Surabaya (optika.id) - Usai pemilihan umum (Pemilu) 2024, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) bersama dengan sejumlah partai politik (parpol) pendatang baru lainnya sedang harap-harap cemas. Pasalnya, target mereka untuk bisa tembus ke parlemen agaknya masih jauh panggang dari api.
PSI dan beberapa parpol pendatang baru lainnya, berdasarkan hasil quick count atau hitung cepat sementara, masih memperoleh suara di bawah ambang batas. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, disebutkan bahwa syarat lolos ke parlemen atau ambang batasnya yakni 4%.
Baca Juga: Pengamat Sebut Elektoral Demokrasi Indonesia Sedang Bermasalah!
Sementara itu, berdasarkan hasil hitung cepat yang dilakukan oleh beberapa lembaga surveri, suara PSI masih di bawah 4%.
Perolehan suara partai yang diketuai oleh Kaesang Pangarep, putra bungsu presiden Joko Widodo (Jokowi) ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan hasil pada Pemilu 2019. Kala itu, PSI hanya mampu meraup suara sebanyak 1,89% saja atau setara dengan 2.650.361 pemilih.
PSI tidak sendirian sebagai parpol yang terancam tidak bisa masuk ke parlemen. Beberapa parpol pemain baru lainnya seperti Partai Gelora, Partai Buruh, PKN, Partai Ummat dan Partai Garuda pun hanya cukup puas suaranya yang tidak sampai 1%. Hasil hitung sementara Indikator misalnya, Partai Buruh hanya memperoleh suara 0,72%, Gelora 0,94%, Garuda 0,38%, Umat 0,55%.
Kaesang Tak Pengaruhi Suara PSI
Suara PSI yang stagnan meskipun telah menggandeng putra bungsu Jokowi menjadi Ketum nyatanya belum mampu membawa PSI untuk bisa lolos ke parlemen. Pengamat Politik Ujang Komaruddin menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan oleh Kaesang yang terbilang orang baru yang bukan berangkat dari kader, tidak memperoleh pendidikan politik berupa kaderisasi, maupun tidak memiliki pengalaman di parpol.
Saya melihat Kaesang kan orang baru juga, ujug-ujug jadi ketua umum partai. Itu kalau menurut saya sulit dijual juga, kata Ujang, kepada Optika.id, Senin (19/2/2024).
Untuk menarik suara PSI, ucapnya, tidak hanya cukup dengan berjualan sebagai anak presiden dan partai yang manut presiden saja. Sebabnya, publik juga membutuhkan suatu keyakinan dan diyakinkan oleh ketua umum partai terkait baik pengalaman politiknya, maupun di pemerintahan.
Hal yang berbeda tentu terjadi pada Kaesang yang menjadi Ketum PSI hanya beberapa hari usai dia menjadi kader. Tanpa melalui proses panjang dan kaderisasi yang dimulai dari bawah. Tentunya, menurut Ujang hal tersebut menjadi problem. Sehingga, wajar saja apabila PSI tidak mampu lolos ke parlemen walaupun sudah didongkrak oleh kekuasaan.
Baca Juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?
Tetapi itulah hasil bisa dilihat bahwa rakyat belum mengamanahkan, menganugerahi PSI bisa lolos Senayan. Ini harus evaluasi besar meskipun anaknya Jokowi, ucap dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ujang menyebut jika apa yang terjadi pada PSI saat ini memang kenyataan yang harus mereka terima. Ke depannya, dia menyarankan agar PSI berbenah dan melakukan evaluasi diri jika masih ingin bersaing untuk kontestasi berikutnya.
Tak Mampu Goyahkan Partai Lama
Direktur Lembaga Survei Populi Center, Usep Saepul Ahyar mengamini bahwa PSI bersama dengan parpol anyar memiliki kans kecil untuk bisa lolos ke parlemen. Pasalnya, mereka semua harus menghadapi parpol-parpol yang besar atau petahana di Senayan.
Sehingga yang punya petahana itu lebih diuntungkan daripada pendatang-pendatang baru. Jadi partai-partai yang punya wakil di parlemen itu lebih berpotensi, ujar dia.
Baca Juga: KPK Seharusnya Tak Periksa Kaesang, Tetapi Juga Selidiki!
Kehadiran PSI dan para parpol baru ini dilihat oleh Usep seperti tidak ada pembeda dengan parpol lama. Maka dari itu, masyarakat lebih condong terhadap parpol yang sudah mapan dan besar daripada dengan yang baru.
Dalam hal misal membangun koalisi saja, itu kan karakter-karakter partai lama dalam hal mendukung calon dan sebagiannya. Jadi tidak terlihat kalaupun mereka mengaku bahwa ada pembeda dengan partai-partai lain, ujarnya.
Agar bisa meraup banyak suara dan bisa melenggang masuk ke Senayan, Usep menyarankan PSI dan kawan-kawannya harus ekstra kerja keras dua sampai tiga kali di tengah-tengah masyarakat.
Paling tidak ada tiga prasyarat bisa dilakukan mereka untuk menaikkan elektabilitas partainya. Pertama jaringan. Kemudian capital dan sosial capital juga, imbuh dia.
Editor : Pahlevi