Dengan adanya perkembangan teknologi pada zaman sekarang, populasi pengguna media sosial juga semakin meningkat. Bagi yang tidak tahu sosial media itu apa, sosial media adalah salah satu bentuk sarana yang digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara menciptakan, berbagi, serta bertukar informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan dan komunitas virtual. Salah satu contohnya adalah Tiktok, Instagram, Twitter, You Tube, dll.
Baca Juga: Suramnya Hak Asasi Manusia di bawah Pemerintahan Prabowo-Gibran
Kesalahan dalam penggunaan media sosial tidak terdeteksi selama pengguna memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku dan menggunakannya dengan bijak. Penggunaan sosial media pada zaman sekarang justru dinilai sangat terpuji karena telah menunjukkan sifat modernisasi. Bersifat modernisasi dianggap sangat penting karena sifat ini menuntut kita semua untuk bersifat kreatif, inovatif, adaptif dan kompetitif.
Masalahnya, hal yang dimasalahkan pada zaman sekarang adalah penggunaan sosial media pada anak dibawah umur dan tanpa pengawasan dari orang tua. Berdasarkan salah satu penelitian yang dikutip dari mediaindonesia.com,terdapat sekitar lebih dari 87% anak-anak di Indonesia sudah dikenalkan media sosial sebelum menginjak usia 13 tahun. Salah satu risiko dalam penggunaan media sosial yang paling buruk adalah sosialisasi, seorang anak akan lebih senang dengan teman online nya dibanding melakukan sosialisasi secara langsung, sehingga interaksi secara tatap muka cenderung menurun, dan dapat mengakibatkan skills bersosialisasi anak-anak cenderung tidak berkembang dengan sempurna.
Tidak hanya itu, penggunaan sosial media pada anak-anak dalam waktu yang berlebihan tanpa pengawasan orang tua juga dapat membahayakan mereka. Hal-hal ini dapat mengakibatkan:
- Mengurangi kualitas tidur
Menggunakan media sosial secara berlebih sebelum tidur dapat meningkatkan kecemasan dan membuat pikiran anak-anak tetap aktif sehingga hal ini dapat mengganggu tubuh untuk memperoleh tidur yang berkualitas.
Mengakibatkan Kecanduan
Media sosial dapat mengakibatkan kecanduan pada anak-anak yang akan menimbulkan beberapa dampak negatif, seperti gangguan keseimbangan hidup, gangguan kesehatan mental, dan bahkan gangguan konsentrasi dan produktivitas. Oleh karena itu, penting untuk membatasi waktu penggunaan media sosial bagi anak-anak, dan perlunya mengembangkan kebiasaan sehat dalam menggunakan teknologi.
Konten Tidak Pantas
Media sosial seringkali menghadirkan konten yang tidak pantas yang dapat merugikan pengguna, terutama anak-anak. Anak-anak biasanya terpapar konten yang ekstrem dan tidak pantas saat menggunakan media sosial.
Predator Online
Media sosial memiliki dampak negatif yang berbahaya karena adanya predator online yang berbahaya bagi anak-anak. Predator online seringkali memanfaatkan media sosial untuk memancing anak-anak dengan cara membangun hubungan dan memanipulasinya. Ha ini akan merugikan anak-anak secara fisik, emosional, dan psikologis.
- Cyberbullying
Secara garis besar, cyberbullying adalah tindakan perundungan yang terjadi di dunia maya. Umumnya, tindakan ini terjadi di media sosial, game online, dan berbagai macam aplikasi lainnya yang menyediakan kolom untuk berkomunikasi. Hal ini bisa termasuk dalam kasus yang sering kita temukan apalagi pada zaman sekarang. Yang lebih menyeramkannya lagi adalah cyberbullying tidak hanya ditemukan pada anak-anak tetapi kita juga bisa temukan pada orang dewasa, bahkan artis. Menurut penelitian berjudul A Majority of Teens Have Experienced Some Form of Cyberbullying, ditemukan bahwa 59% remaja yang menggunakan internet pernah menjadi korban cyberbullying. Angka ini lebih besar dari korban berusia dewasa sebesar 33%.
Berikut adalah beberapa contoh dari perundungan yang dapat terjadi di dunia maya:
- mengucilkan orang tertentu saat bermain game online
- mempermalukan orang lain di media sosial dengan menyebarkan kebohongan atau aib
- memberikan pesan berbentuk ejekan dan ancaman melalui kolom komentar media sosial,
- membuat akun palsu dengan nama korban, lalu menebar informasi yang dapat membuatnya malu, serta
- membuat grup chat berisi banyak orang dan memasukkan korban ke dalamnya, lalu mengolok-olok secara bersama.
Namun, walaupun media sosial terdengar begitu kejam, kita sebenarnya juga dapat menemukan banyak dampak positifjika kita menggunakan media sosial dengan bijak. Hal ini mencantum:
Baca Juga: KPU Tak Sediakan TPS Khusus, Komnas HAM: Pekerja di RS hingga IKN Kehilangan Hak Pilih
- Sebagai sarana komunikasi dengan teman dan keluarga
Meningkatkan kreativitas
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mempermudah hubungan dengan orang lain dengan minat dan hobi yang sama
Membuka kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai organisasi dan kegiatan kemanusiaan
Salah satu dampak positif yang paling sering kita temukan adalah berpenghasilan melalui sosial media. Hal ini dapat terjadi ketika kita mulai menganggap media sosial sebagai sumber penghasilan. Salah satu contohnya adalah adanya influencer. Pekerjaan ini tergolong sangat enak dan menguntungkan karena kita dapat menghasilkan uang dengan cara bekerja sama dengan brand sebagai media promosi. Salah satu kriteria dari pekerjaan ini adalah memiliki jumlah followers yang banyak dan mereka akan di endorse. Endorsement dapat terjadi ketika kita memposting video atau photo dari produk brand tersebut maka kita akan dibayar per postingan.
Maka dari itu, sesuai dengan artikel yang saya jelaskan. Menurut saya penggunaan sangat bermanfaat jika kita gunakan dengan bijak. Selain itu, terdapat beberapa solusi juga. Contohnya adalah:
1. Terapkan aturan usia menggunakan media sosial
Beberapa media sosial, seperti Twitter, Facebook dan Instagram, memberlakukan aturan usia minimal 13 tahun untuk membuat akun. Beri tahu anak Anda bahwa pembatasan usia ini dilakukan untuk mencegah hal buruk terjadi pada mereka. Selain itu, temani saat anak saat sedang mengakses media sosial. Dengan begitu, Anda bisa mengetahui apa yang dilakukan anak di media sosial.
2. Perhatikan aktivitas anak di media sosial
Minta anak memperlihatkan aktivitas yang dilakukannya di media sosial. Ketika tampak kalimat, gambar, atau video yang tidak baik, berikan saran untuk segera melaporkan hal tersebut pada pihak media sosial dan Anda selaku orang tua. Sebab faktanya, masih banyak anak dan remaja yang segan melaporkan bully tersebut pada orang tua. Sebuah studi mengungkap, lebih dari setengah anak dan remaja mengalami pelecehan melalui media sosial atau aplikasi digital lainnya.
3. Batasi waktu mengakses ponsel dan atur penempatan komputer
Tidak hanya waktu menonton televisi atau main game yang harus dibatasi, waktu mengakses internet melalui ponsel juga perlu dibatasi. Berikan mereka aturan dalam menggunakanmedia sosial, misalnya 1 sampai 2 jam setelah selesai mengerjakan tugas sekolah. Jika media sosial diakses melalui perangkat komputer, maka tempatkan di lokasi yang mudah diamati oleh orang tua.
4. Pengaturan privasi dan program pengawasan khusus
Tiap media sosial memiliki fitur privasi yang dapat disesuaikan. Mintalah anak untuk mengatur fitur tersebut sesuai dengan keinginan Anda. Hal ini bertujuan untuk melindungi anak dari hal-hal negatif, serta melindungi akun media sosial mereka dari pencurian identitas. Orang tua juga dapat menggunakan software atau perangkat lunak yang dapat menjadi pengawas anak dalam mengakses media sosial, termasuk memantau kata-kata yang diketik, konten gambar yang dibagikan, serta aktivitas-aktivitas lain.
Baca Juga: Komnas HAM: Pencoblosan Pemilu 2024 Masih Diwarnai Banyak Permasalahan
5. Berikan contoh yang baik
Sering kali anak dan remaja, menguasai perangkat teknologi jauh lebih cepat dibandingkan orang tuanya. Meski demikian, orang tua sebaiknya tetap mencoba untuk mencari tahu dan mempelajari aktivitas yang dilakukan oleh anak. Jika orang tua tidak asing lagi menggunakan media sosial, berikan contoh yang baik pada anak. Hindari menuliskan atau berbagi sesuatu yang tidak pantas.
Editor : Pahlevi