Bijak Merespons Berbagai Kasus Perselingkuhan yang Viral

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Senin, 17 Jul 2023 10:06 WIB

Bijak Merespons Berbagai Kasus Perselingkuhan yang Viral

Optika.id - Belakangan banyak kasus perselingkuhan yang viral di media sosial. Baik berasal dari kalangan selebritas maupun orang biasa. Tentu netizen tidak lupa perselingkuhan viral yang dilakukan oleh musisi kondang kenamaan yang sering menyanyikan lagu kasih sayang dan cinta, Virgoun.

Baca Juga: Pemain Film Pendatang Baru Novita Hardini Raih Suara Terbanyak!

Perasaan sayang itu pernah ada dan sungguh-sungguh ada, saya menyesal karena tidak tegas dan jujur serta berani mengungkapkan kenapa rasa itu bisa sampai hilang. Saya menyesal tidak menyelesaikan dengan benar dan malah melarikan diri dan mencari kenyamanan di luar, ujar Virgoun dalam akun Youtubenya merespon perselingkuhan yang dilakoninya itu.

Menanggapi banyaknya kasus perselingkuhan yang viral, seorang penulis muslim feminis sekaligus aktivis pemerhati masalah gender, Kalis Mardiasih menilai jika menikah hanya bisa dilakukan oleh manusia dewasa yang siap agar ketika ada masalah, maka tidak diselesaikan dengan lari dari masalah menuju ke kesenangan buat diri sendiri saja.

Tapi siap menghadapi masalah bersama meski prosesnya rumit bahkan menyakitkan, demi mendapatkan solusi terbaik bersama, ujar Kalis dalam akun Instagramnya @kalis.mardiasih, dikutip Optika.id, Senin (17/7/2023).

Video-video viral soal penggerebekan aksi perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan perebutan hak asuh anak di masyarakat turut mewarnai lika-liku linimasa media sosial. Namun, tak berujung pada perceraian, pasangan suami istri (pasutri) yang viral di media sosial karena dinamika hubungan mereka bisa saja tetap memilih untuk bersama.

Kalis, dalam postingan lain turut menyoroti adanya cerita kala korban KDRT dan perselingkuhan sulit untuk meninggalkan pasangan abusifnya. Yang pertama menurutnya, korban takut karena berada dalam kondisi kontrol pelaku sehingga apabila korban meninggalkan pelaku, maka bisa jadi posisinya tidak aman.

Kedua, Kalis menyebut jika korban salah menaruh harapan pada pelaku. Korban seringkali berekspektasi bahwa perilaku tersebut hanya satu kali dan si pelaku khilaf serta memperbaiki diri.

Baca Juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Erotomania, Delusi Halu Cinta Terhadap Orang Asing

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebab pelaku telah meminta maaf, berperilaku manis berkali lipat dari hari biasa dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya, tuturnya.

Sementara itu, faktor yang ketiga adalah munculnya perasaan bersalah apabila pelaku mengalami hal yang tidak menyenangkan jika tidak bersama dengan korban di masa depan. Lalu yang keempat adalah adnaya faktor ketergantungan ekonomi yang membuat korban lepas dari pelaku. Hal itu diperparah jika terkait dengan anak-anak, pendidikan, maupun tempat tinggal dan harta bersama yang semuanya bergantung kepada si pelaku. Kemudian yang terakhir adalah si korban selalu tergantung secara emosional pada pelaku kendati dia tahu bahwa perilakunya toxic dan abusive.

Lebih lanjut Kalis mnejelaskan jika akibat dari dominasi kontrol pelaku terhadap korban tersebut mengikis misi hidup serta keputusan atas dirinya sejak lama lantas digantikan oleh kontrol dan arahan dari pelaku. Pada akhirnya, imbuh Kalis, situasi tersebut membuat korban tidak lagi bisa membanyangkan cara hidup mandiri maupun berpikir logis tentang hak-hak yang mereka miliki.

Baca Juga: Cara Mengatasi Feeling Blue, Sebuah Perasaan Sedih yang Mengharu Biru

Sementara itu, Psikolog A. Kasandra menilai jika berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi oleh pasangan menjadi faktor hilangnya kesakralan dalam pernikahan. Termasuk di antara masalah dan tantangan itu adalah komunikasi yang buruk, ketidakpuasan emosional, ketidakseimbangan kebutuhan, perubahan dalam dinamika hubungan dan lain sebagainya.

Ketidakpuasan emosional dapat menjadi pendorong untuk mencari kepuasan emosional di luar pernikahan. Jika salah satu pasangan merasa kebutuhannya tidak terpenuhi, seseorang mungkin mencari kepuasan di luar pernikahan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan yang terabaikan, ungkapnya kepada Optika.id, Senin (17/7/2023).

Apalagi, kesempatan untuk berselingkuh, berupa interaksi dengan orang lain di luar pernikahan yang lebih intim atau frekuensi perjalanan yang tinggi, juga dapat meningkatkan risiko perselingkuhan.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU