Pasca Pandemi, Penelitian Mengungkap Otak Remaja Lebih Tua Tiga Tahun

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Selasa, 10 Jan 2023 12:15 WIB

Pasca Pandemi, Penelitian Mengungkap Otak Remaja Lebih Tua Tiga Tahun

Optika.id - Hidup dan terkungkung selama pandemi Covid-19 yang mengubah segalanya mungkin telah mematangkan otak remaja melebihi usia seharusnya. Pengalaman tidak biasa seperti sekolah online dan isolasi sosial jangka panjang kala itu hingga kesulitan ekonomi dan jumlah kematian yang meningkat menjadikan beberapa tahun terakhir ini sangat terasa berat bagi kawula muda.

Baca Juga: Jangan Asal Self Diagnosis Kesehatan Mental, Ini Bahayanya!

Sebuah penelitian kecil yang dilakukan untuk membandingkan pemindaian otak anak muda dari sebelum maupun sesudah tahun 2020 mengungkapkan hal yang mengejutkan. Pasalnya, otak remaja yang hidup selama pandemi terlihat sekitar tiga tahun lebih tua dari yang diharapkan menurut para ilmuwan.

Dikutip dari Science News, Selasa (10/1/2023) penelitian yang dipublikasikan oleh Biological Psychiatry: Global Open Science mengungkapkan bahwa perubahan otak para remaja yang telah melewati pandemi tak hanya terimbas persoalan mental semata.

Pandemi tidak buruk hanya dalam hal kesehatan mental remaja, tetapi orak mereka juga ikut berubah kata Ian Gotlib, ahli saraf klinis di Stanford University, Selasa (10/1/2023).

Gotlib mengungkapkan jika akar dari penelitian ini dimulai pada hampir satu dekade yang lalu ketika dia dan kawan-kawannya meluncurkan proyek di Bay Area California untuk mempelajari depresi pada remaja.

Para peneliti mengumpulkan informasi tentang kesehatan mental anak-anak dalam penelitian ini, dan melakukan pemindaian MRI pada otak mereka.

Namun pada tahun 2020 situasi pembatasan global pada saat itu mulai diterapkan sehingga memaksa para peneliti untuk menghentikan proyek tersebut. Ketika mereka akan memulai kembali proyek tersebut setahun setelahnya, Gotlib mengaku khawatir akan stress akibat pandemic bakal mengancam merusak hasil penelitian mereka.

Hasilnya, anak-anak yang kembali belajar setalah satu tahun menjalani kehidupan pandemic yang pelik melaporkan bahwa tingkat kecemasan maupun depresi yang mereka alami terhitung lebih tinggi daripada rekan-rekan mereka sebelum tahun 2020 atau sebelum pandemic menyerang. Maka dari itu, tim peneliti tersebut memutuskan untuk membandingkan pindaian otak yang diambil sebelum dimulainya pandemi.

Baca Juga: Pemilu Sebabkan Banyak Orang Stres, Ini Cara Mengatasinya

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Para peneliti melihat perbedaan dalam 64 pemindaian dari masing-maisng kelompok atau subjek yang diteliti kemudian dicocokkan dengan jenis kelamin serta usia anak-anak dengan usia rata-rata sekitar 16 tahun untuk setiap kelompok.

Hasil yang didapat yakni otak remaja secara alami mengalami proses pematangan yang dihasilkan oleh penebalan hippocampus, area yang terlibat dengan memori dan konsentrasi, dan amigdala yang berperan mengatur pemrosesan emosi. Pada saat yang sama, korteks area yang mengatur fungsi emosional mulai menipis.

Pemindaian otak mengungkapkan bahwa proses pematangan ini bergerak lebih cepat pada remaja yang pernah mengalami pandemi. Gotlib mengatakan bahwa otak mereka tampak tiga hingga empat tahun lebih tua daripada otak para remaja yang dipindai sebelum dimulainya pandemi.

Kendati bagian mana dari pandemic yang membentuk otak remaja masih belum jelas, namun penelitian ini menurut Joan Luby, psikiater anak di Fakultas Kedokteran Universitas Washington menyebut jika penelitian ini menunjukkan bahwa pandemi berdampak material pada pematangan otak.

Baca Juga: Alami Baby Blues, Kapan Sebaiknya Ibu Pergi ke Psikolog?

Atas dasar tersebut, Gotlib curiga jika stress merupakan penyebab utamanya. Sebab, studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa paparan kekerasan atau kelalaian dapat menyebabkan percepatan pematangan otak pada anak-anak. Tapi apa yang menyebabkan perubahan dan apa implikasinya masih menjadi pertanyaan terbuka.

Tak hanya itu, seorang ahli saraf di Universitas Dalhouise di Halifax, Kanada, Rudolf Uher menunjukkan bahwa faktor lain seperti waktu layar (time screen) yang lebih banyak karena sekolah online dapat berperan dan dia memperingatkan bahwa penelitian di masa depan mungkin tidak mendukung temuan penelitian ini.

Masih tidak jelas apakah percepatan penuaan otak berdampak pada kesehatan remaja, atau apakah masalah akan muncul di kemudian hari. Meskipun para peneliti tidak dapat mengatakan dengan pasti, namun jika otak Anda menua sebelum waktunya, itu biasanya bukan hal yang baik.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU