Optika.id - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendorong agar pendidikan seks dialkukan secara komprehensif sebagai upaya untuk mencegah perilaku seks bebas yang mengakibatkan tingginya kehamilan tak diinginkan (KTD) pada remaja di Indonesia.
Baca Juga: Jalan Buntu Pendidikan Seks yang Masih Jadi Topik Tabu
"Pendidikan seks di Indonesia sangat lemah, karena masih dianggap tabu, urai Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan tertulis yang diterima Optika.id, Sabtu (21/1/2023).
Dia mengakui jika perlu upaya yang cukup panjang untuk melakukan pendidikan seks secara komprehensif. Hal itulah yang menurutnya menyumbang tingginya permohonan dispensasi nikah di berbagai daerah akhir-akhir ini.
Hasto mengklarifikasi jika pendidikan seks bukanlah memberikan pendidikan seputar bagaimana berhubungan seks. Melainkan lebih mengenalkan kepada anak-anak dan remaja tentang alat reporduksi, fungsi, serta bagaimana cara menjaga dan merawatnya. Di sisi lain, pendidikan seksual juga berperan penting dalam mencegah terjadinya berbagai penyakit menular seksual baik kepada laki-laki maupun perempuan.
Oleh sebab itu, BKKBN melalui Program Generasi Berencana atau GenRe berupaya memberikan pendidikan seks melalui generasi sebaya.
Lebih lanjut, dia memberi apresiasi kepada Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur yang dipimpin oleh Maria Ernawati karena telah berhasil menjembatani sinergi antara lintas sektor di dalam pembinaan remaja. BKKBN Jawa Timur dianggap memberikan dukungan penuh terhadap berbagai kegiatan positif remaja yang sesuai dengan kebutuhan remaja melalui program Insan GenRe.
Dirinya menjelaskan jika GenRe program yang dikembangkan oleh BKKBN dengan kelompok sasaran yakni remaja usia 10 24 tahun tetapi belum menikah. Mulai dari SMP hingga mahasiswa yang belum menikah.
Baca Juga: Banyaknya Aktivitas Seksual di Usia Dini Tak Dibarengi dengan Pendidikan Seks
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Melalui forum GenRe tersebut BKKBN berharap segera menuntaskan tiga masalah remaja yang cukup krusial. Yakni tingginya pernikahan dini, tingginya pergaulan atau seks bebas, dan penggunaan obat-obatan terlarang secara bebas.
"Saya yakin jika remaja khususnya remaja baik laki-laki dan perempuan mendapatkan seks education mereka akan menjaga diri sebaik mungkin dan tidak akan melakukan free seks," ujar Hasto.
Hasto menyebut jika perempuan di bawah umur 20 tahun memilki bentuk serviks atau mulut rahim yang menghadap keluar sehingga nanti bila tersentuh alat kelamin laki-laki maka akan rawan dan berpotensi terjadi infeksi Human Papilloma Virus (HPV).
Baca Juga: Seberapa Penting Pendidikan Seks Sejak Usia Dini?
Bila sudah terpapar HPV maka dalam kurun waktu tujuh hingga 20 tahun ke depan berpotensi terjadi kanker serviks atau kanker mulut rahim.
"Saat saya menjadi Bupati Kulon Progo selama dua periode, pendidikan seks sudah saya masukkan ke mata pelajaran penjaskes. Bisa dilihat bagaimana dispensasi nikah disana dan jumlah kehamilan atau kelahiran pada remaja rendah. Ini bisa dijadikan contoh untuk daerah lain," ungkap dia.
Editor : Pahlevi