Efek Domino Bank SVB

author Seno

- Pewarta

Selasa, 14 Mar 2023 18:15 WIB

Efek Domino Bank SVB

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Baca Juga: Media Asing Soroti Pergantian Menteri Saat Masa Jabatan Kurang 2 Bulan

Optika.id - Ada pepatah di Amerika Serikat ketika Amerika batuk, dunia masuk angin." Apa arti ungkapan itu, tentu saja, adalah bahwa sebagai pemimpin global, negara-negara lain cenderung mengikuti Amerika. Apa yang terjadi di Amerika mempengaruhi seluruh dunia, baik itu untuk kebaikan atau keburukan.

Misalkan ada kondisi ekonomi di AS yang jelek maka itu berpengaruh negatif kepada negara-negara lain didunia. Apakah ungkapan itu sekarang terjadi setelah jatuhnya bank baru-baru di AS itu atau terjadi efek domino negatif.

Masyarakat dunia termasuk di Indonesia mengetahui dari berita jatuhnya Silicon Valley Bank yang bermarkas di California dengan cepat meninggalkan pelanggan dan investor besar dalam kondisi linglung.

Bank ini menghadapi krisis bank dan modal yang tiba-tiba, runtuh Jumat pagi dan diambil alih oleh regulator federal AS. Itu adalah kegagalan terbesar bank AS sejak Washington Mutual pada tahun 2008. Didirikan pada tahun 1983, SVB mengkhususkan diri dalam perbankan untuk startup teknologi.

Ini memberikan pembiayaan untuk hampir setengah dari perusahaan teknologi dan perawatan kesehatan yang didukung ventura AS. Meskipun relatif tidak dikenal di luar Silicon Valley, SVB termasuk di antara 20 bank komersial Amerika teratas, dengan total aset $209 miliar pada akhir tahun lalu.

Penyebab runtuhnya SVB itu pertama, ketika Federal Reserve, yang mulai menaikkan suku bunga setahun yang lalu untuk menjinakkan inflasi. The Fed bergerak agresif, dan biaya pinjaman yang lebih tinggi mengurangi momentum saham teknologi yang telah menguntungkan SVB.

Suku bunga yang lebih tinggi juga mengikis nilai obligasi jangka panjang yang ditelan SVB dan bank lain selama era suku bunga ultra-rendah dan mendekati nol. Portofolio obligasi SVB nilainya turun tajam. Pada saat yang sama, modal ventura yang dananya mulai habis, memaksa startup untuk menarik dana yang dimiliki oleh SVB. Jadi mengalami kerugian yang belum terealisasi dalam obligasi tepat ketika laju penarikan pelanggan meningkat.

Pada hari Rabu, SVB mengumumkan telah menjual banyak sekuritas dengan harga rugi, dan bahwa mereka juga akan menjual $ 2,25 miliar saham baru untuk menopang neracanya. Hal itu memicu kepanikan di antara perusahaan modal ventura utama, yang dilaporkan menyarankan perusahaan untuk menarik uang mereka dari bank.

Saham bank mulai anjlok Kamis pagi dan pada sore hari itu menyeret saham bank lain turun bersamanya karena investor mulai takut akan terulangnya krisis keuangan 2007-2008.

Pada Jumat pagi, perdagangan saham SVB dihentikan dan telah meninggalkan upaya untuk dengan cepat meningkatkan modal atau mencari pembeli. Regulator California turun tangan, menutup bank dan menempatkannya di bawah Federal Deposit Insurance Corporation.

Baca Juga: Musuh Bersama Itu Anies Baswedan

Sahabat saya Drs. Ec. Yazid Nawawi, Ak, seorang akuntan dan pemerhati masalah saham memberikan penjelasan bahwa kejadian jatuhnya bank itu bisa saja mengakibatkan efek domino karena ketika sebuah bank dalam kondisi kritis membuat hampir seluruh nasabahnya baik individu maupun investor besar akan menarik dananya keluar dari bank itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selain itu bank bank lainnya yang memiliki hubungan bisnis dengan bank yang kolap ini akan mengalami kerugian besar. Kalau bank-bank ini mengalami kerugian maka nilai sahamnya di pasar bursa juga turun drastis dan ini mengakibatkan kerugian yang masif, akibatnya mereka juga mengalami kesulitan membayar kewajiban utang-utangnya, membayar gaji pegawai, membayar biaya operasional dsb.

Tambahan pula para nasabah di bank yang kolap ini mengalami kesulitan membayar para vendor, supplier dan tentu karyawannya. Efek domino ini bisa menjalar keluar negeri apabila ada pihak- pihak investor besar dan perbankan yang menaruh dananya dalam jumlah besar pada saham bank yang jatuh ini maka nilai saham mereka akan terjun ke bawah.

Karena itu beberapa pasar saham di beberapa negara Eropa tutup sementara setelah mengeyahui bahwa nilai saham bank bank besar di AS seperti Citi Bank dan Bank of America jatuh.

Sebagai contoh Indeks perbankan STOXX Eropa turun 5,8%, turun 3,78% pada perdagangan Jumat, menjadi total kerugian dua hari 9,58%, penurunan terbesar sejak Maret 2022, tak lama setelah konflik Ukraina pecah. Selain itu, dilaporkan kerugian hingga 12,7% di Commerzbank AG, sementara Credit Suisse Group AG sempat mengalami penurunan baru sepanjang masa setelah anjlok lebih dari 15%.

Bagaimana pengaruhnya kejadian diatas di Indonesia? Pihak Otoritas Jasa Keuangan memberikan pernyataan bahwa penutupan Silicon Valley Bank (SVB) oleh Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) Amerika Serikat pada 10 Maret lalu tidak akan berdampak langsung terhadap industri perbankan Indonesia yang memiliki kondisi yang kuat dan stabil.

Baca Juga: There Is No Free Lunch

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan penutupan SVB diperkirakan tidak berdampak langsung terhadap Perbankan Indonesia yang tidak memiliki hubungan bisnis, facility line maupun investasi pada produk sekuritisasi SVB.

Selain itu, berbeda dengan SVB dan perbankan di AS umumnya, bank-bank di Indonesia tidak memberikan kredit dan investasi kepada perusahaan technology startups maupun

kripto. Oleh karena itu, OJK mengharapkan agar masyarakat dan Industri tidak terpengaruh terhadap berbagai spekulasi yang berkembang di kalangan masyarakat, kata Dian.

OJK terus melakukan berbagai langkah kebijakan kolaboratif dan sinergi dengan Bank

Indonesia, Kementerian Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan, baik secara langsung

maupun melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam rangka mengantisipasi dampak dan tekanan global yang mungkin terjadi.

Semoga efek domino di atas benar-benar tidak terjadi di Indonesia.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU