Optika.id - Jejak aktivisme Anies Baswedan semasa mahasiswa tampaknya tidak diragukan lagi. Dia tidak hanya memimpin mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta melawan rezim otoriter Orde Baru saat menjabat Ketua Senat Mahasiswa UGM periode 1992-1993. Tapi juga memimpin aktivis mahasiswa seluruh Indonesia untuk tujuan yang sama.
Hal itu setidaknya disampaikan Noorcholis, mahasiswa Jurusan Teknik Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan tahun 1988. Noorcholis merupakan aktivis ITB yang sezaman dan berhubungan langsung dengan Anies saat itu.
Baca Juga: Simpatisan Yakin Perihal Prabowo Langgar HAM adalah Kabar Bohong
Ketika itu Noorcholis menjabat Ketua Departemen Luar Negeri Forum Ketua Himpunan Jurusan (FKHJ) ITB. Kampus ini menggunakan FKHJ karena menolak sistem Senat Mahasiswa Peguruan Tinggi yang diwajibkan pemerintah kala itu.
Dalam podcast di kanal YouTube The Spokesperson ID: Anies Baswedan di Mata Seorang Noorcholis | Aktivis Reformasi Seperjuangan Anies Baswedan, dia menceritakan saat itu mereka para aktivis ITB berinisitif untuk menolak kembali pencalonan Soeharto pada Sidang Umum MPR yang akan digelar Maret 1993 dengan melibatkan seluruh pimpinan mahasiswa seluruh Indonesia.
Sehingga saya minta tolong ke beberapa jaringan kawan-kawan, senior-senior yang sudah memiliki jaringan kontak teman-teman aktivis di Ujung Pandang, di Jogja, dan lain-lain untuk mengkoneksikan kami dengan pimpinan-pimpinan mahasiswanya, pada, Sabtu, (7/10/2023).
Lewat jaringan tersebut, mereka lalu terhubung dengan para ketua mahasiswa dari berbagai kampus. Termasuk dengan Anies Baswedan, yang ketika itu menjadi Ketua Senat Mahasiswa UGM. Mereka pun mengundang para aktivis dari berbagai kampus itu untuk menyiapkan gerakan bersama.
Akhirnya kami undang tuh, kumpul di ITB. Kalau enggak salah saya itu tanggal 4 Oktober tahun 92. Berarti sudah 30 tahun (yang lalu) tepat kami berkumpul itu, jelas Noorcholis.
Baca Juga: Hantu Itu Masih Membayangimu, Pak Prabowo!
Pada saat itulah dia pertama kali bertemu Anies. Noorcholis masih ingat bagaimana momen-momen pertemuan pertama dengan Anies, yang ketika itu mahasiswa Fakultas Ekonomi UGM. Pertama kali saya kenal sama Pak Anies pada saat itu. Kurus, bersih mukanya rambut agak keriting ikal, pakai ransel, katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam rapat yang ia pimpin tersebut, pertama kali mereka membahas terlebih dahulu nama perkumpulan para pimpinan mahasiswa tersebut. Pembahasan penentuan nama ini berlangsung alot terutama antara mahasiswa dari kampus yang menggunakan sistem senat dengan yang tidak seperti ITB.
Di tengah kebuntuan itu, Anies lalu memberikan solusi. Pak Anies mengusulkan namanya menjadi Forum Antar-Lembaga Mahasiswa. Dan alhamdulillah diterima oleh semuanya, paparnya.
Baca Juga: Pernyataan Sikap Forum Aktivis 98 Jawa Timur, Tentang Apa ya?
Setelah nama disepakati perkumpulan, lalu tiba penentuan siapa yang akan menjadi ketua. Karena sebagai organisasi, tentu harus ada pimpinannya.
Ada yang usulkan nama saya dan ada mengusulkan nama Pak Anies Baswedan. Nah pada saat divoting, saya kalah. Ketuanya Pak Anies Baswedan. Nah sebagai ketua waktu itu, Pak Anies mengajak atau meminta saya jadi sekjen beliau. Akhirnya saya terima menjadi sekjen beliau, tandasnya.
Dia menjelaskan selain Anies, para aktivis dari kampus lainnya yang hadir saat itu antara lain Saan Mustopa (politikus NasDem) dari IKIP Bandung, Chandra Hamzah (mantan pimpinan KPK) dari Universitas Indonesia, dan Pius Lustrilanang (anggota Badan Pemeriksa Keaungan) dari Universitas Katolik Parahyangan. Sementara dari ITB selain Noorcholis, salah satunya adalah Dolfie yang saat ini menjabat Wakil Ketua Komisi XI DPR dari PDIP.
Editor : Pahlevi