Mengenal Prosesi Panggih dalam Pernikahan Adat Jawa

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Minggu, 21 Mei 2023 12:35 WIB

Mengenal Prosesi Panggih dalam Pernikahan Adat Jawa

Optika.id - Salah satu kebanggaan tersendiri bagi seseorang yakni menikah dengan adat dan tradisi daerahnya. Khususnya, bagi mereka yang berasal dari Jawa. Di antara prosesi adat yang panjang dan menyita tenaga, salah satu dari upacara adat pernikahan tersebut yakni Panggih yang sarat akan makna.

Baca Juga: Ingin Segera Menikah? Perhatikan Hal Ini Agar Keuangan Tak Boncos!

Pernikahan merupakan cita-cita dan impian banyak orang. Di era modern, untuk membina biduk rumah tangga pun harus dikapitalisasi dengan munculnya berbagai pesta pernikahan dengan perayaan yang beraneka ragam sampai mewah.

Banyak pasangan yang lebih memilih untuk menikah dengan prosesi yang modern karena dinilai praktis. Kendati demikian, tak jarang pula mereka menggunakan adat untuk merayakan hari bahagianya.

Pernikahan adat masih menjadi sorotan dan pilihan bagi masyarakat luas. Meskipun identic dengan proses dan ritual yang panjang serta rumit, namun tak sedikit dari muda-mudi generasi sekarang yang melirik pernikahan adat sebagai pilihan dalam menyelenggarakan pernikahan nantinya.

Misalnya, pernikahan adat khas suku jawa yang memiliki serangkaian tata cara khusus dalam mempertemukan pasangan setelah akad nikah berlangsung. Mereka menyebutnya sebagai Panggih.

Dilansir dari berbagai sumber, Minggu (21/5/2023), upacara Panggih merupakan salah satu dari sekian rangkaian acara adat khas Jawa yang jarang dilewatkan oleh pengantin Jawa.

Upacara ini biasanya dilakukan pada awal sebelum resepsi atau pesta pernikahan berlangsung dan sesudah akad nikah. Kemudian, dilanjutkan dengan mengiring pengantin untuk duduk di pelaminan. Biasanya, upacara Panggih atau temu manten ini dilakukan siang atau sore hari.

Beberapa daerah yang menyebut upacara ini sebagai temu manten tidaklah salah lantaran panggih dalam Bahasa Jawa berarti bertemu. Prosesi ini mempertemukan dua pasang mempelai dan menandakan bahwa mereka sudah sah secara agama serta hukum sebagai sepasang suami istri.

Ritual upacara Panggih yang panjang bukanlah tanpa sebab alasan. Berbagai ritual tersebut mempunyai makna serta doa baik untuk kehidupan rumah tangga.

Kedua mempelai dipertemukan dengan memakai pakaian tradisional khas Jawa. Sebagai catatan, orang tua mempelai pria tidak boleh ikut menemani anaknya dalam prosesi ini.

Simbolisme upacara Panggih ini antara lain, pengantin pria yang membawa pisang raja untuk diberikan kepada mempelai wanita sebagai tanda bahwa dia telah siap. Pengantin pria berjalan didampingi dua orang saudara atau teman akrab orang tuanya menghampiri pengantin wanita.

Baca Juga: Pernikahan Dini Indonesia Tertinggi di Kawasan Asia Pasifik

Setelah itu, kedua mempelai saling melempar gantal sirih atau sirih yang diikat dengan benang putih sebagai lambang bertemunya perasaan mempelai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Daun sirih menurut kepercayaan masyarakat bisa mengusir makhluk jahat yang diyakini bisa menganggu pengantin itu dalam membina rumah tangga.

Prosesi lanjutan yakni pengantin pria yang menginjak sebutir telur mentah yang dinamakan ngidak tagan atau nincak endog sebagai tanda bahwa keduanya telah siap untuk memiliki keturunan. Pada prosesi ini, pengantin perempuan akan membasuh kaki suaminya sebagai wujud dari kasih sayang dan bakti sebagai istri.

Kemudian, kedua mempelai berpegangan tangan dengan jari kelingking sementara ibu pengantin perempuan menutup bahu keduanya dengan kain yang berwarna merah dan putih untuk diantar menuju ke pelaminan oleh Ayah dari pengantin perempuan.

Ritual yang bermakna sang ayah mengantarkan pasangan agar menjalani hidup yang lebih baik ini disebut dengan sinduran. Ibu pengantin yang menutup bahu keduanya dengan kain merupakan simbolisasi seorang ibu dalam memberikan semangat ke anaknya.

Prosesi selanjutnya yakni bobot timbang. Kedua pengantin duduk di pangkuan ayah mempelai perempuan dan sang ibu akan bertanya siapa yang lebih berat. Si ayah menjawab bahwa dari keduanya, sama saja beratnya. Makna dari prosesi ini yakni sepasang pengantin sepadan dan tidak ada perbedaan. Tak sampai situ, keluarga akan bergiliran meminum rujak degan yang berasal dari daging dan air kelapa muda yang bertujuan untuk membersihkan seluruh keluarga.

Baca Juga: Menikahkan Korban Pelecehan Seksual dengan Pelaku, Trauma Belum Usai dan Hak yang Tak Terpenuhi

Prosesi berlanjut dengan kacar kucur oleh pengantin pria kepada pengantin perempuan. Kacar kucur berarti mengucurkan uang logam, beras, dan biji-bijian dengan simbol bahwa pengantin pria akan bertanggung jawab penuh memberi nafkah kepada keluarganya kelak.

Selanjunya, kedua pengantin saling memberi suapan nasi kuning dan lauk pauk sebagai tanda mereka menolong satu sama lain dan menyayangi hingga tua nanti.

Seluruh prosesi upacara Panggih akan diakhiri dengan sungkeman. Yang mana pasangan tersebut akan berlutut di depan kedua orang tua masing-masing dan orang tua pasangannya. Sungkeman bermakna penghormatan terakhir kepada kedua orang tua karena telah membesarkan mereka, dan bersedia untuk mengantarkan mereka mengarungi bahtera rumah tangga sebagai suami istri.

Prosesi upacara panggih pun berakhir dan kedua mempelai bisa kembali ke pelaminan untuk menyambut para tamu undangan yang datang dan menerima selamat dari mereka semua.

Meskipun prosesi dari panggih rumit dan terkesan tidak praktis, masyarakat Suku Jawa percaya bahwa upacara Panggih dan rangkaian ritual adat pernikahan lainnya begitu sarat akan makna yang baik untuk kehidupan pernikahan mereka.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU