Partai Buruh Diambang Manuver Politik dan Idealisme Kelas Pekerja

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Jumat, 19 Mei 2023 15:01 WIB

Partai Buruh Diambang Manuver Politik dan Idealisme Kelas Pekerja

Optika.id - Pasca deklarasi Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) 2024, dinamika perpolitikan kembali terbagi menjadi arus yang lain. Partai Buruh, sebagai partai yang digadang-gadang sebagai aspirasi bagi kaum pekerja mulai tidak sesuai dengan visi dan misi yang diusungnya.

Baca Juga: Kampanye Akbar di Istora Senayan, Partai Buruh Belum Tentukan Dukungan di Pilpres 2024, Tunggu Putaran Kedua

Organisasi di dalam Partai Buruh, pasca dinamika pencapresan bergulir, mulai banyak yang tidak sejalan dengan elite partai. Terlebih setalah elite parpol itu menunjukkan gelagat dukungan kepada kandidat capres tertentu.

Posisi Partai Buruh dan arah ke depan mulai dipertanyakan pasalnya parpol tersebut mendukung calon yang pro dengan Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja, sedangkan UU Cilaka tersebut mengancam kaum buruh dan kelas pekerja.

Melihat hal tersebut, Ketua Umum Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Nining Elitos pesimis jika Partai Buruh akan menjadi saluran aspirasi kaum pekerja, dia mengaku sejak awal pembentukan parpol itu hanya berniat untuk menjaring suara buruh agar bisa meloloskan segelintir elite ke kekuasaan. Nining menyadari hal tersebut tatkala partainya itu mulai condong ingin mendukung capres potensial seperti Ganjar daripada merancang program massif strategis untuk mengatasi masalah perburuhan.

Nining menilai tak elok jika Partai Buruh malah merapat ke capres yang didukung oleh parpol pendukung UU Cipta Kerja. Padahal, pimpinan Partai Buruh sebelumnya pernah berujar jika pihaknya tidak akan berniat mendukung capres dari kalangan pendukung UU Cipta Kerja sebagai komitmennya terhadap buruh.

"Partai politik yang berkuasa mayoritas merupakan pendukung berbagai macam regulasi yang tidak berpihak kepada buruh," ucap Nining kepada Optika.id, Jumat (19/5/2023).

Dia pun memaklumi apabila narasi perjuangan buruh sudah agak meluntur akibat dari Partai Buruh yang mulai cari muka dengan pendukung Istana, salah satunya adalah menyokong Ganjar Pranowo.

Apalagi sebagai partai baru (ikut lagi dalam pemilu), memang tak bisa mengusung calon presiden. Tapi, paling tidak, seharusnya menarik empati dan konsisten terhadap perjuangan, kata Nining.

Nining menegaskan, apabila Partai Buruh tetap menyokong capres dari partai politik pendukung UU Cipta Kerja maka secara organisasi, KASBI tidak akan mendukung keputusan dari Partai Buruh. Dia menilai kekuatan politik bukan barang yang bisa ditawar untuk kompromi oleh segelintir orang dengan beragam kepentingan.

Maka dari itu, Nining menyarankan agar para buruh tidak sekadar terjebak ke dalam retorika dukungan ke capres yang diusung oleh partai politik yang pro-UU Cipta Kerja. Dia pun menegaskan bahwa para buruh harus cerdas memilih.

Secara terpisah, Triyono selaku peneliti ketenagakerjaan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengamati bahwa sudah sejak lama elite Partai Buruh ini berusaha mendekat ke moncong kekuasaan. Bedanya, saat ini Partai Buruh tidak lagi menggunakan tangan konfederasi melainkan medium partai politik.

Baca Juga: Prabowo Sindir Anies dan Ganjar Soal Pertahanan: Jangan Menyesatkan, Memprovokasi, dan Menghasut

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Triyono menyebut hal itu sudah tercium sejak tahun 2019. Partai Buruh mulai melakukan maneuver lewat konfederasi dan alat yang dipunyainya.

Triyono menilai, Partai Buruh yang gagal berkuasa dalam bentuk konfederasi pun mengubah strateginya agar memiliki nilai daya tawar di masyarakat dan elite partai politik lainnya agar tidak gagal untuk yang kedua kali.

Mereka [politisi di Partai Buruh] ingin mengakumulasi aspirasi buruh untuk bisa masuk ke kekuasaan, ucap Triyono ketika dihubungi, Jumat (19/5/2023).

Di sisi lain, Triyono menjelaskan bahwa perjuangan para buruh melalui alat ini tidak seirama sejak era reformasi. Oleh sebab itu, dia memaklumi jika terjadi perselisihan paham dalam menentukan format politik. Yakni berkoalisi, atau tidak mendukung capres manapun.

Dia pun menjelaskan bahwa gerakan buruh sebelum lahirnya Partai Buruh sudah ada banyak, bervariasi dan warna-warni. Bahkan, sekarang ada 21 konfederasi di nasional yang memiliki suara yang berbeda-beda tergantung pandangan dan visi misi yang mereka usung.

Baca Juga: Prabowo Sebut Tanpa Kekuatan Militer, Bangsa Akan Dilindas Seperti Gaza

Lebih lanjut, pada tahun 2019 lalu, para kelas pekerja ini terbagi ke dalam tiga kotak dalam Pemilu. Kotak pertama adalah mereka yang pro atau mendukung Jokowi, kedua kepada Prabowo dan yang ketiga independen.

Triyono pun menilai jika Partai Buruh akan kesusahan tembus ke parlemen. Pasalnya, organisasi buruh yang bernaung didalamnya memiliki karakteristik dan format perjuangan yang berbeda-beda sehingga tak akan berbuah limpahan suara yang berarti ke Partai Buruh.

Jadi, ketika berbicara buruh, tidak berbicara dalam hal tunggal. Itu nuansa kepentingannya banyak sekali. Kalau ditanyakan itu solid, ya jelas tidak akan solid. katanya.

Di sisi lain, Triyono menuturkan, masing-masing organisasi buruh yang punya aneka ideologi bakal memiliki agenda lain dalam perhelatan Pilpres 2024. Dia menegaskan bahwa para buruh tak akan satu suara karena berbagai agenda dan kepentingan yang jauh dari kelas pekerja.

"Jadi jelas mereka tidak akan satu suara," tutup Triyono.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU