Optika.id - Umpatan calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Gerindra yang digelar secara tertutup di JIExpo, Jakarta pada Jumat (15/12/2023) tentang ndasmu etik! mengundang kontroversi.
"Gimana perasaan Mas Prabowo soal etik? Etik, etik. Ndasmu etik!" ucap Prabowo dari podium dan disambut riuh dan bising tepuk tangan para peserta.
Baca Juga: Presiden Prabowo akan Hadiri Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah di Kupang
Pernyataan ini tidak bisa dilepaskan dari pertanyaan capres nomor urut 1, Anies Baswedan kepada Prabowo Subianto dalam debat perdana yang digelar pada Selasa (12/12/2023) lalu. Ketika itu, Anies bertanya tentang perasaan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 90/PUU-XXI/2023 yang sarat dengan pelanggaran etik berat.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Data Politik Indonesia, Catur Nugroho menjelaskan bahwa etika sejatinya berasal dari Bahasa Yunani, ethos, yang memiliki arti kebiasaan dalam tingkah laku manusia. Etika dapat diartikan sebagai karakter yang mengarah pada konsep nilai benar-salah, baik-buruk, atau berkaitan dengan prinsip-prinsip umum.
Dia menilai jika pernyataan ndasmu etik yang dilontarkan oleh Prabowo merupakan ekspresi kegeraman dengan pertanyaan Anies sekaligus menunnjukkan karakter Prabowo yang keras serta tidak bisa menahan emosi. Catur pun sepakat dengan pendapat Hasto di media yang menyebut bahwa ketika seseorang mengabaikan etika, maka hal-hal lain kemungkinan juga akan tak diindahkannya.
Misalnya, Catur memberi contoh dengan sikap Prabowo yang secara terbuka menerima Gibran dan menjadikannya sebagai cawapres sekalipun Anwar Usman dinyatakan melanggar etik berat dalam memproses serta memutus Perkara Nomor 90 yang mengakibatkan keponakannya bisa melanggeng ke kursi cawapres. Hal ini diperparah dengan Gibran yang secara tiba-tiba keluar dari PDIP demi maju pada Pilpres 2024. Padahal, PDIP sudah mendeklarasikan Ganjar-Mahfud sebagai kandidat yang diusungnya.
Baca Juga: Kado Awal Tahun: UMP Naik 6,5 Persen, Kesejahteraan Guru Meningkat Signifikan di 2025
"Ketika Prabowo menyampaikan 'etika ndasmu', menurut saya, dapat dimengerti sebagai refleksi hidup dan bertindak dalam situasi konkret nantinya. Artinya, Prabowo akan cenderung mengabaikan nilai-nilai, norma, bahkan hukum berlaku nantinya," ucapnya kepada Optika.id, Rabu (20/10/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Citra menyebut jika citra lucu serta menggemaskan atau gemoy yang dibentuk oleh Prabowo di Pilpres 2024 ini adalah salah satu strategi mengeruk suara milenial atau Gen Z. akan tetapi, citra tersebut tidak substansial lantaran citra tersebut hanya memunculkan kulit luar semata bukan visi pemerintahan dan gagasannya kelak apabila terpilih nanti. hal itu juga terancam gagal karena adanya efek boomerang dari umpatan ndasmu etik belakangan ini.
"Citra gemoy ini tidak menunjukkan kemampuan dan kapabilitas pasangan capres-cawapres ini. Citra gemoy ini justru mempertontonkan pada publik kurangnya gagasan dan visi ke depan untuk membangun Indonesia," kata dosen Telkom University itu
Baca Juga: Rezim Gemoy Tapi Duit Cupet
Kendati dia memakalumi bahwa saat ini merupakan era society of spectacle atau masyarakat tontonan, namun tidak seharusnya calon pemimpin negeri ini hanya menjual gimmick atau tontonan seperti para pesohor atau artis.
Atas dasar itu, Prabowo-Gibran diyakininya bakal kembali menjadi sasaran para pesaingnya dalam debat kandidat berikutnya.
"Prabowo-Gibran harus mampu menunjukkan kapasitas dan kapabilitas mereka sebagai calon pemimpin kalau tidak mau jadi 'bulan-bulanan' lawan politiknya lagi," saran Catur.
Editor : Pahlevi