Optika.id - Di tengah dunia yang makin dipenuhi dengan persaingan yang kompetitif, tentunya masyarakat ditantang untuk memperjuangkan daya hidupnya agar tidak tersisih dan bisa meraih kesuksesan sesuai dengan tujuan yang diidamkannya atau untuk sekadar bertahan hidup. Rumitnya perang bertahan hidup ini kian terasa apalagi kepada mereka yang setelah lulus kuliah.
Baca Juga: Peluang Untuk Para Pencari Kerja! Ini 4 Sektor Pertumbuhan Tenaga Kerja Tertinggi di Indonesia
Seperti yang dikatakan oleh filsuf terkenal asal Perancis, Albert Camus dalam adagium terkenalnya abhwa tanpa bekerja, semua kehidupan di dunia akan berakhir dengan membusuk. Namun, saat seseorang bekerja tanpa jiwa, maka kehidupan mereka akan tercekik dan mati.
Konsep bekerja saat ini sudah bergeser dan tak hanya menjadi sumber penghidupan semata, melainkan juga untuk menciptakan masa depan dan jenjang karir yang lebih baik. hal itu terkendala dengan cara untuk mempersiapkan karir yang tepat dalam dunia professional yang harus ditunjang dengan skill dan ilmu pengetahuan yang mumpuni. Pasalnya, pekerjaan yang dijalani oleh seseorang acapkali tidak sesuai dengan passion atau yang dicita-citakan sejak awal.
Seperti pengakuan dari Qonita, alumnus dari Universitas Diponegoro jurusan Akuakultur ini terjun jadi jurnalis di sebuah media online karena bingung hendak jadi apa. Sementara keahliannya selama menjadi mahasiswa hanya bisa menulis di lembaga pers kampusnya saja.
Dulu ambil Akuakultur. Pengennya ya kerja di industri gitu. Yang berhubungan dengan jurusan lah. Perairan, ikan, gitu-gitu. Eh enggak tahunya jadi jurnalis. Jauh banget kan, kata perempuan yang akrab disapa Nita ini kepada Optika.id, Selasa (27/6/2023).
Kendati demikian, Nita tetap menekuni profesinya dan sekarang mulai menikmatinya.
Jadi jurnalis asyik, walau enggak asyik-asyik banget sih. Tapi itu tantangan ya. Apalagi ini sesuatu yang baru kan, dulu di kampus Cuma nulis opini sama puisi-puisi gitu. Sekarang jadi jurnalis ekonomi bisnis. Awalnya berat, tapi lama kelamaan, belajar sana-sini, ya akhirnya bisa, jelasnya.
Apa yang dialami oleh Nita tersebut selaras dengan pernyataan Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi beberapa waktu yang lalu. Dalam pernyataannya, Nadiem menyebut jika hanya sekitar 20% saja lulusan mahasiswa yang berhasil berkarir sesuai dengan program studinya. Sedangkan 80% sisanya bekerja di luar bidang studi mereka.
Persiapan diri dalam meniti karir pasca menyelesaikan tahap pendidikan misalnya SMA dan Perguruan Tinggi memang harus dilakukan secara matang. Paslanya, dengan perencanaan yang tepat maka orang tersebut akan mudah meniti karirnya di masa depan.
Menurut Head of Recruitment dari PT Sesa Indonesia, Yulie Asil, kesalahan dari persiapan karir selama di kampus ini adalah mahasiswa yang tidak memanfaatkan jaringannya dengan baik dan tidak memaksimalkan skillnya dengan baik.
Menurutnya, ada beberapa skill yang bisa menjadi bekal bagi lulusan baru ini dalam mencari kerja dan membangun karir. Salah satunya yakni mampu berkomunikasi serta memecahkan masalah dengan baik. kemampuan ini dibutuhkan agar perusahaan bisa tetap berkembang.
"Jadi kandidat juga harus tahu cara membangun personal branding meskipun pengalaman belum ada," paparnya kepada Optika.id, Selasa (27/6/2023).
Baca Juga: Satgas OJK Minta Masyarakat Waspada Modus Penipuan Loker
Yulie juga menyebut bahwa kesalahan lulusan baru ini adalah mereka tidak membangun personal branding secata tepat. Padahal, sejak tahap perekrutan, perusahaan sudah mempertimbangkan personal branding dari kandidat yang melamar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Dalam pengalaman saya kalau dilihat dari generasi milenial saat ini pembuatan pembuatan riwayat hidup mereka memang masih standar ya karena memang belum ada pengalaman. Oleh karena itu CV juga harus dibuat semenarik mungkin sebagaipersonal brandingkandidat," jelas Yulie.
Kemudian, untuk menyikapi banyaknya pekerjab baru yang memulai karirnya di luas passion maupun jurusan, maka hal tersebut bisa kembali ke personal. Pasalnya saat seseorang memilih untuk melanjutkan karir atau keluar mencari pekerjaan yang baru, ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan dan salah satu yang paling tersorot adalah kebutuhan ekonomi yang mendesak.
Dihubungi secara terpisah, Aditiyo Indrasanto selaku Career Coach sekaligus Founder Komunitas Sekolah Karir ini menjelaskan jika sebenarnya generasi muda Indonesia memiliki banyak kelebihan dalam bidang dan akses pendidikan dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Akan tetapi, ketika mereka masuk ke dunia kerja, seringkali mereka mengalami sedikit kejutan akibat adanya kesenjangan perbedaan cara pandang, kultur dan realitas yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dan apa yang digambarkan saat mereka masih mengenyam pendidikan.
Dia pun tak menampik jika proses persiapan kerja tersebut sudah dilakukan jauh-jauh hari ketika seseorang masih menuntut ilmu baik di sekolah maupun kampus. Misalnya diberikan pelatihan, membuat rencana yang akan mereka capai dalam beberapa tahun, dan lain sebagainya. Sejatinya, upaya-upaya tersebut sudah ada untuk memberikan gambaran dan bekal bagi mereka sebelum terjun ke dunia kerja.
Untuk memaksimalkan potensi generasi muda di dunia kerja, Aditiyo pun membeberkan beberapa tips khusus bagi lulusan baru tersebut. Yang pertama adalah dengan cara mengasah keterampilan dan mempunyai tujuan yang jelas terhadap karir di masa depan. Menurutnya, hal itu penting untuk dilakukan sejak dini lantaran bisa menjadi bekal dari goal impian yang diidam-idamkan.
Baca Juga: Kemenko Perekonomian Buka Rekrutmen Tenaga Pendukung 2024, Daftar Sekarang!
Tips kedua yakni kandidat harus mempunyai attitude dan mindset yang terarah dalam kehidupan sehari-hari. Kiat ini menurutnya yang paling kerap dilupakan oleh mereka ketika ingin meniti karir. Padahal, imbuhnya, para perekrut bakal lebih memilih kandidat yang punya sikap baik dan beradab. Dari sisi keterampilan sendiri bisa diasah ketimbang mereka memiliki skill mumpuni namun tidak mempunyai mentalitas itu.
Dia sempat bercerita bahwa sebagai perekrut kerja, dirinya kerap menemukan kandidat dengan mentalitas dan attitude yang tidak baik. Biasanya kandidat tersebut hanya mau bekerja sesuai dengan job desk mereka semata.
Tips ketiga yakni meningkatkan interpersonal skill. Cara berkomunikasi secara efektif dengan orang lain merupakan skill yang perlu dikuasai sebelum dan selama mencari kerja. Aditiyo menjelaskan jika keterampilan itu sangat dibutuhkan dalam bersosialisasi dengan orang lain, tak hanya di dunia kerja semata. Keterampilan itu bisa diasah serta berguna mulai dari berdiskusi, memaparkan argumentasi, hingga menerima perbedaan pendapat dari orang lain secara besar hati.
Terakhir, Aditiyo menyebut ini merupakan yang terpenting yakni action atau tindakan dari yang mereka rencanakan sejak awal. Nantinya, terlihat dari sini kandidat pencari kerja akan mendapatkan pelajaran penting untuk menghargai proses.
Pasalnya, proses meniti karier jauh berbeda dengan keseharian yang mereka lakukan saat masih kuliah atau magang.
"Namun begitu punya kesempatan, saran saya dicoba terlebih dulu sebagai awal pijakan karier dalam dunia profesional. Sebab kita tidak bakal tahu akan suka atau tidak terhadap kerjaan tersebut sebelum akhirnya dicoba," pungkasnya, Rabu (28/6/2023).
Editor : Pahlevi