3 Cucu Pahlawan Nasional Namanya Muncul di Bursa Capres-Cawapres, Bagaimana Peluangnya?

author Seno

- Pewarta

Kamis, 23 Feb 2023 05:44 WIB

3 Cucu Pahlawan Nasional Namanya Muncul di Bursa Capres-Cawapres, Bagaimana Peluangnya?

Optika.id - Munculnya 3 nama cucu pahlawan nasional di bursa calon presiden dan Calon Wakil Presiden dalam kontestasi Pemilihan Presiden 2024 patut diperhitungkan.

Baca Juga: Puan Sampaikan Terimakasih pada Mahasiswa Usai Revisi UU Pilkada Batal!

Mereka adalah Puan Maharani, cucu dari Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, kemudian Yenny Wahid cucu mantan ketua umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) KH. Wachid Hasyim. Dan yang terakhir Anies Baswedan cucu mantan Wakil Menteri Penerangan RI, Abdurrahman (AR) Baswedan.

Menurut sejarawan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta, Latif Kusairi, S.Hum, MA, munculnya nama-nama capres dan cawapres yang merupakan cucu pahlawan nasional merupakan hal yang lumrah.

"Di berbagai negara juga sering terjadi keturunan atau keluarga pahlawan nasional hadir sebagai calon pemimpin. Contohnya di Filipina, Thailand, Vietnam atau yang lainnya," kata Ketua Jurusan Peradaban Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta ini pada Optika.id, Kamis (23/2/2023).

"Semua orang berhak menjadi calon presiden. Tetapi ada modal besar bagi tokoh tersebut yakni dengan cara pengenalan ke masyarakat lebih mudah. Mereka punya modal popularitas yang lebih dari yang lain," imbuh alumnus Magister Universitas Gajah Mada (UGM) ini.

Hal ini, kata Latif, sama halnya seperti artis, tokoh, dan birokrat. Tetapi yang membedakan, 3 cucu pahlawan tersebut bisa saja banyak pemilihnya. "Apabila punya karakter yang baik seperti pendahulunya bahkan bisa lebih, bisa saja banyak pemilihnya," tuturnya.

Apakah ini juga disebut politik dinasti?

"Bukan politik dinasti, karena sifat pahlawan bukan dalam rangka mempertahankan kekuasaan dirinya. tetapi sumbangsih dirinya kepada negara sehingga jasanya patut disematkan sebagai pahlawan. Jadi sah-sah saja bila ada 3 cucu jadi capres," tegas pria yang juga sering melakukan riset tentang politik ini.

Anies Elektabilitasnya Tertinggi Dibanding Lainnya

Hasil survei lembaga riset Y-Publica menunjukkan bahwa elektabilitas Anies Baswedan sebesar 20,0%, jauh meninggalkan 2 cucu pahlawan nasional lainnya, Yenny Wahid dan Puan Maharani. Diketahui elektabilitas Puan Maharani sebesar 3,1%, sementara Yenny Wahid sebesar 1,0%.

Elektabilitas Prabowo hanya kalah dari Ganjar Pranowo yang elektabilitasnya mencapai 25,5%.

Berikut grafisnya:

"Berdasarkan tren kenaikan elektabilitas dalam setahun terakhir, Ganjar dan Anies berpeluang untuk saling berhadapan. Sedangkan Prabowo, RK (Ridwan Kamil), dan Sandiaga hanya mengalami kenaikan tipis," kata Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono dalam hasil survei yang diterima, Selasa (14/2/2023).

Nama Yenny Wahid dan Puan Muncul di Bursa Cawapres

Peluang sebagai cawapres juga terbuka untuk diperebutkan oleh tokoh-tokoh lain seperti Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Elektabilitas AHY bersaing ketat dengan Ridwan Kamil dan Sandi yang kini sebesar 4,2%.

Pada posisi papan bawah, ada nama-nama seperti Puan Maharani (3,1%), Erick Thohir (2,2%), dan Khofifah Indar Parawansa (2,0%). Ada pula Andika Perkasa (1,4%), Airlangga Hartarto (1,1%), dan terakhir Yenny Wahid (1,0%).

"Dengan terus menguatnya posisi tiga besar dan rebound-nya RK-Sandi, elektabilitas tokoh-tokoh yang lain cenderung tergerus," kata Rudi.

Diketahui, Survei Y-Publica dilakukan pada 1-7 Februari 2023 terhadap 1.200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Data diambil melalui wawancara tatap muka terhadap responden yang dipilih secara multistage random sampling. Margin of error sebesar kurang lebih 2,89ngan tingkat kepercayaan 95%.

Punya Hak Untuk Nyapres

Baca Juga: Puan Maharani Setelah di IKN: Rumah Oke, Tidur Nyenyak

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selain itu, menanggapi munculnya 3 nama cucu pahlawan nasional, sejarawan asal Surabaya, Hamid Nabhan menyampaikan jika Ir. Soekarno, KH. Wachid Hasyim dan Abdurrahman Baswedan adalah Pahlawan Nasional pada masanya.

"Yang semuanya memiliki peran tersendiri terutama ketika masa awal kemerdekaan Republik Indonesia," kata Hamid, Kamis (23/2/2023).

"Mereka (Anies, Puan, Yenny) punya hak sebagai warga negara untuk maju. Dan apa yang terjadi nanti, semua boleh maju tak ada larangan," sambungnya.

Ketiganya kata Hamid saat ini merasa seperti terpanggil. "Cucu pahlawan, mungkin mereka itu terpanggil lah melihat kondisi bangsa yang seperti ini. Mereka ingin menyumbang pemikirannya untuk memimpin negeri ini," jelas Arek Ampel, Surabaya ini.

Ke depan, lanjutnya, akan ada satu misi yang sangat berat. "Dan yang penting itu, pemilu akan datang itu yang penting sekali kejujuran. Apa yang dipilih rakyat dan setelah itu kita semua harus legowo menerima siapapun yang dipilih secara bulat," tegasnya.

Hamid kemudian mengutip sebuah istilah. Bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan (Vox Populi Vox Dei).

"Ya sudah kalau memang ini yang terpilih kita menerima untuk membangun bangsa ini secara utuh, secara benar-benar tak ada rasa dendam yang berkepanjangan. Tidak ada yang seperti sekarang terjadi perpecahan," imbuhnya.

Tak Wariskan Rumah, AR Baswedan Habiskan Waktu untuk Berjuang

Tak banyak orang tahu jika sebuah rumah dengan alamat Jalan Ampelgading, Nomor 10 di Kelurahan Ampel, Kecamatan Pabean Cantikan, dahulunya ditempati oleh salah satu Pahlawan Nasional, Abdurrahman Baswedan.

Sayangnya, setelah puluhan tahun berlalu kini rumah tersebut sudah menjadi bangunan baru. Tak seperti rumah di depannya yang masih bersuasana bangunan lama atau masih berupa heritage.

Baca Juga: Bicara Tentang Pemilu di Pidato Kebangsaan MPR, Puan: Yang Berhasil Indah, Yang Gagal Sulit Makan!

Hamid Nabhan menyampaikan jika berdasarkan pengakuan keluarga besar Baswedan dahulunya Abdurrahman Baswedan lahir dan menghabiskan masa kecilnya di Jalan Ampel Gading nomor 10.

"Memang menurut pengakuan family-nya bahwa rumah di Ampelgading nomor sepuluh itu adalah rumah A.R Baswedan di masa lahirnya dia dan anak-anak," ujarnya.

Hanya saja kata dia rumah tersebut saat ini sudah dialih tangankan (terjual) ke orang lain. "Sehingga dibongkar menjadi bangunan yang baru," lanjutnya.

Bagi Hamid, sangat wajar jika A.R Baswedan tak sampai memiliki rumah tersebut dan juga sampai ikut mewariskan.

"Karena A.R Baswedan ini semasa hidup waktu dan tenaganya banyak diluangkan untuk perjuangan. Beliau berbeda dengan keluarga Baswedan lainnya yang sampai ada menjadi tuan tanah seperti di kawasan Gubeng-Kertajaya," beber dia.

Sebagai pecinta sejarah Hamid mengaku sangat menyesalkan hilangnya bangunan sebagai saksi bisu sejarah tersebut. "Ini sangat disesalkan. Karena banyak bangunan lama dibongkar di Kota Surabaya," tegas dia.

Seharusnya pemerintah kata dia punya peran ikut menjaga rumah kuno agar tak sampai dibongkar. "Karena itu sejarah yang bisa berbicara pada anak-cucu kita," tukasnya.

Dia menambahkan jika di tempat lahir A.R Baswedan bisa didirikan sebuah monument penanda itu tentu sangat bagus. "Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati pahlawannya. Di mana A.R Baswedan ini punya jasa besar terhadap berdirinya Negara Indonesia ini," jelasnya.

Seperti diketahui bersama A.R Baswedan adalah orang tua dari Rasyid Baswedan. Rasyid Baswedan ini adalah ayah dari mantan Gubernur DKI, Anies Baswedan.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU