Slow Living, Konsep Lamban yang Bisa Mengubah Banyak Hal

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Jumat, 21 Jul 2023 13:08 WIB

Slow Living, Konsep Lamban yang Bisa Mengubah Banyak Hal

Optika.id - Belakangan ini, gaya hidup slow living yang digadang-gadang ideal mulai jadi perbincangan banyak orang. Slow living alias prinsip hidup yang lebih pelan, seimbang dan menikmati kehidupan ini nyatanya banyak dilakukan oleh artis-artis terkenal di seluruh dunia, termasuk artis tanah air. Salah satunya adalah artis Lulu Tobing yang menerapkan konsep tersebut selama ini.

Baca Juga: Begini Cara Memakai Parfum yang Benar Agar Aroma Tak Cepat Hilang

Slow living ini muncul bagaikan oase di gurun pasir di tengah kehidupan yang ritmenya terus berjalan kian cepat. Slow living merupakan konsep yang menawarkan sisi berlawanan dari arah dunia saat ini. Pasalnya, orang akan lebih menghargai proses dan waktu dengan menjalani kehidupan yang lebih pelan dan seimbang.

Dilansir dari berbagai sumber, Jumat (21/7/2023), sesuai namanya, slow living menawarkan konsep hidup yang memungkinkan seseorang lebih menurunkan ritme kecepatannya sejenak agar menghargai berbagai momen indah di hidup ini. Secara ringkasnya, slow living diartikan sebagai melakukan hal lebih sedikit, membeli lebih sedikit, namun dalam segala aktivitasnya tetap bermakna.

Sebenarnya gaya hidup yang sedikit melambat dari orang-orang ini bukan berarti sebuah kegagalan. Pasalnya, konsep ini hanya ingin mempertanyakan apa yang sebenarnya dibutuhkan serta bagaimana manusia bisa menikmati tiap hal yang dilakukan secara lebih dalam dan bermakna.

Filosofi hidup lamban ini bisa membuat setiap orang kembali merebut waktu dan tidak lagi dikejar waktu. dengan cara ini, harapan dari slow living ini adalah adanya ketenangan diri dan hubungan yang lebih baik sehingga tercipta keseimbangan antara diri dengan berbagai aktivitas yang dilakukan.

Oleh sebab itu, dalam pandangan slow living dan para penganutnya, orang yang sibuk dan bergerak cepat bukan selalu berarti orang yang sukses. Orang yang membeli lebih banyak juga bukan berarti lebih kaya dan lebih bahagia.

Konsep slow living yang menarik ini telah ada sejak puluhan tahun lalu dan hingga saat ini, slow living masih diamine oleh banyak orang di dunia. Kini, konsep tersebut kembali tenar setelah sejumlah artis mengungkapkan bahwa dirinya turut mengikuti filosofi ini.

Slow Living dan Peran Carlo Petrini

Sejak tahun 1980-an, Carlo Petrini membuat gerakan yang sangat terkenal serta menginspirasi banyak orang untuk membuat konsep slow living. Gerakan tersebut pada akhirnya mampu mengubah banyak hal. Dan hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran Carlo Petrini itu sendiri.

Carlo Petrini memperkenalkan prinsip slow food movement dengan tujuan untuk menentang budaya fast food yang makin bertumbuh pada era itu hingga saat ini.

Dilansir dari laman resmi pergerakan Slow Food, ide dia menginisiasi gerakan ini adalah mengedepankan makanan tradisional dan kultur gastronomi yang jauh lebih sehat.

Slow living ini memiliki banyak manfaat. Manfaat yang besar inilah yang membuat praktik memperlambat diri ini dipraktikkan dalam banyak hal misalnya karier, gaya hidup, dan lain sebagainya. Dari sinilah kemudian orang-orang mulai mengenal dan menerapkan konsep slow living dalam kehidupan kesehariannya.

Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Hidup Bisa Jaga Kesehatan Mental Lho! Bagaimana Caranya?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dari tahun ke tahun, gerakan ini pun pelan-pelan membesar dan terus bertumbuh hingga saat ini. Misalnya pada tahun 1990 Kongres Internasional Slow Food pertama kali diadakan di Venesia. Setelah itu, gerakan ini mulai bermunculan di banyak negara.

Tujuh tahun setelahnya, tepatnya sekitar tahun 1997 sebuah pameran internasional tentang Slow Food pun digelar. Pameran bertema Cheese ini didedikasikan untuk produk susu. Akhirnya, acara ini terus diadopsi ulang dan menjadi rutin dua tahun sekali.

Yayasan Slow Food untuk Keanekaragaman Hayati pun dibentuk pada tahun 2003. Prinsip ini pun kian melebar ke berbagai makanan, keju, serta produk olahan lain.

Berlanjut pada tahun 2007, digelar Kongres Slow Food Internasional kelima yang diadakan di Meksiko. Sekitar 600 delegasi internasional hadir dalam kongres tersebut. Pada pertemuan ini, disahkanlah deklarasi Puebla untuk melanjutkan perjalanan yang sudah dimulai pada 18 tahun sebelumnya.

Gerakan inipun kian membesar pada tahun 2011 saat digelar kampanye Slow Europe. Kampanye ini menginginkan agar Eropa bisa mempertimbangkan kebijakan yang mempromosikan keberlanjutan, perlindungan, keanekaragaman hayati serta dukungan kepada petani kecil. Gerakan ini memiliki prinsip yang sama, namun gerakannya kian besar.

Hal tersebut dibuktikan dalam dua decade yang menunjukkan jika gerakna ini memang terus berevolusi merangkul pendekatan komprehensif terhadap makanan untuk mengakui hubungan kuat antara manusia, priring, makanan dan seisinya.

Baca Juga: 3 Kebiasaan Toxic Yang Menghambat Perkembangan Diri, Yuk Hindari!

Hari inislow foodmewakili gerakan global yang melibatkan ribuan proyek dan jutaan orang di lebih dari 160 negara, tulis situs tersebut, dikutip Optika.id, Jumat (21/7/2023).

Lebih lanjut, atas jasa besar dari Carlo Petrini, pada 2008 dia dinobatkan menjadi salah satu dari 50 orang yang dapat menyelamatkan planet ini versi surat kabar The Guardian. Dirinya juga banyak menerima penghargaan bergengsi lain dari gerakannya tersebut.

Adapun penghargaan lain yang disabet oleh Petrini antara lain gelar kehormatan dalam bidang antropplogi budaya dari University of New Hampshire, Communicator of the Year di International Wine and Spirit Competition, dan Eckart Witzigmann Science and Media Prize dari Jerman.

Hingga saat ini, dirinya dan gerakan yang diinisiasinya tersebut masih berupaya untuk membentuk dunia di mana semua masyarakatnya mengakses dan menikmati makanan yang mudah dan baik untuk mereka dan lingkungan mereka.

Pasalnya, pendekatan gerakan ini didasarkan pada konsep pangan yang didefinisikan oleh tiga prinsip yang saling berhubungan: baik, bersih, dan adil.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU