Optika.id - Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengatakan jika saat ini banyak terjadi fenomena masyarakat menegah ke bawah yang mulai mengambil uang tabungan atau dana darurat untuk kebutuhan pokok atau biaya hidupnya. Bisa dalam bentuk keperluan pangan dan transportasi atau yang lain.
Ada korelasi antara kenaikan harga beras, cabai, dan gula terhadap jumlah tabungan yang pertumbuhannya rendah, kata Bhima, kepada Optika.id, Jumat (29/12/2023).
Baca Juga: Ingin Jadi Akuntan Profesional? Kuasai Tiga Keterampilan Ini!
Sementara itu, kenaikan kebutuhan pokok dengan pendapatan bulanan yang diterima oleh masyarakat tidak berbanding lurus dengan sisi pendapatan masyarakat yang terhambat oleh susahnya mencari pekerjaan yang layak.
Apalagi, menurut catatan Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), daerah DKI Jakarta merupakan wilayah dengan biaya hidup termahal di Indonesia. Disebutkan dalam survei tersebut nilai konsumsi masyarakat di Jakarta mencapai Rp14,9 juta per bulannya.
Data di DKI Jakarta kebutuhan hidup saja surveinya bilang Rp14,8 juta, sementara UMP-nya sekitar Rp4,9 juta tahun ini. Jadi gap-nya lebar sekali," ucap Bhima.
Dihubungi secara terpisah, Mohammad Faisal selaku Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) menilai jika fenomena makan tabungan ini terjadi seiring dengan pendapatan masyarakat yang lebih rendah daripada biaya hidupnya. Hal ini, ujar Faisal bisa dilihat dari indikator inflasi secara keseluruhan yang belakangan ini menunjukkan harga barang-barang yang cenderung mengalami kenaikan.
Kalau kita bicara hidup kita tentu ada skala prioritasnya. Ada yang kebutuhan sifatnya sandang, pangan, dan tersier. Inflasi mencakup semuanya," ujar Faisal, Jumat (29/12/2023).
Baca Juga: Ingin Cepat Kaya? Ini Panduan Manifestasi Uang di Kehidupan
Berdasarkan data dari BPS, pada November 2023 inflasi inti tercatat sebesar 0,12% secara per bulannya atau month to month (mtm). Nilai tersebut meningkat dari inflasi sebelumnya yang hanya sebesar 0,08% (mtm) saja. Adapun realisasi inflasi inti pada November 2023 ini disumbang oleh inflasi komoditas emas perhiasan dan gula pasir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sedangkan inflasi kelompok volatile food pada November 2023 ini tercatat sebesar 1,72 persen (mtm) lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,21% (mtm). Adapun peningkatan inflasi volatile ini disumbang oleh inflasi pada komoditas aneka cabai, bawang merah, dan beras.
Sementara itu, pada November 2023 inflasi kelompok administered prices tercatat sebesar 0,08% (mtm). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,46% (mtm). Adapun perkembangan ini dipengaruhi oleh deflasi bensin akibat penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi.
Sehingga biaya hidup yang basic itu sebetulnya lebih tinggi daripada inflasi umum yang banyak disorot pada saat sekarang, jelas Faisal.
Baca Juga: Tabungan Kaum Mendang-Mending Sebabkan Perekonomian Kian Loyo, Kenapa?
Lebih lanjut, Faisal memaklumi bahwa kalangan menengah ke bawah rentan sensitive terhadap kenaikan harga pangan ini dan incomenya berkurang bahkan pada kalangan bawah sudah tipis sekali. Alhasil, mereka harus mengorek tabungannya agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Paling tidak yang non basic yang sekunder ataupun sekunder," pungkasnya.
Editor : Pahlevi