Gemar Rebahan? Ini Bahaya yang Mengintai Dibaliknya!

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Senin, 16 Okt 2023 12:07 WIB

Gemar Rebahan? Ini Bahaya yang Mengintai Dibaliknya!

Optika.id - Kaum rebahan atau yang biasa disebut dengan malas gerak (mager) di Indonesia jumlahnya cukup signifikan. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, tercatat sebanyak 35% masyarakat Indonesia yang terindikasi mager serta kurang melakukan aktivitas fisik. Padahal, di tahun 2013, data Riskesdas menunjukkan bahwa kaum rebahan mager ini hanya berada di angka 26,1%.

Menurut Sport & Clinical Nutritionis Primaya Hospital, Yohan Samudra, terlalu lama rebahan bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan di kemudian hari. Utamanya adalah masalah yang berkaitan dengan urusan fisik yang performanya menurun dan bermasalah.

Baca Juga: Kesehatan dan Alkohol: Apa yang Harus Anda Ketahui?

Adapun gejala awal dari kebiasaan terlalu lama rebahan ini biasanya akan dimulai dari punggung. Seseorang yang kebiasaan tidak bergerak dalam waktu yang lama ini pada umumnya akan mulai merasakan nyeri di punggung atau pinggangnya. Gejala ini pada akhirnya akan meluas sampai ke area bawah. Area tungkai bawah, bagian di antara lutut dan pergelangan kaki ini akan terasa lemas jika beraktivitas. Hal ini terjadi sebagai akibat dari kebiasaan malas gerak yang membuat massa otot menurun.

Kondisi lain yang biasanya muncul sebagai akibat dari kebiasaan mager ini adalah sembelit atau konstipasi, risiko penyakit metabolic, peningkatan lemak, kekakuan sendi hingga meningkatkan risiko kecemasan dan depresi.

Dalam keterangan yang sama, Dokter Spesialis Gizi dan Nutrisi Rumah Sakit (RS) Siloam MRCCC, Inge Permadhi tidak menyangkal bahwa rebahan adalah hal yang menyenangkan, apalagi ketika sehabis melakukan kerja berat. Meskipun demikian, dia tidak menyarankan untuk menjadikan kegiatan tersebut sebagai gaya hidup keseharian. Selain tidak produktif, alasan lainnya adalah adanya lingkaran setan yang bisa berimbas ke banyak hal, khususnya kesehatan.

Berat badan akan bertambah dan jadi obesitas. Lalu, komplikasi obesitas seperti diabetes, serangan jantung, stroke, gagal ginjal, juga bisa muncul. Bahkan, secara teori bisa terjadi peningkatan kematian 20 persen pada yang hobi rebahan, ucap Inge, dalam keterangan yang diterima Optika.id, Senin (16/10/2023).

Risiko yang dipaparkan oleh Inge tadi bukanlah isapan jempol belaka. pasalnya, berdasarkan catatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), minimnya aktivitas fisik ini menjadi penyebab kematian nomor empat di dunia. Setidaknya, WHO merinci ada dua juta orang yang meninggal dunia setiap tahunnya akibat dari gaya hidup bermalas-malasan.

Hal itu juga diperparah dengan maraknya konsumsi makanan dan minuman kekinian dan junk food yang mengandung kadar gula cukup tinggi. Selain meningkatkan risiko diabetes, bayang-bayang obesitas pun menjadi meningkat karena gaya hidup tersebut.

Baca Juga: Kenali Penyebab Kesemutan pada Wajah dan Waktu yang Tepat untuk Konsultasi

Kendati demikian, sebenarnya tidak ada masalah dengan rebahan lantaran rebahan merupakan aktivitas biasa yang kerap dipakai sebagai pengusir penat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun yang jadi masalah adalah ketika rebahan mengganggu keseimbangan tubuh. Dengan kata lain, rebahan akan membuat orang jarang gerak sehingga aktivitas pembakaran tubuh menjadi tidak optimal. Alhasil, muncul masalah karena jumlah energy yang masuk ke dalam tubuh dari makanan menjadi jauh lebih besar dibanding yang dikeluarkan.

Makanan maupun minuman yang banyak ditambah maupun mengandung gula ini, imbuh Inge, akan meningkatkan jumlah energy atau hidden sugar. Apabila mengonsumsi terus menerus tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang pas, maka hal ini akan menjadi salah satu faktor yang asupannya menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh itu sendiri.

Yang menjadi masalah adalah, apabila yang berlebihan ini tidak digunakan, maka tubuh memiliki skema untuk menumpuknya dalam bentuk lemak. Maka dari itu, penting untuk menjaga keseimbangan asupan yang masuk dan energy yang keluar. Apalagi, jika konteksnya adalah generasi rebahan yang memang jarang bergerak.

Baca Juga: 5 Perubahan Warna Lidah yang Mengungkap Kondisi Kesehatan Anda

Lebih lanjut, Inge menyarankan untuk memulai gaya hidup yang lebih sehat nan minim rebahan adalah dengan cara rajin mengecek berat serta tinggi badannya. Apabila sudah termasuk ke dalam kategori yang ideal, maka tugasnya adalah mempertahankan hal itu saja. Pun sebaliknya, apabila hasilnya malah berlebihan dan kekurangan, maka yang dilakukan adalah menyesuaikan perubahan gaya hidup menuju ideal.

Prinsipnya makan yang baik dan aktivitas yang baik. Cuma itu, imbuhnya.

selanjutnya, aktivitas fisik juga harus sering dilakukan. Inge menyarankan agar melakukan rebahan maksinal enam jam per hari saja. Itu pun tidak dilakukan dalam satu waktu sekaligus.

Ingatlah untuk melakukan stretching atau olahraga ringan setiap dua jam rebahan atau duduk, tuturnya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU