Kenali Traffic Stress Syndrome, Biang Kerok Stress Akibat Macet

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Jumat, 18 Agu 2023 12:48 WIB

Kenali Traffic Stress Syndrome, Biang Kerok Stress Akibat Macet

Optika.id - Di kota-kota metropolitan, kemacetan lalu lintas merupakan masalah yang umum dijumpai. Ada banyak faktor yang memengaruhi kemacetan seperti jumlah kendaraan bermotor yang kian bertambah sementara warganya enggan menggunakan transportasi umum dengan alasan appaun, pertumbuhan populasi yang kian naik, infrastruktur jalan yang terbatas, hingga mobilitas tinggi.

Baca Juga: Ingin Menyerah? Ini 4 Cara Jaga Kesehatan Mental Untuk Mahasiswa Semester Akhir

Menghadapi kemacetan lalu lintas setelah seharian bekerja memang menjadi suatu pengalaman yang melelahkan. Tak hanya itu saja, kelelahan akibat terjebak macet pun bisa memicu seseorang mengalami stress yang berujung pada kondisi bernama traffic stress syndrome (TSS).

TSS merupakan kondisi stress atau tekanan psikologis yang muncul sebagai akibat karena menghadapi kemacetan lalu lintas yang berkepanjangan. Istilah yang digunakan ini pada dasarnya untuk menggambarkan dampak negatif dari pengalaman berulang dalam situasi kemacetan yang melanda tiap harinya.

Pasalnya, terjebak dalam situasi kemacetan yang berulang bagi sebagian orang bisa memengaruhi mental dan fisiknya. Dan, hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor di antaranya adalah rasa frustasi akibat ketidakmpapuan mengendalikan situasi, terlambat mencapai tujuan, dan tumpukan pekerjaan yang belum selesai membayang-bayangi.

Sementara itu, Psikolog David Moxon dalam keterangannya yang dikutip Optika.id, Jumat (18/8/2023) mengidentifikasi kondisi anyar yang diamatinya antara relasi kesehatan dengan kemacetan lalu lintas. Kondisi tersebut adalah TSS. TSS dikatakan merupakan bentuk kecemasan psikologis yang memanifestasikan dirinya pada pengemudi tertentu saat terjabak macet.

Di sisi lain, sekitar satu dari tiga pengemudi atau satu juta pengendara menurut penelitian sebuah perusahaan asuransi, Tesside Live, mengalami TSS ini. Satu dari lima orang mengalami peningkatan detak jantung serta mengalami sakit kepala ketika berkendara di jam-jam sibuk dan terjebak macet. Sementara itu, yang mengalami telapak tangan berkeringat secara berlebihan ada satu dari sepuluh orang responden.

Hal tersebut masih tergolong ringan. Dalam kasus yang lebih parah, pengendara dilaporkan mengalami pusing, mual dan kram perut. Lebih dari dua juta kecelakaan bagi pengendara TSS pun diakibatkan dari pengendara yang kehilangan konsentrasi baik selama atau setelah kemacetan lalu lintas terjadi.

Baca Juga: 3 Kebiasaan Toxic Yang Menghambat Perkembangan Diri, Yuk Hindari!

Cara menghindari terjadinyatraffic stress syndrome

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lantas, bagaimana cara mencegah terjadinya TSS?

Di zaman yang sudah canggih ini, sebaiknya para pengendara memanfaatkan gawainya untuk menghindari puncak kemacetan dan memilih alternative jalan lain yang lebih lenggang. Selalu pantau aplikasi navigasi untuk melihat kondisi lalu lintas dan memilih alternative jalan lain yang diperlukan.

Apabila Anda mempunyai opsi kerja yang cukup fleksibel, maka selalu manfaatkan kesempatan untuk bekerja dari rumah dan mengatur jam kerja yang lebih fleksibel agar tidak perlu berangkat di jam-jam rawan kemacetan. Menghindari perjalanan harian ke tempat kerja ini selain lebih cermat, juga bisa menghemat biaya bahan bakar, makan siang di luar, maupun transportasi umum.

Baca Juga: Ingin Refleksi Diri dan Redakan Stres? Simak Manfaat dari Kegiatan Journaling

Di sisi lain, apabila memang diharuskan untuk bekerja dari kantor, lebih efisien menggunakan transportasi umum daripada harus menggunakan kendaraan pribadi. Alternative ini pun diambil untuk menghindari stress akibat kemacetan karena tidak perlu mengemudi sendiri. Selain itu, penggunaan transportasi umum juga berkontribusi terhadap pengurangan polusi udara serta kemacetan. Hal ini tak pelak memberikan dampak positif pada lingkungan.

Menggunakan transportasi umum juga berarti membagi beban stress dengan orang lain. Bertemu dengan orang lain di transportasi umum dan berinteraksi dengan mereka akan mengurangi rasa kesepian dan stress ketika bepergian.

Hal lain yang bisa dilakukan untuk meredakan ketegangan maupun kecemasan ketika berada dalam kemacetan adalah dengan melakukan teknik pernapasan tertentu. Ubah pandangan terhadap kemacetan dengan melihatnya sebagai kesempatan untuk mengamati, merenung dan berkontempelasi dalam kendaraan. Karena, hidup tak melulu tentang kecepatan. Yang penting adalah selamat sampai di tujuan berapapun waktu yang ditempuh untuk pulang.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU