Optika.id - Rentannya kasus mengenai kekerasan pada anak, termasuk kekerasan seksual yang dialami oleh anak menjadi arang hitam yang mencoreng hak anak.
Baca Juga: Mencegah Anak Bunuh Diri
Tidak semua anak berani untuk mengungkapkan kekerasan seksual yang dialami olehnya. Sehingga, hal tersebut menjadi tanggung jawab dari orang tua untuk wajib hukumnya mengenali tanda-tanda apabila mereka mengalami kejadian mengerikan tersebut.
Ketua Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Eva Devita menuturkan tanda pertama anak mengalami hal-hal yang tidak diinginkan yakni perubahan perilaku.
Perubahan perilaku tersebut misalnya anak mengalami depresi, menjadi lebih cemas dari biasanya, yang tadinya ceria kemudian menjadi pendiam, takut bertemu orang asing, bahkan mungkin menghindar dari pelaku atau yang berhubungan dengan pelaku. Selain itu, tanda yang lain yakni anak cenderung menarik diri dari lingkungan yang biasanya mereka nyaman di situ.
Sementara itu, pada anak yang sudah beranjak atau berusia remaja, tanda yang ditunjukkan yakni mereka kadang melakukan perilaku percobaan bunuh diri dan penurunan performa di sekolah.
Tanda lainnya bisa dilihat dengan munculnya berbagai keluhan yang tidak jelas dari anak seperti menolak pergi ke sekolah, sakit perut, sakit kepala, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Mengapa Kekerasan Rentan Menimpa Perempuan?
Eva menjelaskan, anak juga bisa mengalami gangguan makan dan tidur. misalnya tidak nafsu makan, tidak makan, bulimia atau memuntahkan kembali makanan yang sudah dimakan, hingga mengalami mimpi buruk dan sulit untuk tidur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Ada keluhan buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) seperti suka kecipirit, mengeluh nyeri saat BAK dan BAB, ada gatal, cairan atau kotoran yang keluar dari vagina, serta ada luka di kemaluan atau anus," kata Eva dalam keterangan yang diterima, Jumat (10/2/2023).
Kemudian, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual bisa mengalami depresi, rasa bersalah pada diri sendiri, kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain serta memiliki kecenderungan suka berganti pasangan di usia remaja. Mereka juga empat kali lebih mungkin mengalami perilaku atau upaya bunuh diri, empat kali lebih besar melakukan hubungan seksual sebelum usia 15 tahun.
Baca Juga: Kekerasan Tak Buat Anak Jadi Penurut dan Disiplin
"Dampaknya tak hanya saat anak mengalami kejadian, tetapi juga ke depannya anak akan mengalami permasalahan," ucap Eva.
Kendati demikian, dampak-dampak tersebut juga tergantung pada sejumlah faktor antara lain, usia anak saat mengalami kekerasan, derajat beratnya kekerasan yang dialami, hingga frekuensi dia mengalami kekerasan.
Selain itu, hubungan anak dengan pelaku juga berpengaruh sehingga apabila pelaku ini orang terdekatnya, maka bisa meningkatkan rasa cemas dan memengaruhi kepribadian serta kondisi sosial dan emosional anak.
Editor : Pahlevi