Optika.id - Hanya tinggal menghitung hari umat muslim di seluruh dunia akan melaksanakan ibadah puasa. Ibadah puasa ini bersifat wajib sehingga harus dilakukan oleh umat muslim. Tak terkecuali bagi penderita diabetes.
Baca Juga: Kenali Prediabetes dan Empat Langkah Mencegah Diabetes
Dokter spesialis penyakit dalam divisi endokrin, metabolic dan diabetes Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Ardy Wildan menyebut bahwa umat muslim penderita diabetes tetap bisa menjalankan ibadah puasa dengan lancar namun harus tetap memperhatikan risiko serta berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
"Sebelum pasien itu mulai berpuasa idealnya 6 sampai 8 minggu sebelumnya kita hitung risikonya, kita nilai seberapa risiko pasien itu menjalankan puasa dari siklus sedang, berat, maupun sangat berat," kata Ardy dalam keterangannya, Selasa (21/3/2023).
Dia pun menyarankan agar sebelum memasuki bulan Ramadan pasien penderita diabetes terlebih dahulu mendapatkan edukasi untuk berpuasa Sunnah Senin dan Kamis agar terbiasa dengan ritme puasa. Di sisi lain, pasien bisa berkonsultasi langsung dengan dokter yang menangani agar pasien mendapatkan dosis obat diabetes yang bakal dikonsumsi selama menjalani ibadah puasa.
Ardy menyampaikan bahwa penelitian selama ini menunjukkan jika puasa memiliki banyak manfaat terutama bagi penderita diabetes karena bisa mengontrol gula darah dibandingkan dengan waktu tidak berpuasa.
"Memang untuk pasien-pasien diabetes yang benar-benar berlebih itu dia ada manfaat untuk mengukur berat badannya karena makannya tidak sebanyak selain bulan Ramadan, kemudian penelitian menunjukkan bahwa selama puasa itu gulanya lebih stabil dibandingkan pada waktu tidak puasa," ujarnya.
Kendati memiliki banyak manfaat, namun pasien penderita diabetes juga harus memperhatikan risiko yang diwaspadai ketika ingin menjalankan ibadah puasa yakni kekurangan gula atau hipoglikemia dan kelebihan gula atau hiperglikemia.
Baca Juga: Alarm Bahaya Aspartam, Si Pemanis Buatan yang Membunuh Perlahan
Biasanya hipoglikemia terjadi sebab ada pasokan makanan yang berkurang sehingga risiko gula darah menurun drastis bisa sangat tinggi. Pun dengan kekurangan cairan atau dehidrasi, tidak meminum obat secara teratur dan makan yang berlebihan pun bisa menimbulkan risiko hiperglikemia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, dia menyarankan beberapa kriteria yang tidak berpuasa jika berisiko tinggi atau memberatkan ketika berpuasa seperti penderita diabetes tipe 1, pasien berusia 61 tahun ke atas, dan wanita hamil dengan riwayat penyakit diabetes.
"Kalau misalnya pada pasien-pasien yang menderita diabetes tipe 1 yang harus pakai insulin untuk kebutuhan sehari-harinya memang sarannya tidak puasa dulu tapi tentu kembali masing-masing ke individu, diedukasi untuk pemeriksaan gula darah lebih sering, untuk populasi usia lanjut atau geriatri kita lihat keseluruhannya apakah pasien itu masih cukup sehat atau sudah renta," ujarnya.
Di sisi lain, Ardy juga mengingatkan agar bisa menjalankan ibadah puasa dengan lancar dana man, maka penderita harus mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan memperbanyak makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayur-sayuran, atau salad.
Baca Juga: Angka Obesitas dan Diabetes di Indonesia Naik, Pemerintah Siaga Satu
Dia mewanti-wanti agar memperhatikan mengonsumsi kurma, kudapan yang selalu ada saat Ramadan. Apabila penderita mengonsumsinya dalam batas wajar, maka tak jadi soal. Namun jika banyak maka hal itu bisa meningkatkan kadar gula darah sehingga membahayakan penderita.
"Dan waktu buka puasa di awal langsung air putih dan bisa ditambah kurma satu atau dua. Hindari kopi saat sahur karena pipisnya akan lebih banyak pada pasien diabetes ada risiko dehidrasi," jelasnya.
Tak hanya itu, dia mengingatkan agar tetap mencukupi kebutuhan minum, dan melakukan olahraga pada jam menjelang buka puasa bagi penderita diabetes agar kegiatan puasa mereka lancar dan sehat serta aman.
Editor : Pahlevi