, 6/1/2023.

Selaras dengan pendapat Aziz adalah pendapat Dr Wawan Sobari, ilmuwan politik dari Fisip Universitas Brawijaya, Malang. Menurut Sobari pernyataan Ketua KPU meskipun dalam konteks bercanda, tapi tidak tepat, apalagi disampaikan dalam forum formal, resmi.

Makna kehormatan dalam DKPP justru untuk menjaga prinsip dan praktik moralitas penyelenggara pemilu, bukan berarti dimaknasi hormat vs maksiat, dua hal yg tidak relevan dalam menjelaskan tuopoksi DKPP, urai dosen yang rajin meneliti dan menulis jurnal internasional itu kepada Optika.id, Jumat, 6/1/2023, lewat WhatsApp.

Lebih lanjut Sobari mengatakan bahwa DKPP praktiknya memamng mengadili pelanggaran etik penyelenggara pemilu, tapi eksistensinya sebenarnya untuk menjaga integritas penyelenggara pemilu, dan secara umum berkontribusi pada upaya mewujudkan penyelenggaraan pemilu yang kompetitif dan etis

Baca Juga: Puan Maharani Usai Ketua KPU Diberhentikan, Kita Harus Cari Figur yang Baik

Menurut Aziz perilaku Asyari sebagai orang emosional. Aziz katakana bahwa soal isu mesumnya dengan Hasnaini Moeink kendati didesain sebagai candaan, tapi terlihat jelas di situ betapa Asyari emosi.

Sangat emosi. Menumpahkan emosinya dengan seolah-olah bercanda. Dengan cara begitu justru mengesankan Hasyim benar-benar ada apa-apa dengan Hasnaeni. Jika tidak, lalu untuk apa mengumbar-umbar emosi di depan publik, katanya secara kritis.

Menurut Aziz, Asyari seperti kehilangan kontrol diri dengan mengucapkan sesuatu yang tidak pantas, ora ilok. Publik pun bisa menilai dan menduga-duga apa yang sedang berkecamuk di dada Asyari. Dia mungkin sedang tak tenang menghadapi ocehan Hasnaini serta aduan sejumlah pihak soal dirinya ke DKPP.

Candaan itu menunjukkan kalau dia benar lakukan itu. Dia benar maksiat. Jika dirinya di posisi tak bersalah mestinya tenang-tenang saja. Tidak perlu mengumbar emosi, di forum resmi pula. Tapi, seperti ada sesuatu yang tak beres pada diri Ketua KPU Hasyim Asy'ari, pungkas Aziz.

Tulisan: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU