Optika.id - Situasi politik di Indonesia memanas menjelang pemilihan umum (Pemilu) pada Rabu (14/2/2024). Setelah partai politik mengumumkan pasangan calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) yang diusung mereka, masyarakat mulai memilih paslon yang mereka sukai.
Akibatnya, terjadi perbedaan pilihan capres-cawapres di kalangan masyarakat dan pendukung, yang termanifestasi dalam sindiran-sindiran di media sosial dan interaksi langsung.
Baca Juga: Anies Tantang Buktikan Tuduhan Ada Ordal di TGUPP Saat Jadi Gubernur
Menurut Pengamat Politik, Fernanda Putra Adela, saling sindir antara pendukung capres-cawapres adalah bagian biasa dari dinamika politik. "Ini merupakan upaya untuk menegaskan dukungan terhadap calon-calon. Masyarakat akan menilai sindiran yang dilontarkan, apakah sebagai kritik yang relevan terhadap kandidat atau hanya sebagai trik pemasaran," ungkapnya pada Kamis (16/11/2023).
Baca Juga: Sukses Bangun JIS, Anies Baswedan : Insya Allah, Kami Akan Bangun Stadion di Banjarmasin
Menurutnya, fenomena saling sindir antarpendukung adalah hal yang lazim dalam konteks pemilihan umum. Hal ini bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di banyak negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Pemilu sering menimbulkan kontroversi, terutama terkait capres dan cawapres. Kontroversi politik adalah hal yang alami dan menghasilkan gagasan-gagasan baru," tambahnya.
Baca Juga: Program Makan Siang Gratis Dipertanyakan, Begini Tanggapan Gerindra
Adela juga menekankan pentingnya menjaga kedamaian dan keamanan selama proses pemilu. "Kami berharap bahwa para elit politik akan bertanggung jawab dalam menjaga situasi keamanan sehingga hasil pemilu akan mencerminkan seluruh spektrum masyarakat Indonesia karena demokrasi adalah pilihan sistem negara kita," tegasnya.
Editor : Pahlevi