Optika.id - Kita mungkin sudah memahami bahwa dari sekian penduduk dunia, kepribadiannya pasti berbeda-beda. Dari introvert, pemalu, percaya diri, hingga narsistik.
Baca Juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Erotomania, Delusi Halu Cinta Terhadap Orang Asing
Membicarakan soal narsistik, berurusan dengan orang yang mengidap gangguan kepribadian narsistik tentunya tidak bisa dihindari karena bisa saja dengan mudah ditemukan dalam keseharian. Maka dari itu, kita perlu tahu bagaimana cara menghadapi orang dengan tipe narsis seperti itu.
Melansir dari Help Guide, Selasa (28/3/2023) gangguan kepribadian narsistik ini muncul dalam pola pemikiran dan perilaku yang merasa pusat dari segalanya, sombong, minim empati, hingga memiliki kebutuhan berlebihan untuk dikagumi.
Organisasi nonprofit yang fokus pada isu kesehatan mental di Amerika Serikat itu menggambarkan individu dengan gangguan narsistik ini sebagai pribadi yang manipulative, sombong, menggurui, egois dan memiliki hasrat menuntut. Berbagai hal itulah yang muncul dalam hampir tiap aspek kehidupan orang-orang narsis. Mulai dari persahabatan, pekerjaan, keluarga hingga hubungan asmara.
Lebih lanjut, orang yang mengidap gangguan kepribadian narsistik cenderung tanpa sadar dan menjadi kebiasaan suka menyalahkan orang lain bahkan ketika dirinya sendiri yang menyebabkan masalah tersebut. Mereka juga lebih sensitive serta bereaksi buruk bahkan terhadap kritik sekecil apapun.
Kendati demikian, tak sedikit yang menganggap bahwa orang-orang narsis ini menawan dan menjadi magnet tersendiri dari pergaulan. Mereka dianggap pandai menciptakan citra diri yang dibalut dengan fantasi serta kepercayaan diri maupun impian yang sedemikian tinggi. Meskipun sangat mudah untuk terjebak dalam spektrum mereka, tetapi itu semua hanyalah fantasi.
Oleh sebab itu, kalian patut waspada dan mengenali berbagai tanda ketika mulai berurusan dengan orang dengan kepribadian narsistik sehingga tidak akan terjebak pada kekaguman yang semu dan di kemudian hari tidak merasa kecewa dengan harapan yang tak sesuai realita.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut Optika.id rangkumkan kiat-kiatnya:
Orang Narsis Hanya Mencari Pengagum
Ingatlah bahwa kebutuhanmu tidak akan terpenuhi bahkan diakui oleh orang-orang narsis lantaran mereka tidak pernah berniat mencari pasangan hidup.
Baca Juga: Waspadai Tiga Kebiasaan Beracun yang Bisa Rusak Mental Diri Sendiri
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Orang-orang narsis cenderung menyukai si pengagum yang patuh. Sebab si narsistik menilai orang lain sebagai validasi diri mereka dan mengafirmasi ego pribadi mereka saja sehingga hal itu dianggap sebagai pembenaran betapa hebatnya mereka di mata orang lain.
Perlakuan dan Jangan Jatuh ke Dalam Fantasi
Ketika bertemu dengan mereka yang cenderung memiliki gangguan kepribadian narsistik, coba amati caranya memperlakukan orang lain sebelum diri sendiri terjerumus menjadi korban mereka.
Apabila mereka gemar berbohong, menyakiti, tidak menghormati orang lain bahkan cenderung gemar memanipulasi, maka mereka akan memperlakukan kalian dengan cara yang sama. Maka dari itu penting untuk jangan jatuh cinta pada fantasi bahwa kalian akan berbeda dan terhindar dari jerat mereka.
Selalu Berpikir Realistis Ketika Bersama Mereka
Baca Juga: Cara Mengatasi Feeling Blue, Sebuah Perasaan Sedih yang Mengharu Biru
Menghadapi orang-orang narsis yang melelahkan bisa dilakukan dengan cara berpikir realisitis. Kalian perlu berhenti membuat serangkaian alasan untuk perilaku buruk si narsis yang sudah jelas terlihat tidak mengenakkan. Jangan coba-coba berkompromi atau muncul pikiran bahwa dia akan berubah sebelum menemui professional seperti psikolog atau psikiater.
Tetap Fokus Pada Tujuan Diri
Kalian bisa fokus pada hal-hal untuk pencapaian diri alih-alih terjebak permainan si narsis dan kehilangan diri dalam delusi yang mereka ciptakan. Coba lebih fokus dan mawas diri serta meningkatkan skill kalian agar tetap realistis menghadapi orang-oran narsis.
Itulah cara yang bisa dilakukan ketika menghadapi orang-orang narsis. Meskipun kita tidak berhak memberi stigma, namun tidak ada salahnya untuk memberikan pelajaran sosial kepada mereka agar tidak menganggu dengan perilakunya tersebut.
Editor : Pahlevi