Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah
Baca Juga: Percobaan Pembunuhan Ke 2 Terhadap Trump
Optika.id - Judul diatas adalah intisari dari nasihat Eep Saefulloh Fatah, Direktur PolMark (political marketing Consulting) dan akademisi kepada tim nya pasangan calon presiden dan wakli presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar untuk berhati-hati dengan sebuah ilusi dan gejala pemilih yang dia namakan _Amien Rais Syndrome, suatu gejala kerumunan pemilih yang banyak dan membludak dalam menghadiri kampanye massal namun tidak berbanding lurus dengan jumlah suara di TPS.
Nasihat kang Eep itu didasarkan pada peristiwa Pemilihan Presiden 2004 dimana Amien Rais menjadi salah satu dari 5 calon presiden termasuk Wiranto, Megawati, SBY, dantop Hamzah Haz. Amien Rais yang didukung oleh PAN, PKS dan 6 partai lainnya begitu gegap gempita khususnya dalam kampanye umum. Kader-kader Muhammadiyah ditambah kader militan PKS begitu bersemangat dalam menghadiri setiap kampanye akbar di jalan-jalan dan stadion besar waktu itu. Amien Rais, dengan melihat begitu tumpah ruah pendukungnya, menjadi begitu optimis bisa memenangkan Pilpres. Namun ternyata pak Amin Rais hanya mendapatkan suara hanya 14,66% menempati posisi ke-4 jauh dibawah SBY (33,57%), Megawati (26,61%), dan Wiranto (22,15%). SBY lalu menjadi presiden setelah di putaran ke-2 mendapatkan tambahan dukungan dari PKS dan beberapa partai lainnya. Suaranya naik signifikan menjdadi 60,62%.
Itulah yang dimaksud oleh Eep sebagai Amien Rais Syndrome Ramai di Lapangan namun sepi di bilik suara.
Kejadian itu berhubungan dengan real politic atau kenyataan politik menyimpulkan suatu informasi atau kejadian seakan suatu kenyataan. Berikut ini saya memberi contoh yang mungkin bersifat subyektif:
Baca Juga: Asosiasi Pengusaha Juga Dipecah – Belah Seperti Parpol
Dalam perang Israel dan Hamas di jalus Gaza Palestina, ada masyarakat yang berpendapat bahwa negara-negara timur tengah yang kaya raya dan memiliki senjata canggih, akan begitu mudahnya melenyapkan Israel. Pada kenyataannya negara Israel itu dibantu penuh Amerika Serikat dan sekutunya dengan dana dan senjata termasuk intelijen, sementara negara-negara timur tengah yang kaya itu memiliki kepentingan geopolitik sendiri. Sehingga mereka fragmented atau terpecah-pecah dan agak sulit melawan Israel. Contohnya negara Mesir yang bertetangga dengan Gaza menolak pengungsi Palestina dari Gaza untuk menetap di Mesir, karena Mesir memiliki masalah sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jumlah ummat Islam Indonesia yang 85% mayoritas dipercaya akan memilih partai-partai yang bersimbolkan ke Islaman; ternyata mayoritas secara kuantitas ini bukanlah satu entitas, karena mereka juga fragmented, sehingga partai-partai Islam tadi dalam setiap pemilu hanya mendapatkan suara 7%-11%.
Baca Juga: Oh Ternyata Itu Hanya Analisa To …
Indonesia dewasa ini impor beras dari India, Vietnam dan Thailand sejumlah rata-rata lebih dari 1 juta ton (1 milyar kg lebih) karena menduga bahwa stok beras di masyarakat sudah habis. Padahal waktu jaman Orde Baru dulu pemerintah sering menghitung marketable surplus di petani, yaitu stok beras yang bisa diperdagangkan setelah dikurangi konsumsi, lalu diketahui ternyata stok beras di masyarakat itu masih banyak.
Tentu selain contoh diatas, banyak contoh-contoh lainnya dimana kita tertegun dengan jumlah orang yang seakan-akan mendukung kita padahal kenyataannya tidak.
Kang Eep melihat bahwa gejala Amien Rais Syndrome itu mulai terlihat dalam kampanye Anies Baswedan dan PKS. Selalu ramai dalam kampanye umum. Jangan sampai ramainya kampanye umum tersebut membuat terlena dan merasa seolah-olah sudah akan memenangkan pemilu. Kita harus tetap waspada.
Eep berpesan, yang dibutuhkan sekarang adalah Barisan, bukan Kerumunan.
Nasihat kang Eep itu ada benarnya, karena tim nya Anies dan Muhaimin itu tidak boleh terlena dengan jumlah kerumunan atau crowd, tapi harus juga fokus kebawah, sampai ke TPS-TPS, dan antisipasi adanya kecurangan dalam perhitungan suara yang saat ini bisa dilakukan dengan alat-alat dan cara-cara yang canggih yang di back up dengan dana yang jumlahnya unlimited.
Editor : Pahlevi