Kontribusi Ayah dalam Mengasuh Anak, Bikin Anak Berdua, Masa yang Ngasuh Ibu Doang?

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Jumat, 23 Jun 2023 14:35 WIB

Kontribusi Ayah dalam Mengasuh Anak, Bikin Anak Berdua, Masa yang Ngasuh Ibu Doang?

Optika.id - Sosok ayah yang memiliki kontribusi cukup minim dalam pengasuhan anak bisa berdampak signifikan pada perkembangan dan kesejahteraan anak. Pertama yang disorot yakni gangguan perkembangan anak.

Baca Juga: Tidur Siang Bisa Buat Seseorang Lebih Bahagia

Dalam kacamata agama Islam sendiri, peran ayah dalam pengasuhan sangat penting. Hal ini sempat digaungkan oleh Psikolog Elly Risman yang gencar menyebarkan ilmu parenting melalui platform Yayasan Kita dan Buah Hati.

Pengasuhan kedua orang tua ini lantaran lahirnya seorang anak ke dunia merupakan kontribusi laki-laki dan perempuan, bukan hanya satu pihak saja.

Bikin anak berdua masa yang ngasuh ibu doang, enggak bisa ibu berkorban habis-habisan dan ayah merasa paling capek sendirian, Kata Elly, kepada Optika.id, Kamis (22/6/2023).

Dia menjelaskan bahwa proses pembuahan pada kehamilan dalam rahim ibu terjadi karena ada satu sperma dari jutaan sperma yang dikeluarkan, berhasil menembus sel telur karena sperma tersebut paling aktif dan cepat bergerak dibandingkan yang lain. Oleh sebab itu, menurutnya konsep yang paling aktif mengasuh anak seharusnya adalah ayah, bukannya ibu saja.

Jadikan pekerjaan nomor 2 bukan anak yang nomer 2. Rumuskan kebijakan utama, jadi ayah dulu baru jadi pencari nafkah karena anak butuhattachment, tegasnya.

Perempuan yang mendalami kelas parenting di Florida State University ini pun menyebut bahwa sejatinya anak-anak biasanya lengket dengan orang tua pada usia nol hingga lima tahun saja. Kebutuhan bonding dengan orang tua bisa kadalursa seiring berjalannya waktu dan melebihi waktu lima tahun tadi. Maka dari itu, penting bagi ayah untuk memberi mandate kepada siapa sosok yang akan mengasuh anaknya ketika dia bekerja nanti.

Akan tetapi, saat ini justru ibu yang bekerja membuat pengasuhan anak jadi berpindah. Dari orang tua, ke pekerja rumah tangga (PRT) maupun ke pekerja lainnya yang ditugaskan untuk menjaga anak, bahkan kakek atau neneknya. Dia menyebut, ibarat perangko dan amplop yang terus menerus dicopot, maka dia tidak akan lengket lagi.

Seperti itu hubungan orang tua dan anak. Kadang orang tua enggak mikir perasaan anak ketika bekerja tuh kayak apa. Ya meskipun gamang ya soalnya mereka bekerja juga buat anak, buat mencukupi keluarga. Jadi solusinya hanya satu, manfaatkan waktu sebaik mungkin dengan anak ketika pulang kerja atau ketika ada waktu luang. Dengan begitu anak tidak akan merasa kehilangan sosok orang tuanya, ujarnya.

Selain itu, Elly meminta kepada para ayah agar secara khusus kembali ke rumah dan bisa merumuskan tujuan dari pengasuhannya disertai dengan evaluasi secara berkala. Elly juga meminta agar di rumah orang tua bisa membangun pengasuhan yang sehat dan menyenangkan. Misalnya, bermain bersama anak, bercerita kisah yang anak gemari, dan bernyanyi bersama.

Secara khusus Elly juga menyarankan agar para orang tua bisa merumuskan kebijakan dalam mengatasi masalah maupun menghadapi pengaruh kakek nenek serta keluarga besar dari pengasuhan yang sudah diterapkan oleh orang tua.

Baca Juga: Tepis Niat Bunuh Diri dengan Self-Care dan Safety Plan, Apa Itu?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dan yang penting juga kebijakan penggunaangadgetdan manajemen mengatasinya karena kita di tengah kegentingan luar biasa, yuk selamatkan mata jernih anak kita dari pornografi, tuturnya.

Sementara itu, Psikolog A. Kasandra Putranto menyebut jika ketidakhadiran ayah secara aktif dalam perkembangan anak ini bisa membuat anak kesulitan mengatur emosi, memahami peran gender dan membangun hubungan emosional yang sehat dengan lingkungannya.

Dampak kedua yakni anak kesulitan memahami identitas dirinya sendiri. Dan ketiga, anak bisa mengekspresikan diri dengan cara yang tidak sehat, menunjukkan agresi yang berlebihan, dan memiliki tingkat kepatuhan yang rendah dalam mengikuti aturan.

Ketiadaan ayah, sambung Kasandra, juga akan membuat anak mempunyai gangguan hubungan sosial, prestasinya rendah, dan memiliki potensi risiko perilaku yang tinggi.

Beberapa penelitian telah mengaitkan minimnya peran ayah dengan peningkatan risiko perilaku negatif pada anak, seperti keterlibatan dalam kegiatan berisiko, penyalahgunaan zat, atau masalah perilaku lainnya. Ayah yang terlibat aktif dalam kehidupan anak dapat membantu mengurangi risiko perilaku negatif ini melalui pengawasan, pembentukan nilai-nilai yang kuat, dan komunikasi yang efektif, ucapnya kepada Optika.id, Kamis (22/6/2023).

Baca Juga: Beragam Alasan Mengapa Mahasiswa Memilih Mengakhiri Hidup, Kampus Bisa Apa?

Maka dari itu, dia menyarankan agar ayah juga menambah ilmu melalui pendidikan, berupa keterampilan pengasuhan anak. Hal ini agar timbul kesadaran akan pentingnya keluarga dan komunikasi peran ayah dalam keluarga itu sendiri. Keterampilan si ayah tersebut berupa tersedianya kelompok dukungan atau mengadakan forum diskusi bagi ayah untuk berbagi pengalamannya serta bisa belajar dari orang lain.

Tak hanya itu, dia menjelaskan jika untuk membangun generasi yang lebih baik di masa depan, apalagi dengan bonus demografi 2045, maka diperlukan kolaborasi antara keluarga, masyarakat dan pemerintah itu sendiri. Misalnya, keluarga bisa membangun hubungan yang kuat dengan komunikasi yang terbuka dan dukungan emosional yang kuat.

Orang tua bisa menghabiskan waktu yang berkualitas bersama anak-anaknya, mendukung nilai-nilai positif, etika dan moral yang kuat kepada anak-anak, dan terlibat dalam tahap kembang mereka.

Pemerintah juga harus menyediakan kemudahan dan peningkatan akses serta menyediakan kualitas pendidikan yang mencakup karakter, moral dan keterampilan yang relevan dengan si anak dan perkembangannya. Dia juga berharap agar pemerintah bisa menciptakan serangkaian program yang lebih menyorot peran orang tua, keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dan tugas domestik, serta hubungan keluarga yang sehat dan harmonis.

Termasuk juga menyediakan peluang kerja yang layak dan program pelatihan untuk mempersiapkan generasi muda dalam memasuki dunia kerja dan menerapkan kebijakan yang mendukung perlindungan anak, kesejahteraan keluarga, dan upaya pencegahan kenakalan remaja, pungkasnya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU