Ahli BMKG: Semprot Jalan Pakai Water Canon Malah Bikin Polusi!

author Eka Ratna Sari

- Pewarta

Sabtu, 26 Agu 2023 16:52 WIB

Ahli BMKG: Semprot Jalan Pakai Water Canon Malah Bikin Polusi!

Optika.id - Peneliti Meteorologi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yaitu Deni Septiadi, mengungkapkan bahwa penyemprotan water canon bisa memperburuk tingkat polusi udara.

Baca Juga: Tolak RUU Daerah Khusus Jakarta, Nasdem: Jangan Renggut Hak Rakyat!

Deni menjelaskan bahwa partikulat yang umumnya berada di permukaan tanah dikenal sebagai Partikulat Meter 10 atau PM 10. Ini mencakup partikel udara dengan diameter 10 mikrometer atau kurang, termasuk asap, debu, jelaga, garam, asam, dan logam.

Namun, jika partikel PM ini disemprot dengan air bertekanan tinggi, ada risiko bahwa partikulat dapat pecah menjadi partikel lebih kecil seperti PM 2,5 yang justru dapat berdampak lebih berbahaya pada kesehatan manusia.

"Saya agak takut PM 10 itu dia pakai water canon itu kan kencang, saya malah takutnya partikel-partikel begitu disemprot dengan tekanan tinggi dia malah pecah, justru menjadi PM2,5," ujar dia, Jumat (25/8/2023).

"Kalau menurut saya malah lebih bahaya," sambungnya.

Namun begitu, Deni tetap memberikan apresiasi terhadap upaya tersebut sebagai langkah positif dari pemerintah untuk menjaga kesejahteraan warga.

Partikel PM 10 dan PM 2,5 merupakan jenis pencemar udara yang berdasarkan ukuran partikelnya. Biasanya berasal dari emisi kendaraan bermotor dan industri.

Selain itu, ia menunjukkan bahwa beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa tindakan instan seperti penyemprotan air justru dapat memperburuk konsentrasi polutan, seperti yang terjadi di China.

"Sudah ada penelitian kalau ga salah di China. Mereka kan bermasalah di polusi, kemudian cara-cara instan yang dilakukan seperti penyemprotan, bombing water justru dianggap memperparah kondisi konsentrasi polutan," tuturnya.

Baca Juga: Gamang Memilih Pindah atau Tetap Bertahan Ibukota?

Ia menjelaskan cara instan untuk menanggulangi polusi seperti itu tak jarang meleset. Justru, cara-cara yang diusulkan di antaranya seperti penanaman pohon hingga hingga membatasi transportasi pribadi dan menghalihkanya ke transportasi publik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Saya baca beberapa penelitian terkait urban pollutan, tidak pernah menyarankan instan way ya. Karena cara-cara yang diusulkan lebih kepada penanaman pohon," tuturnya.

Seiring dengan pandangan Deni, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan bahwa penyemprotan air di jalan utama tidak efektif dalam mengurangi dampak polusi udara di DKI Jakarta.

Erlina Burhan, anggota dari Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI, mengutip hasil studi di China yang menunjukkan bahwa penyemprotan air di jalan justru meningkatkan konsentrasi partikulat meter (PM) 2,5, yang terdiri dari partikel padat dan cair yang ada di udara.

"Studi yang dilakukan di Tiongkok menunjukkan bahwa menyemprot jalan dengan air justru meningkatkan, bukan menurunkan, konsentrasi PM2.5," kata Erlina dalam unggahan di Twitter, Jumat (25/8/2023). CNNIndonesia.com telah diberikan izin untuk mengutip unggahan tersebut.

Baca Juga: Bertarung Suara di Dapil Neraka Jakarta

"Sehingga merupakan sumber baru aerosol antropogenik dan polusi udara," imbuhnya.

Erlina menjelaskan bahwa PM 2,5 berasal dari emisi pembakaran bensin, minyak, bahan bakar, dan kayu, sementara PM 10 terbentuk dari tempat pembuangan sampah, kebakaran hutan, debu, dan sumber lainnya.

Sebelumnya, Polda Metro Jaya menggunakan empat unit water canon untuk menyemprot jalan utama guna mengurangi dampak polusi udara di Jakarta. Penyemprotan ini dilakukan dari Jalan Medan Merdeka Barat, Jalan Sudirman hingga Patung Pemuda Senayan.

Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko, Kabid Humas Polda Metro Jaya, menjelaskan bahwa langkah ini diambil sebagai respons terhadap keprihatinan masyarakat atas polusi udara di Jakarta. Trunoyudo mengatakan, "Oleh karena itu, Polri, terutama Polda Metro Jaya, telah bersiap dengan pemeriksaan unit water canon taktis dan melaksanakan penyemprotan di jalan protokol untuk mengurangi dampak polusi udara di Jakarta."

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU