Alasan Realistis Untuk Tidak Menikah

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Jumat, 19 Mei 2023 15:04 WIB

Alasan Realistis Untuk Tidak Menikah

Optika.id - Pernikahan merupakan suatu hal yang dinanti oleh sebagian orang. Membangun biduk rumah tangga, dan merawat keluarga bersama pasangan adalah hal yang diidam-idamkan dan menjadi tujuan final. Namun, bagaimana dengan mereka yang memilih untuk tidak menikah?

Baca Juga: Takut Klaim Asuransi Ditolak Perusahaan? Perhatikan Hal Ini Terlebih Dahulu!

Psikolog Kasandra Putranto menyoroti hal tersebut. Menurutnya, selain faktor masa lalu yang buruk, ada faktor lain yang membuat generasi masa kini mulai berpikir ulang untuk menikah. Dia menilai bahwa alasan tersebut cukup realistis.

Alasan tersebut yakni masalah finansial yang menjadi polemik masa depan. Pasalnya, kondisi keuangan dengan nilai mata uang yang kian naik, sementara harga barang-barang juga tidak murah, membuat masalah finansial ini kian lama kian kabur. Ragam alasan tersebutlah yang menghimpit kehidupan generasi masa sekarang, baik itu berasal dari alasan masa lalu, maupun prediksi di masa depan.

Prioritas dalam hidup generasi muda sudah berubah drastis dari generasi sebelumnya. Bukan soal sakit hati, adanya peningkatan kualitas hidup, terutama soal pendidikan dan status ekonomi juga jadi pemicunya. Jadi makin banyak anak muda yang terpikir untuk memilih keputusan meningkatkan taraf hidup mereka dibanding memikirkan percintaan, yang mungkin dalam pikiran mereka bisa jadi masalah baru kalau mereka saja sebagai individu belum mampu settle, jelas Kasandra dalam keterangannya, Jumat (19/5/2023).

Lebih lanjut, pada tahun 2021 penelitia dari lembaga pendidikan di Inggris, Vespa Academy pun menjelaskan bahwa saat ini generasi muda makin melek dengan pendidikan dan finansial yang stabil sehingga wajar jika mereka tak ingin menjerumuskan diri ke kondisi yang buruk sesuai dengan prediksi mereka. Mereka tak lagi menganggap menikah dan membangun keluarga sebagai prioritas dalam hidup lagi lantaran lebih fokus membangun kestabilan finansial dan hidup. Situasi tersebut membuat mereka lantas memilih untuk mencapai banyak pengalaman dan prestasi dan bersenang-senang di waktu muda daripada memilih untuk menikah.

Berangkat dari alasan realistis tersebut dan ada prioritas lain yang harus dikejar sehingga mengesampingkan menikah, Kasandra lantas menyebut bahwa hal itu harus tetap dipertimbangkan.

Ketakutan untuk disakiti bukanlah sebuah alasan untuk generasi ini enggan menikah. Menjalin pernikahan bukan jadi fokus utama generasi muda karena ada mimpi yang harus dikejar, kata dia.

Baca Juga: Masalah Finansial Bikin Hidup Stres? Jangan Khawatir Ini Cara Mengatasinya!

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kendati alasan tersebut mendapatkan pandangan buruk, namun Kasandra menjelaskan bahwa fenomena tersebut akan dianggap wajar nantinya. Dia menjelaskan beberapa poin yang dikutip dari penelitian DePaulo pada tahun 2023 ini perihal single-at-heart yang merupakan istilah untuk orang yang memilih hidup tanpa pasangan.

Orang yang memilih hidup tanpa pasangan sangat fokus kepada dirinya serta membuat kehidupan mereka autentik. Alasan ini yang menjadi legitimasi untuk mereka memiliki kebebasan penuh dalam menjalani kehidupan mereka.

Alasan berikutnya yakni mereka ingin membina hubungan yang erat dengan diri sendiri. Orang-orang yang nyaman dengan dirinya sendiri justru memiliki kerentanan yang rendah akan mengalami kesepian lantaran kecintaan terhadap diri sendiri membawa mereka mampu menikmati kesendirian.Mereka lebih mengedepankan diri sendiri sebagai prioritas diikuti oleh keluarga dan teman terdekat .

Baca Juga: Gen Z Enggan Terima Panggilan Telepon, Benarkah Kena Telephobia?

Namun, terlepas dari berbagai macam alasan tersebut, manusia memiliki alasan psikologis mengapa mereka membutuhkan pasangan hidup. Hal itu dijelaskan oleh ahli psikologi Jerman, Erik Erikson yang pernah mengembangkan teori tentang kewajiban manusia usia dewasa muda agar menjalin intimasi dengan pasangan. Erik menilai hal ini menjadi hal yang penting karena berkaitan dengan kebutuhan manusia yang membutuhkan dukungan sosial dalam kehidupan.

Pada tahun 2016, Harvard Medical School pun mengeluarkan laporan yang menyebut bahwa seseorang cenderung mempunyai kesehatan mental yang meningkat ketika memutuskan untuk memiliki pasangan. Hal itu terjadi karena adanya dukungan sosial yang menurunkan risiko individu terkena masalah mental seperti depresi atau kesepian. Akan tetapi, bukan berarti orang yang mempunyai pasangan pasti dan selalu merasakan keuntungan ini.

Memang keputusan untuk menikah atau tidak menikah kembali kepada individu masing-masing. Di balik keputusan untuk tidak menikah tersebut, selalu ada alasan personal dari masing-masing orang yang memilikinya. Baik itu terkait dengan urusan finansial, kestabilan, maupun urusan mental dan lain sebagainya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU