Optika.id - Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) sepanjang tahun 2020 hingga April 2023 mencatat ada sebanyak 1.841 kasus perdagangan orang yang dipekerjakan untuk jaringan penipuan online. Kemenlu menyebutkan para WNI yang menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) tersebut diperdagangankan di Kamboja, Myanmar, Vietnam, Laos, Thailand dan Filipina.
Baca Juga: Cegah Heatstroke, PMI Surabaya Gelar Kampanye Hari Aksi Panas
Menurut Direktur Perlindungan WNI Kemenlu, Judha Nugraha korban kasus seperti itu menyasar orang dengan skill dan tingkat pendidikan yang lumayan tinggi.
Pelaku menyasar golongan muda, kelompok milenial dan mereka yang berpendidikan. PunyabackgroundIT yang baik, bahkan ada yang lulusan S1, tutur Judha dalam keterangannya, Rabu (17/5/2023).
Menurut Judha, pelaku memang mengincar korban dari latar belakang tersebut karena mereka akan direkrut untuk dijadikan pelaku penipuan online. Mayoritas korban berdasarkan catatan dari pihaknya berasal dari Kalimantan Barat, Sumatra Utara, Jawa Tengah dan Sulawesi Utara.
Kasus TPPO ini mengalami tren peningkatan tiap tahunnya dan pada tahun 2020 merupakan peningkatan kasus tertinggi.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Migrant Care, Wahyu Susilo menilai bahwa kasus perdagangan orang untuk jaringan penipuan online ini muncul sejak pandemi melanda pada akhir 2019 dan awal tahun 2020.
Baca Juga: Transferan Uang dari TKI Bisa Pulihkan Ekonomi dan Turunkan Kemiskinan
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kami menamakannya fenomena lapar kerja. Di mana pada saat pandemi banyak orang ter-PHK. Baik yang kerah biru maupun kerah putih, ujar Wahyu, Rabu (17/5/2023).
Menurut Wahyu, pandemi membuat kondisi ekonomi menurun dan migrasi tenaga kerja terhenti. Oleh sebab itu, masyarakat melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka. Tak terkecuali mereka yang berpendidikan tinggi dan berkecukupan secara ekonomi.
Melansir dari data Migrant Care pada tahun 2022, ada sebanyak 189 PMI yang menjadi korban perdagangan orang untuk jaringan penipuan online.Di antara korban tersebut, banyak yang lulusan SMA namun tak sedikit pula yang lulusan S1. Sejalan dengan data dari Kemenlu, data Migrant Care juga menunjukkan bahwa mayoritas korban berasal dari Sumatera Utara yang berjumlah 108 orang.
Baca Juga: Diminta Lunasi Biaya Penempatan, Pemerintah Dinilai Pelit dan Perhitungan ke PMI
Angka tersebut disusul oleh Jawa Barat sejumlah 24 orang, Jawa Tengah 18 orang, dan Jawa Timur sebanyak 14 orang.
Kemudian Kalimantan Barat dengan 11 korban, Kepulauan Riau dan DKI Jakarta yang masing-masing 7 orang, Lampung 4 orang, Banten dan Sumatera Barat sebanyak 4 orang, Sumatera Selatan dan Bali masing-masing 2 orang, Kepulauan Bangka Belitung dan Aceh masing-masing 1 orang.
Editor : Pahlevi