Faisal Basri: UU Cipta Kerja Tak Tingkatkan Pertumbuhan Investasi

author Eka Ratna Sari

- Pewarta

Minggu, 20 Agu 2023 18:33 WIB

Faisal Basri: UU Cipta Kerja Tak Tingkatkan Pertumbuhan Investasi

Optika.id - Ekonom senior Universitas Indonesia, Faisal Basri, ungkap investasi di Indonesia melambat, meski pemerintah berupaya genjot masuknya investasi, termasuk dengan UU Cipta Kerja.

Baca Juga: Faisal Basri: Semua Nilai Tambah Smelter Nikel Lari ke China

"Padahal hampir segala telah ditempung. Telah hadir pula Omnibus Law (UU Cipta Kerja), undang-undang sapu jagat yang bertujuan untuk mengenyahkan segala hambatan investasi," ujar Faisal melalui situs resminya, faisalbasri.com, pada Jumat, (25/8/2023).

Meskipun pemerintah berupaya memberikan insentif dan fasilitas istimewa serta upaya Presiden Jokowi bertemu dengan pengusaha ternama, investasi di Indonesia tetap melambat, ungkap ekonom senior UI, Faisal Basri.

Tumbuh 3,3% pada paruh pertama tahun ini, investasi Indonesia melorot. Faisal mencatat angka gross fixed capital formation terus merosot sejak 2020: -4,96% di 2020, 3,80% di 2021, 3,87% di 2022, dan kembali merosot ke 3,34% tahun ini.

Baca Juga: Faisal Basri: Pemerintah Harus Segera Cegah Produk Impor

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir juga stagnan, tidak mencapai target 7% (periode pertama) dan 6% (periode kedua) Jokowi. Meski investasi dalam PDB turun menjadi 28%, Faisal menegaskan kualitas investasi dan teknologi rendah, serta tingginya ICOR menunjukkan ketidak-efisienan investasi akibat faktor seperti mark-up, korupsi, manajemen proyek lemah, dan perencanaan buruk.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Indikasi korupsi semakin marak terlihat dari indeks persepsi korupsi (IPK) yang memburuk. Skor IPK pada 2022 turun tajam dari 38 pada 2021 menjadi 34 pada 2022, sehingga mundur kembali ke pencapaian delapan tahun sebelumnya, yaitu pada 2014.

Baca Juga: Faisal Basri Kritik Keras Sri Mulyani, Soal Apa itu?

"Ternyata, kualitas investasi pun buruk," ucap Faisal Basri.

Sekitar tiga perempat pembentukan modal berwujud bangunan, sedangkan dalam bentuk mesin dan peralatan hanya sekitar 10 persen saja selama lima tahun terakhir. Dia menegaskan bangunan semata tidak menghasilkan output fisik tanpa kehadiran mesin dan peralatan, tidak pula mendorong ekspor barang.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU