Analisis Potensi Krisis di Indonesia 2025 Dibandingkan dengan 1998

Optika.id - Berdasarkan penelitian terhadap kondisi Indonesia saat ini (2025) dibandingkan dengan situasi menjelang krisis 1998, berikut adalah analisis faktor-faktor yang berpotensi memicu krisis serupa dengan penilaian skor:

Faktor Ekonomi

*Stabilitas Nilai Tukar (Skor: 35/100)*
* 1998: Rupiah terdepresiasi drastis dari Rp2.400 menjadi Rp16.800 per USD*
* 2025: Rupiah relatif stabil dengan depresiasi terkendali (IDR 15.575 per USD per Oktober 2024)*
* Meskipun ada tekanan, sistem nilai tukar mengambang terkendali dan cadangan devisa yang lebih kuat memberi perlindungan*

*Inflasi (Skor: 20/100)*
* 1998: Hiperinflasi mencapai 77,6%*
* 2025: Deflasi -0,09% pada Februari 2025, bahkan di bawah target Bank Indonesia 1,5-3,5%*
* Risiko saat ini justru deflasi, bukan inflasi tinggi seperti 1998*

*Pertumbuhan Ekonomi (Skor: 40/100)*
* 1998: Kontraksi ekonomi -13,1%*
* 2025: Pertumbuhan moderat 5,0-5,1%*
* Meskipun melambat dari era pre-1998 (7%), ekonomi tetap tumbuh positif*

*Pengangguran (Skor: 45/100)*
* 1998: Pengangguran melonjak drastis mencapai 20%*
* 2025: Pengangguran 4,91% (Q3 2024) dengan proyeksi 4,7% (Q1 2025)*
* Tren menurun, namun ada peningkatan PHK massal (78.000 pekerjaan hilang di 2024)*

*Ketahanan Sektor Perbankan (Skor: 30/100)*
* 1998: Krisis perbankan parah dengan penutupan 16 bank*
* 2025: Perbankan lebih kuat dengan pertumbuhan kredit 12,53% (Q2 2024)*
* Regulasi perbankan yang lebih ketat pasca-1998 memperkuat ketahanan sektor ini*

Faktor Politik

*Stabilitas Politik (Skor: 55/100)*
* 1998: Krisis kepercayaan terhadap pemerintah Soeharto yang telah berkuasa 32 tahun*
* 2025: Pemerintahan Prabowo baru berjalan, namun pendekatan sentralistik menimbulkan kekhawatiran*
* Penguatan peran militer melalui RUU TNI menjadi katalis protes mahasiswa*

*Protes Massa (Skor: 60/100)*
* 1998: Demonstrasi mahasiswa masif yang berujung pada pengunduran diri Soeharto*
* 2025: Demonstrasi "Indonesia Gelap" meluas di beberapa kota besar menentang UU TNI*
* Protes saat ini lebih terorganisir dan didukung teknologi komunikasi*

*Kebebasan Sipil (Skor: 50/100)*
* 1998: Represi keras terhadap aktivis dan pembatasan kebebasan berekspresi*
* 2025: Kekhawatiran akan erosi demokrasi melalui penguatan peran militer*
* Meskipun lebih baik dari 1998, ada tren penurunan ruang demokrasi*

Faktor Sosial

*Ketahanan Pangan (Skor: 35/100)*
* 1998: Krisis pangan akut akibat kekeringan El Niño dan gangguan distribusi*
* 2025: Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan dasar meskipun kualitas konsumsi masih di bawah standar*
* Tantangan perubahan iklim dan kompetisi lahan tetap menjadi risiko*

*Ketimpangan Sosial (Skor: 65/100)*
* 1998: Ketimpangan tajam dan korupsi sistemik menjadi pemicu kemarahan publik*
* 2025: Ketimpangan masih tinggi dengan penurunan kontribusi manufaktur terhadap PDB dari 32% (2002) menjadi 18% (2024)*
* Deindustrialisasi prematur mengancam daya beli rumah tangga*

SCROLL TO RESUME CONTENT

*Polarisasi Masyarakat (Skor: 70/100)*
* 1998: Polarisasi berbasis etnis yang memicu kerusuhan Mei 1998*
* 2025: Polarisasi berbasis politik dan ideologi yang diperkuat media sosial*
* Risiko tertinggi ada pada polarisasi yang dapat memicu konflik horizontal*

Faktor Eksternal

*Ketergantungan IMF (Skor: 25/100)*
* 1998: Ketergantungan tinggi pada paket bailout IMF senilai $43 miliar*
* 2025: Indonesia lebih mandiri secara fiskal dengan diversifikasi kemitraan internasional*
* Pemerintah memiliki lebih banyak ruang gerak dalam kebijakan ekonomi*

*Kondisi Ekonomi Global (Skor: 50/100)*
* 1998: Krisis finansial Asia memicu efek domino*
* 2025: Ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global*
* Risiko tetap ada namun ketahanan ekonomi Indonesia lebih baik*

Kesimpulan

Berdasarkan analisis faktor-faktor di atas, rata-rata skor risiko krisis Indonesia 2025 adalah *45/100*. Meskipun ada beberapa kesamaan dengan kondisi pra-1998, Indonesia 2025 memiliki fundamental ekonomi yang jauh lebih kuat, sistem perbankan yang lebih tangguh, dan cadangan devisa yang lebih besar.

Faktor yang perlu diwaspadai adalah meningkatnya polarisasi masyarakat (70/100), ketimpangan sosial (65/100), dan protes massa terkait UU TNI (60/100). Ketiga faktor ini berpotensi memicu ketidakstabilan sosial politik jika tidak dikelola dengan baik.

Meskipun demikian, kemungkinan terjadinya krisis seperti 1998 masih relatif rendah karena adanya mekanisme check and balance yang lebih baik, media yang lebih bebas, dan masyarakat sipil yang lebih kuat dalam mengawasi pemerintah.

Further references:
- [[PDF] Indonesia Economic Outlook 2025 - LPEM FEB UI](https://lpem.org/wp-content/uploads/2024/11/IEO-2025-EN.pdf)
- [[PDF] DAILY ECONOMIC INSIGHTS - Samuel Sekuritas](https://samuel.co.id/wp-content/uploads/2025/01/Daily-Economic-Report_24012025_EN.pdf)
- [[PDF] DAILY ECONOMIC INSIGHTS - Samuel Sekuritas](https://samuel.co.id/wp-content/uploads/2025/01/Daily-Economic-Report_07012025_EN.pdf)
- [[PDF] DAILY ECONOMIC INSIGHTS - Samuel Sekuritas](https://samuel.co.id/wp-content/uploads/2025/02/Daily-Economic-Report_06022025_EN.pdf)
- [BFT Terms & Conditions | Body Fit Training](https://www.bodyfittraining.au/terms-conditions)
- [Template:TFA title/data.json - Wikipedia](https://en.wikipedia.org/wiki/Template:TFA_title/data.json)
- [A deepening economic crisis in Indonesia - Tech in Asia](https://www.techinasia.com/deepening-economic-crisis-indonesia)
- [Industrialisation after a Deep Economic Crisis: Indonesia](https://www.researchgate.net/publication/227618653_Industrialisation_after_a_Deep_Economic_Crisis_Indonesia)