Review Film Kereta Berdarah, Sebuah Teror dengan Visual yang Berkelas

author Mei Nurkholifah

- Pewarta

Rabu, 07 Feb 2024 10:54 WIB

Review Film Kereta Berdarah, Sebuah Teror dengan Visual yang Berkelas

Surabaya (optika.id) - Kereta berdarah telah dirilis sejak awa februari ini. Dengan Erwanto Alphadullah sebagai penulis, yang telah sukses dengan film Di Ambang Kematian, dan dibantu pengalaman sutradara horor Rizal Mantovani, harapan untuk pengalaman yang mendebarkan tentu tinggi.

Kereta Berdarah bisa dibilang hadir sebagai film horor lokal yang memiliki premis cukup segar. Sebab, rasanya belum ada film horor Indonesia yang mengisahkan teror di dalam sebuah kereta yang sedang berjalan. Penggunaan latar tempat ini pun membuat pembawaan cerita yang ada dalam filmnya jadi terasa unik.

Film ini berkisah tentang perjalanan perdana ke resor alam yang baru dibuka menggunakan kereta khusus pariwisata, yakni Kereta Sangkara. Penumpangnya pun bermacam-macam, mulai dari penumpang kelas ekonomi, seperti Purnama (Hana Malasan), adiknya, Kembang (Zara Leola), Ramla (Putri Ayudya), hingga penumpang VIP dan para investor yang tertarik dengan proyek tersebut.

Selain itu, ada juga kehadiran pejabat daerah yang memimpin proyek pembangunan rel kereta api ini, seperti Pak Bara (Kiki Narendra), yang hadir untuk merayakan kesuksesan proyek tersebut. Selain itu, para pramugara, seperti Tekun (Fadly Faisal), juga hadir untuk melayani kebutuhan penumpang.

Kalau bisa dibilang, konsep teror dalam kereta yang sedang berjalan pada film ini mirip dengan film Snowpiercer (2013) dan juga Train to Busan (2016). Konsep yang dihadirkan oleh film Kereta Berdarah juga sebenarnya berpotensi men-trigger orang-orang yang memiliki klaustrofobia karena terornya berlangsung di ruang gerak yang terbatas.

Tanpa harus menghadirkan drama lain yang jadi subplot ceritanya, premis utama dari film sebenarnya sudah cukup untuk menghibur penonton. Apalagi, sosok hantu utama yang dihadirkan oleh sutradara Rizal Mantovani dalam film ini juga berbeda ketimbang film horor lokal biasanya, Rabu (7/2/2024).

Sebagai sebuah film horor, Kereta Berdarah menghadirkan beberapa momen jumpscare yang bisa bikin penonton terkejut. Namun, daya tarik utama film ini sebagai tontonan horor bukan terletak pada jumpscare-nya, melainkan unsur gore-nya. Hal ini pun berhasil dieksekusi lewat efek visualnya yang dipoles dengan baik.

Kualitas efek visual yang baik tersebut membuat sebagian besar adegan gore dalam film ini jadi terasa lebih nyata kengeriannya. Kamu yang suka dengan tontonan horor penuh darah kemungkinan akan suka dengan kesadisan yang dihadirkan film ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selain visual, kengerian juga dihadirkan lewat scoring filmnya yang terdengar menggelegar. Scoring ini pun berperan dalam membuat adegan dalam filmnya jadi terasa menegangkan serta momen gore-nya jadi mengerikan.

Premis film ini sendiri sudah menarik. Perjalanan liburan yang berubah menjadi mimpi buruk ketika setiap gerbong hilang di terowongan, menjanjikan pengalaman horor yang intens. Dengan pengalaman Rizal Mantovani, atmosfer tegang dan mencekam di kereta yang terbatas diharapkan tercipta dengan efektif.

Meskipun elemen-elemen serius diperhatikan dengan baik, sayangnya film ini tampak mengabaikan keutuhan keseluruhan cerita. Mungkin fokus utama mereka adalah pada teror yang mencekam daripada kelengkapan ceritanya.

Contohnya, dilihat dari eksplorasi karakter atau elemen pelengkap, seperti pencarian suami Ramla yang tidak memiliki kelanjutan memuaskan. Kereta Berdarah memperkenalkan banyak karakter, bahkan beberapa di antaranya mungkin diharapkan memiliki peran signifikan dalam cerita. Namun, Kereta Berdarah memiliki tujuannya sendiri dengan membuat mereka terkesan seperti pendukung cerita daripada menjadi bagian penting dari alur cerita. 

Hal tersebut juga mengakibatkan kelanjutan cerita yang terasa tidak tuntas dan mungkin menyebabkan adanya plot hole yang dapat mengecewakan penonton. Mengingat keutuhan cerita merupakan hal krusial dan juga dapat menutupi kekurangan dalam film. 

 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU