Biang Kerok Suara Ganjar Keok: Elite dan Massanya Enggak Nyambung

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Kamis, 22 Feb 2024 13:08 WIB

Biang Kerok Suara Ganjar Keok: Elite dan Massanya Enggak Nyambung

Surabaya (optika.id) - Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi membeberkan alasan mengapa perolahan suara calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 03, Ganjar-Mahfud berada di posisi buncit pada quick count. Diketahui mereka hanya mendapat 16,46% sementara Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mendapatkan 25,38n Prabowo-Gibran unggul 51,17%.

Burhanuddin menyebut jika alasan suara paslon yang diusung PDIP itu merosot lantaran narasi demokrasi yang digencarkan oleh PDIP tidak selaras dengan basis pendukung mereka yang puas berada di sisi pemerintah. Hal ini terlihat dari hasil survei basis pemilih Ganjar-Mahfud yang puas terhadap kinerja demokrasi yakni 76,1%. Sementara basis dari pasangan AMIN yang puas 55,9n Prabowo-Gibran sebanyak 80,2%.

Baca Juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?

"Jadi pemilih Prabowo dan Ganjar puas. Ini lagi-lagi menjelaskan mengapa paslon 3 itu under perform karena basis pendukungnya tidak nyambung dengan narasi PDI perjuangan dan Mas Ganjar yang terlalu memfokuskan soal demokrasi sebagai civil liberties (kebebasan sipil)," kata Burhanuddin Muhtadi dalam konferensi pers, Rabu (21/2/2024/2024).

Kritikan tajamnya Ganjar dan PDIP, sambungnya, terutama bagian pelanggaran konstitusi, etika demokrasi, tidak selaras dengan basis pendukungnya yang merasa puas-puas saja dengan kinerja demokrasi. Jadi, kata Burhanuddin, kondisi tersebut serba salah dan merepotkan lantaran antara aspirasi elite dan massanya tidak nyambung.

Sementara itu, suara Prabowo-Gibran aman karena basisnya merasa puas paslon yang didukungnya mengusung keberlanjutan. Maka dari itu, para pemilih Prabowo-Gibran pun merasa baik-baik saja terkait demorkasi pada periode Presiden Jokowi saat ini meskipun kenyataannya demokrasi sedang diacak-acak oleh pihak-pihak terkait yang hanya peduli pada keuntungan diri sendiri.

"Kalau Mas Anies ini jualan demokrasi dari jualan kebebasan sipil minimal dirasakan 41,8 persen dari pendukung Mas Anies, masih lebih baik dari pada pasis pendukung Ganjar. Ini kalau jualan demokrasi sedang sakit dikalangan pendukung Mas Anies itu punya resonansi 41,8 persen," ungkap Burhanuddin.

Baca Juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim

Basis pemilih parpol pengusung pasangan AMIN, yakni PKB, Nasdem dan PKS menurut Burhanuddin paling tidak puas dengan demokrasi saat ini. Hal tersebut selaras dengan pasangan AMIN yang menggelorakan semangat perubahan dan posisi PKS sebagai oposisi di pemerintahan Jokowi. Sementara itu, pemilih yang paling puas dengan demokrasi yakni pendukung Partai Gerindra.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kepuasan terhadap presiden dan demokrasi tampak berbeda di antara basis pemilih, ucap Burhanuddin.

Posisi yang berbeda tentunya ada di kalangan pemilih pasangan AMIN yang lebih kritis terhadap presiden dan pemerintah serta evaluasi terhadap demokrasi saat ini. Pemilih pasangan AMIN juga nampak lebih militant karena lebih aktif dalam menyampaikan pilihan serta mengajak orang lain untuk memilih capres-cawapres pilihannya.

Baca Juga: 100 Guru Besar UGM Nyatakan Sikap, Ingin KPU Jaga Marwah Jelang Pilkada

Untuk diketahui, survei ini diambil berdasarkan total responden sebanyak 2.975 (99,2 persen) dengan toleransi kesalahan atau margin of error +/- 1.8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Para responden diambil berdasarkan metode two stage stratified random sampling dengan jumlah awal sampel dari 3.000 TPS yang tersebar secara proporsional di setiap daerah pemilihan.

 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU