Sempat Terpuruk, Kini UMKM Bertahan Karena Marketplace

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Selasa, 29 Agu 2023 13:01 WIB

Sempat Terpuruk, Kini UMKM Bertahan Karena Marketplace

Kala pandemi Covid-19 menyerang dunia pada akhir tahun 2019 atau awal tahun 2020 silam, UMKM terkena imbas yang cukup signifikan bahkan di ambang batas sekarat. Padahal, UMKM sejak lama telah menjadi tulang punggung bagi perekonomian bangsa ini. Namun, seiring berjalannya waktu, status pandemi jadi endemi, dan landainya kasus Covid-19 turut mempengaruhi UMKM dan kebangkitan perekonomian.

Baca Juga: Kembangkan UMKM, Pemkot Adakan Pelatihan Creator Lab

Menurut Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Nailul Huda, kebangkitan UMKM disertai dengan brand-brand lokal adalah hal yang patut dibanggakan.

Setelah masa pandemi UMKM yang tersisih banyak juga, yang gulung tikar, tapi sisi lainnya, orang-orang yang di-PHK (pemutusan hubungan kerja) di perusahaannya lalu membuat usaha dan kebanyakan UMKM, kata Huda dalam keterangannya, Selasa (29/08/2023).

Di sisi lain, dirinya juga menggaris bawahi bahwa jumlah UMKM yang terpuruk dalam kondisi bangkrut juga masih lebih banyak apabila dibandingkan dengan UMKM yang lahir pada masa pandemic. Hal tersebut menurut dia disebabkan oleh UMUM yang mengalami kekurangan permintaan akibat pembatasan sosial atau PPKM. Akan tetapi, ketika kebijakan tersebut saat ini telah dicabut, maka kondisi UMKM berbanding terbalik dan kian tak berdaya, serta mengalami kebangkrutan.

Oleh sebab itu, dirinya menilai bahwa hadirnya marketplace dalam ekosistem digital kini sedikit banyak membantu kelangsungan hidup UMKM. Dia menegaskan bahwa UMKM yang dinamis dan bisa beradaptasi dengan teknologi lebih bisa bertahan dibandingkan dengan UMKM yang alergi menggunakan teknologi.

Artinya adanya teknologi termasuke-commercemembantu UMKM bertahan yang tadinya berjualan secaraofflinejadionline, tambahnya.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Upayakan Tambah Sejumlah UMKM di Sektor Mamin

Selain merajai pangsa pasar domestic, Huda menuturkan saat ini banyak UMKM yang telah mendunia. Kendati demikian, pasar lokal dinilai tak kalah menarik dan bisa bersaing dengan pasar global. Indonesia, sebagai negara keempat dengan penduduk terbanyak di dunia, alhasil menjadi pasar yang gurih untuk UMKM.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jumlah penduduk Indonesia mencapai 270 juta jiwa, jadi kalau bisa bersaing dalam negeri sudah bagus, jangan sampai hilang fokus dan justru mengejar ke luar negeri saja, katanya.

Di sisi lain, untuk memberdayakan UMKM dan mendukung mereka, dia menyarankan agar pemerintah bisa fokus dan mendukung jenama lokal yang mulai menjamur di Indonesia. misalnya, membuat regulasi perlindungan produk lokal di tengah menjamurnya serbuan produk impor yang bersaing dengan harga produk lokal. Hal ini penting lantaran Indonesia masih menjadi ladang yang empuk bagi produsen global.

Baca Juga: Ekonom Indef: Bansos Tak Mudah Menurunkan Angka Kemiskinan

Beri perlindungan khusus dengan pembatasan impor baik dimarketplacemaupunsocial commercedan bantuan SDM (sumber daya manusia), permodalan melalui KUR (Kredit Usaha Rakyat), ini bisa meningkatkan skala usahanya dan otomatis bisa bersaing, lebih efisien dan sebagainya, paparnya.

Sebagai informasi, Kementerian Koperasi dan UKM mencatat bahwa UMKM menyumbang sebanyak Rp8.547 triliun terhadap produk domestic bruto (PDB) Indonesia. hal ini diperkuat dengan kontribusi UMKM terhadap PDB yang kian meningkat dari tahun ke tahun serta mencapai 60,3% pada 2019. Tak heran bila pemerintah menargetkan pertumbuhan wirausaha di Indonesia sebesar 4% pada 2024.

Maka dari itu, pemerintah perlu memberi naungan hukum dan perlindungan yang tegas untuk UMKM ini.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU