Doom Scrolling dan Sisi Buruk Instagram Stories

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Rabu, 10 Mei 2023 14:08 WIB

Doom Scrolling dan Sisi Buruk Instagram Stories

Optika.id - Adalah hal yang wajar ketika bosan melanda, kita cenderung suka berselancar di media sosial karena ingin mencari stimulan hiburan. Media sosial menyediakan berbagai macam konten mulai dari video, gambar, hingga cerita maupun berita yang bisa mengalihkan perhatian dari rasa bosan aktivitas sehari-hari.

Baca Juga: Debat Capres Terakhir Bikin Rakyat Kena Prank Nasional

Apalagi, Instagram. Media sosial Instagram memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan teman dan keluarga, terutama melalui fitur anyarnya, yakni Instagram Stories yang bisa digunakan untuk kepo terhadap seseorang.

Dilansir dari data perusahaan analitis pemasaran 99firms yang dikutip dari laman Healthline, Rabu (10/5/2023). Sejak pertama kali Instagram meluncurkan fitur Stories pada Agustus 2016 silam, pengguna Stories pada Instagram hampir melonjak hingga 150 juta pengguna yang memanfaatkan fitur ini.

Diketahui bahwa pada 2017 jumlah tersebut sudah berlipat ganda menjadi 300 juta hingga tahun 2021 jumlah pengguna pada fitur ini menyentuh angka 500 juta orang yang candu dengan Stories pada tiap harinya.

Di sisi lain, laman The Wellness menyebut bahwa salah satu alasan mengapa banyak orang yang kecanduan berselancar di Instagram Stories yakni bentuk dari doom scrolling.

Doom scrolling terjadi ketika seseorang merasa tertarik dengan satu berita atau konten kemudian terus membacanya di media sosial kendati mereka merasa tidak nyaman atau terganggu dengan konten tersebut.

Doom scrolling terjadi disebabkan adanya rasa ingin tahu pada topik tertentu dan timbul dari perasaan cemas yang kemudian mendorong seseorang agar terus menerus mencari informasi terbaru tentang sesuatu yang dianggap menarik. Adapun sebab lainnya yakni pengguna Instagram cenderung dilibatkan dalam desain persuasif yang mencolok.

Hal itu merupakan praktik berbasis psikologi yang berfokus pada pengaruh perilaku manusia melalui karakteristik atau desain suatu produk atau layanan.

Cara seperti ini lazim digunakan dalam segala hal mulai dari sektor kesehatan masyarakat, pelayanan masyarakat hingga e-commerce. Alasan lain yang membuat seseorang kecanduan berselancar di Instagram Stories yakni mereka bisa menginterpretasi stories sebagai konten yang lebih ringan, sehingga membuat aksesnya digunakan lebih mudah.

Instagram Stories Picu Kesehatan Mental yang Buruk?

Bukan tidak mungkin hal tersebut akan berdampak cukup serius dalam kesehatan mental. Pasalnya, media sosial menawarkan berbagai pandangan hidup yang salah serta bisa menyebabkan anda terisolasi dari dunia nyata apabila tidak melakukan filtrasi terhadap konten.

Lantas, hal buruk apa saja yang ditawarkan dari kebiasaan berselancar di Instagram Stories?

Bisa Menimbulkan Depresi

Baca Juga: Ada Topeng Bobrok dalam Pamer Kemesraan di Media Sosial

Ketika seseorang terlalu sering menghabiskan waktunya di Instagram Stories dan melihat wara-wiri kehidupan sempurna orang lain, mereka mungkin merasa tertekan untuk memperlihatkan kehidupannya di media sosial. Hal tersebut ternyata bisa menimbulkan perasaan tidak pernah puas dan cukup pada diri sendiri serta kehidupannya yang otentik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di sisi lain, akan timbul perasaan yang tidak berharga pada diri sendiri dan hidup dalam perbandingan. Hal ini diakibatkan oleh paparan terus menerus pada gambar dan konten yang telah disunting dengan sempurna dan tampilan orang-orang yang tampaknya bahagia dan sukses yang dicitrakan di media sosialnya.

Hal tersebut tentunya bisa memicu maupun memperburuk potensi depresi pada seseorang yang mungkin rentan terhadap masalah kesehatan mental.

Tertekan untuk Selalu Jaga Image dan Terlihat Baik

Platform Instagram Stories didesain untuk menampilkan konten yang bersifat visual dan pengguna tentunya memilih konten yang menarik untuk ditampilkan baik itu berupa kehidupan yang tampak sempurna dan ideal, maupun yang lainnya.

Hal ini bisa memicu tekanan pada seseorang untuk terus terlihat baik dan mencitrakan dirinya sebagia sosok yang sempurna tanpa cela.

Selain itu, fitur Stories ini juga menampilkan data statistic berupa respon pengguna lain terhadap konten yang diunggah, jumlah yang dilihat, dan beberapa fitur lainnya. Hal tersebut mendorong rasa kecewa yang solid ketika mendapatkan respon minim dan tidak sesuai ekspektasi.

Baca Juga: Iklan Pemilu di Medsos Susah Diaudit Transparansinya, Dana dari Mana?

Hilang Arah di Dunia Nyata

Dampak negatif lainnya terkait Instagram Stories yang berlebihan yakni bisa membuat seseorang merasa tidak mampu untuk sepenuhnya terlibat dengan kehidupan nyata karena mereka terlalu fokus pada konten yang diposting di media sosial.

Pasalnya, pengguna yang kecanduan Stories ini cenderung merasa jika hidup mereka hanya terpaut di platform tersebut saja sehingga hal itu bisa memicu gangguan kemampuan mereka untuk bisa terhubung dengan dunia nyata yang tidak semu seperti yang ditampilkan di Instagram Stories.

Terlalu lama menghabiskan waktu di platform tersebut juga memungkinkan seseorang tidak mengambil waktu luang yang cukup untuk sekadar menikmati aktivitas maupun momen kehidupan yang nyata dan sebenar-benarnya dengan teman, keluarga, maupun pasangan. Hal itu tentunya memicu minimnya hubungan interpersonal yang sehat serta bisa memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Di sisi lain, terus menerus melihat Stories, membandingkan hidup dengan orang lain lantas merasa mengeluh karena hidup kita tidak terlalu sempurna seperti orang lain, bukanlah hal yang bijak.

Maka dari itu, diperlukan disiplin diri agar bisa membatasi waktu berselancar di media sosial agar pikiran bisa lepas, bisa membina hubungan yang sehat, menikmati momen yang bebas tanpa embel-embel pencitraan yang biasanya terpampang di media sosial.

Selalu ingat dan tekankan bahwa Stories adalah versi digital dari secuil kehidupan nyata kita. Apabila yang ditampilkan semakin dibuat-buat dan menonjolkan pencitraan yang tidak jujur, maka orang-orang yang paham kualitas asli dari diri kita hanya akan menjadi penonton di belakang layar dan tertawa dibuatnya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU