Kelompok Musa dan Firaun

author Seno

- Pewarta

Selasa, 14 Feb 2023 06:47 WIB

Kelompok Musa dan Firaun

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Baca Juga: Keturunan India Menjadi Presiden Singapura

Optika.id - Di mana-mana, di banyak negara, ada orang baik dan orang tidak baik, kedua kelompok ini menurut sahabat saya Iqbal alumni Al Azhar University di Mesir ini kata dia, masyarakatnya juga dibagi dua, yaitu masyarakat yang baik yang lucunya masyarakaat menyebutnya kelompok Musa dan kelompok yang tidak baik, jahat disebut kelompok Firaun. Iqbal menjelaskan hal ini sambil tertawa.

Saya memang berkali-kali mengalami menghadapi kelompok tidak baik atau Firaun ini ketika berkunjung ke Mesir terutama di tempat-tempat wisata dan di bandara.

Misalnya di tempat wisata seperti di kawasan Tiga Piramida di Giza, turis sudah dicegat dengan beberapa kelompok pemuda yang mengatakan bahwa mobil tidak boleh masuk dan harus naik unta milik mereka, yang ujung-ujungnya minta duit.

Para penjual suvenir di depan piramida juga begitu, mengejar-ngejar turis memaksa membeli dagangannya. Seorang pedagang melihat saya sambil berteriak You from Indonesia! My brother... Indonesia is good sambil memberi suvenir This is for you my brother, free!, tapi akhirnya memaksa dengan kasar Give me small money.

Baca Juga: Kecurangan Pemilu Tidak Hanya di TPS

Di depan Musium Kairo di kawasan Tahrir Square, banyak anak-anak muda yang menawarkan jasa pemandu, dan mereka seakan pemandu resmi karena memakai name tag atau keplek, padahal mereka akhirnya memaksa turis membayar dengan jumlah yang besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di bandara juga demikian, para pemuda yang mengenakan keplek seperti petugas resmi bandara langsung menarik tas-tas bawaaan kita untuk dimasukkan ke mesin X-Ray, dan setelah dari X-Ray mereka memaksa meminta uang, yang mengejutkan kita adalah cara mereka meminta uang itu persis di depan polisi.

Untungnya saya ke mana-mana berpergian di kota Kairo itu selalu didampingi Iqbal, Hudi, dan Wahyu alumni dan mahasiswa Al-Azhar yang bisa berbahasa Arab dengan lancar, sehingga kalau menghadapi situasi seperti itu mereka bisa membantu menolaknya.

Baca Juga: Polusi Udara DKI Sebagai Pembenar Perlunya IKN

Tentu, kejadian-kejadian seperti itu tidak menghilangkan kekaguman saya tentang Kairo yang memiliki peninggalan-peninggalan sejarah gemilang Mesir masa lalu, seperti piramida, Museum Kairo yang menyimpan peninggalan-peninggalan Firaun, Masjid Amru Bin Ash, sahabat Rasulullah yang menyebarkan Islam pertama kali ke Mesir, Benteng Salahuddin Al Ayubi yang masih berdiri kokoh, Salahuddin atau Saladin adalah Panglima perang yang membebaskan Yerusalem, Masjid Ali Pasha yang terletak di dalam Benteng Salahuddin yang bentuknya seperti Masjid di Istanbul Turki karena memang arsiteknya dari Turki, Universitas Al-Azhar dan pasar-pasar tradisional khas negara-negara Arab, serta tentu makanan khas Mesir nasi kebuli dengan ayam atau kambing bakarnya dsb.

Hanya saja, kalau saya memakai istilah kelompok Musa dan Firaun di Mesir seperti yang dijelaskan Iqbal di atas itu untuk situasi di Indonesia, maka para dokter yang bertugas di pulau terpencil, prajurit TNI yang bertugas di perbatasan, guru-guru yang mengajar murid-muridnya di pulau-pulau kecil, anak-anak yang bejalan jauh melalui hutan dan tanah terjal demi memperoleh Pendidikan dsb dsb, mereka itu adalah kelompok Musa, sedangkan ratusan pejabat negara yang ditangkap KPK selama ini itu mungkin bisa digolongkan kelompok Firaun.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU