Optika.id - Saat ini, layanan bank digital menjadi primadona bagi masyarakat untuk memberikan solusi pengelolaan keuangan. Seperti yang diungkapkan oleh nasabah bank digital, Rini (21) yang mengaku memilih layanan bank digital lantaran kemudahan transaksi kapan saja dan di mana saja tanpa batasan.
"Sekarang kan semua pembayarannya hampir menggunakan sistem cashless, untuk makan di kantin kampus saja pakai Qris. Maka dari itu, bank digital itu memudahkan banget karena zaman sekarang tuh benar-benar serba mudah dan layanannya terintegrasi, kata Rini kepada Optika.id, Senin (18/12/2023).
Baca Juga: Ingin Jadi Akuntan Profesional? Kuasai Tiga Keterampilan Ini!
Kemudahan bertransaksi dan layanan integrasi yang dimiliki oleh bank digital menjadi nilai yang lebih di mata Rini.
"Semua cashless, saat bertransaksi di restoran sampai bayar parkir, isi saldo e-commerce pun bisa, ibaratnya all in one lah penggunaan bank digital," ucap dia.
sementara itu, Erna (23) mengaku tergiur dengan bank digital lantaran menghindari buku tabung atau dokumen fisik yang disediakan oleh perbankan konvensional. Tak hanya itu, menurutnya bank digital lebih banyak menawarkan promo yang menarik.
"Fleksibel diakses, menghindari kartu kredit, buku tabungan, dokumen fisik yang sejenisnya yang rentan hilang atau terselip," ungkap Erna.
Tak hanya itu, benefit lainnya yang membuat dia memutuskan untuk hijrah dari bank konvensional ke bank digital adalah banyaknya promo yang ditawarkan. Misalnya diskon belanja di e-commerce hingga transaksi yang lebih muda dan tinggal klik saja.
Baca Juga: Ingin Cepat Kaya? Ini Panduan Manifestasi Uang di Kehidupan
"Bank digital juga menawarkan kantung uang digital. Jadi kita bisa menyimpan uang dengan saku-saku berbeda tanpa membuka rekening yang baru," jelas Erna.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Peralihan dari bank konvensional ke bank digital tersebut juga diamine oleh McKinsey dalam laporannya yang bertajuk Laporan Survei Keuangan Pribadi pada tahun 2021 yang menjelaskan bahwa nasabah di Asia Pasifik aktif menggunakan perbankan digital jumlahnya melonjak menjadi 88% dibandingkan 65% pada empat tahun lalu.
Menurut McKinsey, penggunaan perbankan digital di Kawasan Asia Pasifik telah memasuki tahap percepatan. Hampir sembilan dari sepuluh konsumen di pasar negara berkembang dan maju di Asia Pasifik telah menggunakan perbankan digital secara aktif sementara sebagian dari mereka terbuka untuk membeli lebih banyak layanan perbankan melalui saluran digital.
Baca Juga: Biaya Hidup Mahal Bikin Orang Pakai Tabungan Untuk Bertahan Hidup
Alhasil, perilaku konsumen Asia Pasifik yang kian menyukai perbankan digital ini telah menurunkan aktivitas di bank kantor cabang secara signikan. Kendati aktivitas menurun, namun McKinsey menyebut jika cabang masih tetap memainkan peran penting dalam penguatan kepercayaan konsumen bank sebagai mitra utama konsumen dalam mengelola uang.
Di sisi lain, tren konsumen perbankan di Indonesia ini menurut McKinsey samgat terbuka untuk menggunakan perbankan digital. Dalam studi yang bertajuk Digital Banking: Building Loyality and Generating Growth pada 2019, diketahui bahwa konsumen Indonesia mulai merangkul perbankan digital.
Dalam laporan tersebut, sekitar 50ri seluruh responden menyatakan akan mempertimbangkan untuk pidanh ke bank tanpa kehadiran fisik alias digital. Sebagian besar responden juga menyatakan keyakinan mereka yang akan mengalihkan sekitar 25-50% saldonya ke bank digital murni atau bank yang didirikan dari awal dengan konsep digital.
Editor : Pahlevi