Surabaya (optika.id) - Film Dokumenter Dirty Vote, memuat dugaan kecurangan yang dilakukan dalam Pemilu 2024 menjadi sorotan usai resmi dirilis hari ini, Minggu, (11/2/2024). Film ini dikupas tiga akademisi Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar ternyata diproduksi dengan dana patungan.
Produser Dirty Vote, Joni Aswira mengatakan, film ini lahir dari kolaborasi lintas CSO. Ia mengatakan, dokumenter ini memfilmkan hasil riset kecurangan pemilu yang selama ini dikerjakan koalisi masyarakat sipil. Biaya produksinya dihimpun melalui crowd funding, sumbangan individu dan lembaga.
Baca Juga: Dokter Tirta: TKN Prabowo-Gibran Terlalu Cepat Tanggapi Film Dirty Vote
"Biayanya patungan," katanya kepada awak media, Minggu, (11/2/2024).
Tidak hanya itu, ia mengungkapkan bahwa film ini digarap dengan waktu yang cenderung pendek dibanding film dokumenter lainnya.
Baca Juga: Dirty Vote Ungkap Jokowi Rogoh Kocek Rp508 Triliun Demi ‘Gentong Babi’
"Dirty Vote digarap dalam waktu pendek sekali sekitar dua minggu, mulai dari proses riset, produksi, penyuntingan sampai dengan rilis," ungkap Joni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Bahkan, lebih singkat dari penggarapan End Game KPK (2021)," tandasnya.
Baca Juga: Anies Respon Film Dokumenter Dirty Vote: Ini Akan Merusak Pemilu
Perlu diketahui, ada 20 lembaga lain yang terlibat kolaborasi dalam film Dirty Vote, antara lain Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Bangsa Mahardika, Ekspedisi Indonesia Baru, Ekuatorial, Fraksi Rakyat Indonesia, Greenpeace Indonesia, Indonesia Corrupption Watch, Jatam, Jeda untuk Iklim, KBR, LBH Pers, Lokataru, Perludem, Salam 4 Jari, Satya Bumi, Themis Indonesia, Walhi, Yayasan Dewi Keadilan, Yayasan Kurawal, dan YLBHI.
Editor : Pahlevi