Sejarawan UGM Tak setuju Nama Ibu Kota Negara Jadi Nusantara!

author Seno

- Pewarta

Senin, 31 Jan 2022 14:26 WIB

Sejarawan UGM Tak setuju Nama Ibu Kota Negara Jadi Nusantara!

i

FB_IMG_1643288579410

Optika.id - Ibu Kota Negara (IKN) baru di Provinsi Kalimantan Timur secara resmi bernama Nusantara. Tetapi Sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM) Arif Akhyat tidak setuju mengenai nama Nusantara. Arif menilai, ibu kota negara sebaiknya tetap dinamai dengan merujuk pada nama asli daerah tersebut.

Pasalnya, penggunaan nama yang baru dicemaskan dapat menghapus aspek historis sampai sosial budaya daerah yang bersangkutan. Arif menyarankan IKN tetap menggunakan nama asli wilayah.

Baca Juga: Retno Marsudi: Israel Memiliki Tujuan Meniadakan Pengungsi!

"Nama ibu kota negara sebaiknya merujuk pada nama wilayah itu sebelumnya. Sebab, bila terjadi pemilihan nama baru untuk sebuah wilayah biasanya akan menghilangkan aspek historis dan konstruksi sosial budaya masyarakat yang sudah menempati sebelumnya," terang Arif seperti dikutip Optika.id dari laman UGM, Senin (31/1/2022).

Penamaan wilayah pada umumnya berhubungan dengan suatu riwayat. Berdasarkan perspektif ilmu sejarah, nama kota atau ibu kota selalu berkaitan dengan kemegahannya di era lampau.

Dosen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UGM itu mengatakan, kata Nusantara sebetulnya tidak memiliki perspektif positif maupun negatif. Pada dasarnya, kata tersebut mengacu pada wilayah di luar Pulau Jawa.

Arif justru menekankan tentang bagaimana nantinya makna Nusantara ini diwujudkan dalam kebijakan politik. Tafsir nama diaplikasikan dalam pembangunan yang rata, berkelanjutan, dan tidak berat sebelah.

"Jika diberikan nama itu untuk IKN ya itu soal nama. Tetapi bagaimana tafsir nama itu digunakan sebagai kebijakan politik untuk pemerataan, keseimbangan, keadilan pembangunan," ujarnya.

Dirinya menyatakan inti pemindahan ibu kota ini bukan soal nama, melainkan harus lebih fokus pada persiapan berdasarkan analisis komprehensif serta multidisipliner.

Baca Juga: Diplomasi Indonesia untuk Palestina, Menlu Retno: All Eyes on Rafah!

"Jangan sampai pemindahan IKN hanya sebagai retorika politik dan praktik politik mercusuar," ucapnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurutnya, peran berbagai bidang juga sangat penting untuk mengatur keseimbangan pembangunan. Pemindahan IKN ini sifatnya harus adil sampai skala makro serta tidak hanya bersifat politis dan ahistoris.

Menurut Arif, berdasarkan konsep Majapahit, cakupan wilayah Nusantara sebenarnya secara geografis lebih luas dari yang sekarang disebut dengan Indonesia. Nusantara tidak merujuk pada Jawa, tetapi justru luar Jawa.

Istilah Nusantara tidak cuma muncul di era Kerajaan Majapahit. Kata tersebut sudah digunakan sejak zaman Kerajaan Singasari untuk mendefinisikan wilayah pulau luar.

Baca Juga: Triyatni Martosenjoyo: Tingkat Kepuasan Rakyat ke Jokowi 80 Persen Itu Omong Kosong!

Sedangkan dari kacamata Majapahit, Nusantara meliputi Bali, Melayu, Tangjungpura, Sumatra, Sulawesi, Borneo, Madura, Maluku, Timor, dan Lombok. Kawasan Nusantara dahulunya juga mencakup Singapura, Champa, Malaysia, Kamboja, Annam, dan Siam.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU